Menjemput Asa di Saudi Arabia
Agama | 2023-03-26 22:17:32Prof. DR. Dinn Wahyudin, MA
(Guru Besar Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UPI
"Kami baru saja melaksanakan Tarhib Ramadhan dengan para guru, siswa dan perwakilan orangtua". Demikian pesan singkat WhatsApp yang dikirim seorang sahabat Mustajib, MPd. Kepala Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) di Kota Riyadh, Kerajaan Arab Saudi, sehari sebelum dimulainya awal bulan Ramadhan tahun1444 H.
Setiap menjelang awal Ramadhan, tradisi di sekolah kami, SIR adalah melakukan acara Tarhib Ramadhan. Kami bersama para siswa menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan suka cita. Selain diisi dengan tausiah keagamaan makna bulan suci Ramadhan, kegiatan tarhib ini dimeriahkan dengan quiz, foto bersama dengan puncaknya siswa saling berbagi makanan yang dibawa masing masing siswa.
Itulah kegiatan Tarhib Ramadhan yang dilaksanakan Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) kota Riyadh Kerajaan Arab Saudi menjelang datangnya Ramadhan 1444 H. Program khusus tahunan menjelang bulan suci Ramadhan.
Jadwal belajar sekolah selama bulan Ramadhan pada SILN di Arab Saudi berlangsung selama tiga minggu mulai pk 09 pagi sampai pk 13 siang (4 jam per hari). Jadwal ini disesuaikan dengan Edaran Kementrian SDM & Pembangunan Nasional Arab Saudi dan Surat Edaran KBRI Riyadh tentang jadwal kerja dan jadwal sekolah di SIR pada saat bulan Ramadhan.
Akulturasi budaya
Kata tarhib berasal dari bahasa Arab yang artinya penyambutan. Tarhib adalah ungkapan selamat datang (welcome) atas kedatangan seseorang atau kehadiran sesuatu atau momen yang indah. Tarhib ramadhan sama dengan ungkapan Marhaban Ya Ramadhan. Selamat datang Ramadhan. Kami menyambut bulan suci ramadhan dengan penuh sukacita. Dengan penuh kebahagian jiwa dan raga.
Di Indonesia, ungkapan dan semangat Tarhib Ramadhan, sudah lama dilakukan dengan berbagai aktifitas dan kearifan lokal yang bervariasi. Dalam akulturasi budaya, tradisi komunitas muslim Jawa dikenal dengan istilah Megengan yang secara filosofis berarti menahan diri. Menahan diri dari makan minum, dan menahan diri dari perbuatan yang bisa mengurangi atau membatalkan ibadah shaum. Konon Megengan merupakan akulturasi budaya Jawa dan budaya Islam yang dilakukan Walisongo saat menyebarkan syiar Islam di Tanah Jawa. Tujuannya agar Islam dapat diterima dengan sukacita oleh masyarakat Jawa. Megengan adalah ungkapan syukur karena telah dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan. Ungkapan syukur ini dengan menyiapkan makanan yang dibuat oleh masyarakat, kemudian dibagikan kepada para tetangga sekelilingnya.
Tradisi di provinsi Aceh dalam menyambut bulan suci Ramadhan, dikenal dengan istilah Meugang atau Makmeugang. Kata "gang" yang berarti pasar. Bila pada hari hari biasa, pasar tak terlalu padat dikunjungi pembeli. Menjelang bulan Ramadhan atau menjelang hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, masyarakat pergi ke pasar untuk membeli berbagai keperluan untuk menyambut hari istimewa tersebut.
Konon, sejarah Meugang muncul bersamaan dengan penyebaran agama Islam di Aceh pada awal Abad ke 14. Tradisi meugang dilaksanakan oleh Kerajaan di Istana. Pada hari itu, menjelang datangnya Ramadhan, Titah sang Raja memerintahkan kepada Balai Fakir untuk menyembelih sapi dan membagikan daging, beras dan keperluan pokok lainnya kepada masyarakat dan kaum duafa. (Iskandar,2010). Tradisi meugang ini, walau saat ini semakin terkikis, tetapi masih tetap dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Aceh dalam menyambut bulan ramadhan dan hari hari Raya lainnya.
Demikian juga dalam tradisi komunitas muslim di Tatar Sunda dikenal dengan istilah Munggahan. Munggah artinya naik. Yaitu, naik kepada derajat yang lebih tinggi. Naik menuju bulan istimewa yaitu bulan suci Ramadhan. Ramadhanu mubarak (Ramadhan penuh berkah). Ramadhanu Kareem (ramadhan yang mulia). Aktifitas komunitas muslim lokal Priangan sering menyambut datangnya Ramadhan dengan istilah Munggahan. Munggahan juga bervariasi, dari mulai berbagi makanan, saling berkunjung, melakukan nyekar atau ziarah kubur kepada kerabat atau orangtua yang sudah wafat sampai berkirim ucapan Marhaban ya Ramadhan melalui media sosial. Semarak Ramadhan sangat terasa melalui berbagai media sosial, seperti Instagram, WhatsApp, Telegram, Twitter, Facebook, dan medsos lainnya.
Salah satu amalan penting dalam menyambut Ramadhan adalah amalan hati. Yaitu niat menyambut bulan suci ini dengan ikhlas, hati riang dan gembira. Sebuah hadist dalam Durrotun Nasihin menjelaskan, "Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah Swt akan mengharamkan jasadnya masuk neraka."
Menjemput Asa
Ada tiga Sekolah Indonesia Luar Negeri di Kerajaan Arab Saudi. Yaitu sekolah Indonesia di kota Riyadh, Jeddah, dan Makkah Al Mukaramah.
Sampai saat ini, terdapat 13 Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) yang berada di 9 Negara, yaitu SILN di Malaysia (Kualalumpur, Kinabalu, dan Johor Bahru), Singapura, Filipina (Davao), Thailand (Bangkok), Myanmar (Yangoon), Jepang (Tokyo), Arab Saudi (Riyadh, Jeddah, Makkah), Mesir (Kairo), dan Belanda (Den Haag).
Seperti disampaikan oleh Atdikbud KBRI di Kerajaan Arab Saudi, Bapak Badrus Sholeh, Ph.D. dalam suatu kesempatan menjadi nara sumber pada Seminar Internasional Pendidikan di UPI beberapa bulan lalu bahwa tujuan dibukanya SILN di tiga kota di Arab Saudia adalah agar anak anak dari WNI, TKI, dan TKW yang sedang bekerja di Arab Saudi mendapat layanan pendidikan yang setara dengan anak anak generasi muda di Tanah air. Walaupun sekolah tersebut berada di luar negeri, kurikulum, kegiatan pembelajaran sama dengan program sekolah di Tanah air. Bahkan staf pengajar/guru adalah warga negara Indonesia yang statusnya ASN atau Tenaga kontrak.
Atdikbud KBRI Arab Saudi juga mendorong siswa SILN untuk lebih mandiri dan berfikir kritis dalam proses belajar mengajar. Dalam MBKM, SILN juga melakukan kolaborasi dengan berbagai kampus diantaranya menerima mahasiswa KKN Internasional dan Praktik Mengajar dii Sekolah sehingga siswa mendapat materi beragam serta project yang dikolaborasikan dengan mahasiswa dan Guru Besar dari berbagai kampus. SILN Arab Saudi pernah mengundang Prof. Ponimin Guru Besar Seni Rupa dari UM mengajar seni rupa dengan motif khas Indonesia pada siswa jenjang SD, SMP dan SMA. Siswa melukis diluar dan didalam kelas diatas gerabah atau kanvas dengan motif batik atau kombinasi alam Indonesia dan Arab Saudi.
Pada November 2022, Workshop dan FGD Merdeka Belajar (MBKM) juga telah dilakukan SILN Arab Saudi dengan pemateri para Guru Besar dan Dosen Prodi PPG Sekolah Pascasaarjana UPI. Kegiatan akademik lain di SILN di Arab Saudi pernah juga dilakukan bekerja sama dengan Universitas Negeri Jogyakarta, Universitas Negeri Jakarta, UIN Jakarta, Universitas Malang dan beberapa kampus lainnya. Itulah ikhtiar untuk meningkatkan generasi muda yang ada di Arab Saudi melalui berbagai aktifitas kegiatan akademik dan sosial budaya.
Seperti pernah ditulis Peterson (2014) bahwa soft power diplomacy is dependent of the strength of ideas and culture to influence friendship. Education is an ideal vehicle for soft power. Diplomasi soft power sangat bergantung pada kekuatan ide dan budaya guna menguatkan ruang persahabatan. Dan melalui pendidikan diyakini sebagai wahana penting agar diplomasi soft power tersebut dapat terbina dengan baik.
Itulah sekilas pendidikan anak bangsa yang berada di Kerajaan Arab Saudi. Negeri Penjaga dua Mesjid suci. Secara statistik, saat ini ada sekitar 1.750 siswa usia sekolah anak WNI yang ada di Arab Saudi (KBRI Arab Saudi, 2022). Mereka hidup bersama orang tuanya terpencar di berbagai tempat di Jazirah Arab Saudia. Sebagian dari mereka bisa mengikuti pendidikan di tiga SILN di Makkah, Riyadh, dan Jeddah. Sebagian lagi mereka mengikuti pendidikan secara jarak jauh (Daring) melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada di Riyadh, Makkah, dan Jeddah. Mereka berjuang dan belajar keras guna menjemput asa di Saudi Arabia. ***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.