Kunci Mewujudkan Generasi Cemerlang
Pendidikan dan Literasi | 2023-03-31 10:08:42Menghela nafas panjang, seolah kekurangan oksigen . Ketika membuka sosial media. Seolah dunia semakin ‘kejam’. Kehidupan diluar seolah penuh dengan tindak kriminal yang beragam. Membuat kita seolah memilih tinggal dirumah saja. Sedihnya pula pelaku kejahatan kini makin muda saja usianya. Seperti yang terjadi di Sukabumi baru-baru ini. Siswa SMP yang masih berusia dibawah 15 tahun tega membacok temannya yang juga seusia dengannya. Permasalahannya pun sepele, hanya karena tidak terima dituduh melakukan perbuatan corat-coret. Masih di Sukabumi, tradisi perang sarung saat Ramadhan, menjadi ajang tawuran. Tak tanggung-tanggung, ternyata isi didalam sarung yang digunakan sebagai alat untuk perang sarung ternyata diisi senjata tajam. Dari golok, celurit hingga stik golf. Miris bukan?! Ramadhan yang seharusnya penuh dengan kedamaian, suasana sendu dan keimanan kini berubah menjadi horor. Tak hanya di bulan Ramadhan saja, kerap kali hari-hari kita dihiasi berita tentang kejahatan remaja. Sementara mereka adalah anak-anak yang tumbuh dimasyarakat yang sama dengan masyarakat dimana kita tinggal didalamnya.
Pendidikan menjadi kuci bagi tingginya peradaban masyarakat.
Fakta kekerasan yang dilakukan remaja menunjukkan bahwa ada yang salah dengan anak-anak remaja kita. Bukankah para pelaku rata-rata masih sekolah? Dan tujuan orang tua menyekolahkan mereka salah satunya adalah agar mereka menjadi masusia beradab. Selain berilmu tentunya. Dari sini bias dikatakan bahwa jika pendidikan berkualitas, maka akan terbentuk generasi yang juga berkualitas. Kenyataaannya, sistem pendidikan kita yang diambil dari sistem politik kapitalis sekuler justru mencetak generasi yang rusak. Mereka tidak diajarkan bagaimana menyelesaikan persoalan hidupnya dengan pemikiran cemerlang. Yakni pemikiran yang sampai pada Allah. Bahwa setiap perbuatannya akan dimintai pertanggung jawaban olehNya. Pendidikan saat ini hanya berorientasi pada bagimana setelah lulus sekolah bisa mempunyai pekerjaan yang artinya bisa menghasilakan uang. Serasa , pendidikan hanya sekedar formalitas untuk mendapatkan tanda lulus di tiap jenjang sekolah. Andaikan sistem pendidikan kita ubah dengan sistem pendidikan yang berlandaskan syariat Islam, maka generasi yang kuat, berpikir cemerlang pun akan mudah kita wujudkan. Mengapa? Karena dalam sistem pendidikan yang bebasis aqidah Islam anak-anak diajarkan tentang hakikat hidup. Darimana dia berasal, untuk apa hidup didunia dan kemana setelah meninggalkan dunia. Ada apa setelah kehidupan dunia. Dan tentu saja ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mengarungi kehidupan ini juga diberikan. Seperti ilmu berhitung, ilmu alam, pelajaran bahasa, dan lain sebagainya. Dengan demikian anak-anak kita akan sangat berhati-hati dalam setiap bertindak. Mereka akan memilih melakukan hal-hal yang bermanfaat karena mereka paham tujuan hidupnya.
Selanjutnya kontrol masyarakat tentu sangat dibutuhkan. Persoalanya, kita tidak bisa hidup sendirian. Bagaimanapun hebatnya kita. Sebagai makhluk sosial, tidak bisa kita menutup mata dan telinga atas fakta kerusakan yang terjadi di masyarakat. Tiap individu adalah bagian dari masyarakat. Maka jika satu individu rusak, ada kemungkinan kerusakan ini akan menyebar. Oleh karenanya sangat dibutuhkan sikap saling menasehati dalam menganjurkan kebaikan, dan dalam hal mencegah berbuat yang tidak baik. Jika setiap individu masyarakat sadar bahwa saling menasehati ini penting sekali, maka mereka akan saling memahami. Lantas tidak akan marah atau tersingggung ketika dinasehati atau diingatkan. Sistem kehidupan yang dijalankan di masyarakat juga harus lahir dari sebuah aqidah yang mampu menjawab tiga pertanyaan mendasar tadi dengan jawaban yang benar.
Nah, masyarakat yang seperti ini akan terbentuk jika Negara juga mendukung. Ketika masyarakat dan Negara punya visi yang sama . Yakni mewujudkan tatanan masyarakat yang tinggi peradabannya, maka akan sangat mudah mengawal generasi mudanya.
Oleh : Winda K
(Komunitas Emak Nulis)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.