Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adhyatnika Geusan Ulun

Diskusi Tanpa 'GAP'

Edukasi | Tuesday, 28 Mar 2023, 22:47 WIB
Camat Cikalongwetan Kab. Bandung Barat. (istimewa)

Oleh: H. Dadang A. Sapardan, M.Pd
(Camat Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat)

Di sela-sela kegiatan rutin dengan pekerjaan, selalu menyempatkan diri untuk berdiskusi ringan dengan beberapa orang yang dianggap dapat dimintai masukkan terkait berbagai permasalahan yang dihadapi. Walaupun diskusi ringan tidak berlangsung dengan jadwal pasti, akhir dari diskusi selalu melahirkan konklusi yang dapat ditindaklanjuti untuk menyikapi permasalahan yang jadi core bahasan. Diskusi ringan dengan bahasan serius bersama beberapa teman dari berbagai elemen selalu terbangun dalam dengan lahirnya buah pikiran yang cukup strategis. Seperti halnya diksusi dengan beberapa teman yang selama ini menjadi penyokong dalam merealisasikan berbagai ide. Dalam suasana santai, diskusi selalu mengalir dengan begitu saja, tanpa gap dengan status dan jabatan. Berdasar berbagai pemikiran dari sudut pandang berbeda, selalu melahirkan bagai gagasan yang out of the box.

Kehidupan memang penuh dinamika yang harus dihadapi dan disikapi dengan bijak oleh setiap manusia. Dalam ekosistem kehidupan, setiap manusia dimungkinkan menghadapi permasalahan yang menjadi tantangan tersendiri untuk dapat dipecahkan dan dicarikan solusinya. Dalam keberlangsungan ekosistem kehidupan ini, manusia dituntut untuk terus melakukan penyesuaian dengan fenomena yang berlangsung. Salah satu langkah penyesuaian dengan fenomena kehidupan adalah mendorong terbangunnya komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi dengan seluruh unsur yang menjadi bagian dari ekosistem kehidupan.

Keterbangunan dan keberlangsungan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi di antara ekosistem merupakan sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan oleh siapapun. sekali saja menihilkannya, terlemparlah kita dalam fenomena kehidupan yang berlangsung. Karena itu, setiap unsur ekosistem perlu secara terus menerus membangun tiga aktivitas tersebut untuk dapat mengimbangi arus kehidupan yang berlangsung. Salah satunya melalui aktivitas diskusi di antara unsur ekosistem.

Diskusi yang berlangsung di antara unsur ekosistem dengan strata yang berbeda, tidak menutup kemungkinkan melahirkan gap di antara peserta. Adanya gap di antara peserta akan melemparkan kelugasan di dalamnya. Setiap peserta diskusi harus terbebas dari gap sehingga memungkinkan berbagai ide, pendapat, dan pemikirannya meluncur deras. Diskusi yang berlangsung tanpa adanya gap, dapat melahirkan suasana kondusif, tanpa tekanan di antara setiap unsur yang terlibat di dalamnya.

Dengan terbangunnya kelugasan dalam menyuarakan ide, pendapat, dan pemikirannya, dimungkinkan akan ditemukan fenomena permasalahan yang kontekstual serta diperolehnya solusi yang tepat untuk menyikapinya. Perolehan solusi tersebut menjadi bahan yang baik untuk dapat ditindaklanjuti melalui berbagai program nyata. Perolehan solusi dari proses demikian dapat menjauhkan diri dari terjadinya pembiasan.

Melalui keberlangsungan diskusi di antara unsur ekosistem dimungkinkan akan terbangun pula empat kompetensi yang selama ini menjadi core kebijakan dalam ranah pendidikan. Keempat kompetensi dimaksud adalah kemampuan berkolaborasi (collaboration), berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), komunikatif (communication). Keterbangunan keempatnya merupakan modal yang bisa termanfaatkan dalam menyikapi fenomena kehidupan yang berlangsung saat ini. Keempat kompetensi tersebut diyakini bukan semata harus dimiliki oleh peserta didik, tetapi harus dimiliki oleh setiap orang dalam ekosistem kehidupan saat ini dan masa depan.

Bila melihat pada fenomena kehidupan yang berlangsung saat ini, keempat kompetensi tersebut merupakan prasyarat yang harus dimiliki setiap orang—terutama generasi mendatang. Generasi saat ini dan masa depan berada di era VUCA. Era VUCA sendiri merupakan akronim dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Era penuh gejolak/anomali, ketidakpastian, kompleksitas, dan ketidakjelasan/ambigutas. Era yang dibangun dengan fenomena revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0 serta kehidupan milenial. Keberadaan kedua warna kehidupan tersebut diperkuat pula dengan merebaknya pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Secara lebih simple, era VUCA telah melahirkan dinamika kehidupan dengan perubahan yang begitu cepat serta berbagai ketidakpastian yang tidak bisa diprediksi dengan mudah oleh siapapun.

Adalah sebuah kewajaran bahwa untuk mengarah pada harapan lahirnya kompetensi mumpuni, merupakan keinginan setiap orang. Salah satu langkah yang harus dilakukan untuk mengarah pada kondisi demikian adalah membangun komunikasi dan kolaborasi di antara unsur ekosistem. Salah satunya melalui berbagai pengujian ide, pendapat, dan pemikiran. Keberlangsungan diskusi tanpa gap antarunsur ekosistem merupakan arena pengujiannya. Dengan keberlangsungannya, dimungkinkan akan menjadi stimulan dalam kepemilikan keempat kompetensi tersebut. ***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image