Ganjar Pranowo dan Dosa Besar Bernama Piala Dunia U-20
Politik | 2023-04-01 05:40:48Kalau bicaramu menyakiti perasaan orang lain maka lebih baik diam. Anjuran populer itu sama sekali tak diindahkan oleh Ganjar Pranowo.
Bukan cuma menyakiti, omongannya soal penolakan Timnas Israel U-20 di Piala Dunia U-20 2023 berujung pada sesuatu yang tak diinginkan oleh publik, oleh masyarakat Indonesia.
Setelah babak demi babak drama FIFA akhirnya meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan: status Indonesia sebagai tuan rumah kejuaraan sepak bola kelompok umur paling bergengsi itu dicabut.
Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah, yang mana merupakan salah satu vanue Piala Dunia U-20 membuat blunder berat. Jangan salah, omongan Ganjar yang palsu, yang seolah membela Palestina itu justru menjadi salah satu faktor yang melandasi FIFA memberi kartu merah untuk Indonesia. Kok bisa?
Begini, jauh-jauh sebelum Israel U-20 lolos Piala Dunia U-20 dengan menyandang predikat runner-up Euro U-19 2022, FIFA dan sejumlah jajaran pemerintahan Indonesia menandatangani apa yang disebut government guarantee dan kemudian ada juga hostly agreement, nah pada konteks itulah 6 pemda sebagai host Gubernurnya menandatangani perjanjian.
Anies Baswedan (DKI Jakarta), Ridwan Kamil (Jawa Barat), Ganjar Pranowo (Jateng), Wayan Koster (Bali), Herman Deru (Palembang), dan Khofifah Indar Parawansa (Jawa Timur).
Begini, Indonesia mengajukan tempat untuk hajatan, lalu disetujui oleh FIFA lalu dibuatlah kesepakatan, lalu tiba-tiba kesepakatan itu malah diingkari. Ya, beginilah jadinya.
Dalam hal ini Ganjar Pranowo dan Wayan Koster yang paling patut disalahkan. Mereka bandel Utamanya Ganjar Pranowo.
Pernyataan tidak hati-hati yang tidak pakai hati yang murni itu, menunjukan kalau dirinya yang mengaku sebagai fan Manchester United itu tidak mengerti benar tentang sepak bola sekaligus tata aturan organisasi.
Nasib Perjuangan Timnas U-20
Tidak mengherankan kalau sosial media Ganjar Pranowo digeruduk banteng. Bukan. Maksud saya diserbu oleh netizen Indonesia, publik pigur, dan terutama para pemain Timnas Indonesia U-20 yang sakit hati.
Sepertinya Ganjar Pranowo tidak membaca ribuan tumpah ruah komentar itu, kesadarannya tak tergugah meski Hokky Caraka, Marselino Ferdinan, Daffa Fasya, dan nama-nama lainnya dibenamkan impian mereka untuk bisa bermain di Piala Dunia U-20.
Ada sejarah panjang, keringat dan air mata dalam selipan komentar para punggawa Garuda Muda itu.
Apa pak Ganjar Pranowo tau kalau kurang lebih 4 tahun mereka berjuang untuk terpilih dan dipersiapkan oleh Shin Tae-yong untuk Piala Dunia U-20. Anak-anak muda yang punya tekad membawa Indonesia ke kancah sepak bola dunia itu menjalani berkali-kali pemusatan latihan yang berat.
Bukan cuma di Indonesia, mereka ke Turki, Spanyol, Kroasia, bukan untuk pelesiran, mereka bekerja di bawah terik matahari dan gigil musim dingin, melakukan pertandingan uji coba demi mengukur kemampuan dan memastikan yang terbaik untuk Piala Dunia U-20.
Dear Ganjar Pranowo, semua kegiatan itu memakai uang negara. Uang rakyat. Dari rakyat untuk rakyat, tapi saat rakyat ingin menyaksikan sepak bola sebagai sebuah arena nasionalisme dengan gembira, kenapa justru dihalangi.
Termasuk apakah Ganjar Pranowo menghitung berapa total kerugian material dari gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah? Sudah pasti tidak, Jawa Tengah yang dipimpinnya saja termasuk provinsi paling menyedihkan soal pengentasan kemiskinan.
Entah berapa banyak lapangan pekerjaan dan potensi perputaran uang yang tidak jadi tergerakan gara-gara ini. Padahal Piala Dunia U-20 juga jadi ajang pariwisata bagi setidaknya jutaan suporter dari 24 negara peserta yang siap memadati stadion-stadion.
Ganjar Pranowo mungkin tak ingin daerah-daerah Jawa Tengah dikunjungi para turis, melihat masyarakat Indonesia menjalani lintas interaksi kebudayaan untuk sekali lagi mengabarkan pada dunia bahwa bangsa ini memang indah. Wonderful Indonesia.
Dosa Besar Ganjar Pranowo
Bisa-bisanya Ganjar Pranowo membalas perjuangan dengan keringat, air mata, dan darah para pemain Timnas U-20 untuk mewakili Indonesia dengan cuma komentar penyesalan yang sangat singkat. Pertaruhan nasib bangsa dijawab dengan prenges-prenges.
Astaghfirullah!
Dengan tidak jadinya Timnas Indonesia U-20 bermain di rumah sendiri, disaksikan oleh jutaan anak-anak bangsa lainnya jelas ini merupakan sebuah kerugian besar. Ada aspek psikologis yang tak bisa diukur dengan uang.
Padahal itu merupakan ajang yang bisa mengakselerasi karier para pemain Timnas U-20 yang berkesempatan dilirik talent scouting dari Eropa. Makin banyak pemain yang abroad makin naik level Timnas, level persepakbolaan kita. Ini akan menjadi gelombang inspirasi untuk generasi-generasi berikutnya.
Jalan menuju ke sana sudah sangat dekat, tapi apa mau dikata Ganjar Pranowo malah memblokirnya.
Jelas, gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 harus dicatat sebagai dosa besar Ganjar Pranowo.
Kini catatan dosa Ganjar Pranowo bertambah banyak dan panjang. Publik punya catatan lain diluar kasus lingkungan seperti Kendeng, Wadas. Kasus dugaan korupsi e-KTP, dan banyak dosa-dosa yang tak atau belum terungkap lainnya.
Ganjar Pranowo, tobatmu kapan?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.