Piala Dunia U-20: Kebijaksanaan Anies Baswedan vs Asal-asalan Ganjar Pranowo
Politik | 2023-04-02 17:42:50Diam itu emas. Tidak mengatakan apapun bukan berarti tidak punya sikap. Itulah yang jelas tergambar dari seorang Anies Baswedan dalam kaitannya dengan Piala Dunia U-20 2023.
Lawan politik Anies Baswedan terutama para buzzer di bawah-bawah menanti-nantikan komentar Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 itu berharap dirinya menolak kedatangan Israel U-20 sebagaimana yang dilakukan oleh dua kader PDI-P Perjuangan yang Gubernur itu.
Demi sopan santun kepada yang tua, kita sebut sajalah: Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster.
Tapi sayang itu tak terjadi. Anies Baswedan kokoh dan cermat. Penempatan sikap dan kesadaran pembacaan ruangnya bagus. Tak bisa digocek.
Sikap seperti itu hanya dipunyai oleh orang-orang yang tak hanya pintar tapi bijaksana. Ganjar Pranowo boleh saja pintar berkelit saat ditanyai kasus Wadas, Kendeng, dan E-KTP dengan terus memoles diri di sosial media, tapi Ganjar Pranowo tak punya wisdom.
Omongannya soal Piala Dunia U-20 dengan argumen mengikuti garis politik Bung Karno di tahun 1958 yang memerintahkan Timnas Indonesia menolak bertanding dengan Israel jelas tidak relevan dan terlalu mengada-ada.
Ganjar Pranowo tak mengerti ruang dan konteks sejarah dari peristiwa itu. Tapi ya sudahlah, dirinya terlanjur blunder dan begitu memang garis nasib petugas partai.
Kebijaksanaan Anies Baswedan (5) vs Asal-asalan Ganjar Pranowo (0)
Ganjar Pranowo mestinya belajar dari keanggunan sikap Anies Baswedan.
Tidak berkomentarnya sosok yang mengeksekusi Jakarta Internasional Stadium (JIS) hingga gol itu tentang status Israel U-20 di Piala Dunia U-20 menunjukkan kalau Anies Baswedan paham sejarah, aturan baku keolahragaan, bisa membedakan wilayah politik.
Anies Baswedan sadar kalau yang oleh Ganjar dicegah itu adalah kesebelasan sepak bola, bukan tentara biadab yang menenteng senjata lalu mengarahkan moncongnya ke orang-orang Palestina.
Israel U-20 adalah tim sepak bola, anak-anak muda lugu yang jauh dari kata agresor. Mereka tidak mewakili pandangan politik apapun.
Toh, sepak bola membawa denyut fair play, perdamaian, atau kalau mau sedikit diseret ke politik sepak bola bisa jadi arena pertarungan nilai.
Suporter Glasgow Celtic misalnya yang setiap kali ada unsur politik Israel dari klub lawan, mereka konsisten membentangkan bendera Palestina di seluruh penjuru stadion, sambil meneriaki sikap politik Israel.
Luapan emosi yang elegan itu bisa saja dilakukan oleh suporter Indonesia, tapi Ganjar Pranowo tak terpikirkan akan hal itu.
Rambutnya makin memutih tapi sehelai saja yang tumbuh itu pastilah bukan dari akar pikiran yang berasal dari pengetahuan sepak bola. Gitu kok ngaku fans Manchester United. Prett!
Komentar asal-asalan yang berarti ketidaktahuan Ganjar Pranowo itu diikuti oleh para fansnya yang semena-mena mengatakan kalau Anies Baswedan tidak lagi pro Palestina. Loh emang Ganjar Pranowo perduli dengan Palestina? Yang dekat-dekat saja seperti petani Kendeng dan Wadas tutup mata sumpal telinga.
Kemari, biar saya bisikan di telinga tebal itu: Bukan berarti Anies Baswedan tidak pro kepada Palestina. Anies Baswedan justru ingin solusi terbaik, ingin kemenangan Palestina lewat jalur diplomasi dan dialog. Sepak bola sendiri adalah soft diplomasi.
Itu juga yang dikemukakan oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka sehari sebelum keberangkatan Erick Thohir untuk melobi FIFA.
Bak seorang pesepakbola pesepakbola profesional, Anies Baswedan itu levelnya Liga Champions, bermain di stadion megah dengan nyanyian dan gema dari ribuan suporter, seperti itulah umpama kebijaksanaan Anies Baswedan.
Sementara Ganjar Pranowo yang kerap blunder umpama pemain veteran liga tarkam yang memperebutkan piala plastik dan kalau beruntung dapat saweran dari penonton pinggir lapangan.
Kebijaksanaan Anies Baswedan jelas menang telak dari blunder dan komentar asal-asalan Ganjar Pranowo. Ibarat skor sepak bola, Anies Baswedan mencetak 5 gol dan Ganjar Pranowo tak mampu menyarangkan bola.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.