Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Masjid Biru Di Rusia Dan Diplomasi Soekarno

Sejarah | Sunday, 26 Mar 2023, 16:09 WIB

Pasca Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tanggal 18-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung. Pemerintah Indonesia menjadi pusat perhatian dunia Internasional, keberhasilan Presiden Soekarno mengumpulkan 29 negara peserta, menjadi bukti negara baru merdeka ini, memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah percaturan politik global.

https://lifestyle.sindonews.com / Foto: reddit " />
Sumber : https://lifestyle.sindonews.com / Foto: reddit

Saat itu wajah dunia terpolarisasi ke dalam dua kutub, antara blok barat menganut kapitalisme-demokrasi dan blok timur memiliki ideologi sosialisme-komunisme. Dunia terpecah dalam polarisasi ideologi sangat tajam, kita lazim mengenalnya dengan istilah Perang Dingin atau kontestasi politik antara barat melawan timur, sudah menjadi rahasia umum kedua blok memperbesar pengaruh ke berbagai penjuru dunia, dengan tujuan menambah sekutu baru guna memperkuat aliansi politiknya.

Dengan terselenggaranya KAA ini wajah dunia berubah tidak lagi bersifat bipolar, tetapi memunculkan blok baru, yaitu negara-negara yang baru merdeka pasca Perang Dunia II, umumnya terletak di kawasan benua Asia Afrika yang memilih jalannya sendiri, tidak bersedia dibawah pengaruh blok barat atau blok timur. Mereka memposisikan diri sebagai negara independen dan mandiri, serta konsisten melawan imperialisme dan kolonialisme, artinya menjadi kekuatan poros alternatif baru.

Pemimpin Dunia Ketiga

Kesuksesan KAA mengangkat citra Soekarno sebagai pemimpin dunia baru, yang mewakili negara dunia ketiga dikawasan Asia-Afrika. Tentunya pengaruh besar itu mengundang perhatian dua negara super power dunia, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keduanya kemudian mengundang Soekarno untuk berkunjung ke negara mereka, dengan tujuan menjalin komunikasi politik, serta membina hubungan persahabatan.

Pada April 1961 Presiden John F. Kennedy mengundang Presiden Soekarno datang ke Amerika Serikat selama beberapa hari, dalam kunjungan itu Kennedy memberikan hadiah berupa satu helikopter jenis Sikorsky S-16 kepada Soekarno, sebagai simbol persahabatan antara Amerika Serikat dan Indonesia.

Sebagai ucapan terima kasih Presiden Soekarno pernah mengirimkan surat kepada Presiden John F. Kennedy, surat itu sekarang tersimpan di Perpustakaan Kepresidenan JFK Library, di dalam suratnya tertulis Soekarno sangat berterima kasih atas hadiah helikopter itu, sangat membantu tugas kepresidenan ketika melakukan inspeksi ke daerah-daerah pedesaan di Indonesia (Majalah Historia, 2018).

Jauh sebelum Amerika Serikat mengundang Soekarno, pemimpin Uni Soviet, Perdana Mentri Nikita Khrushchev, pada tahun 1956 sudah terlebih dahulu mengundang putra sang fajar itu berkunjung ke Rusia. Kedatangan Presiden Soekarno disambut gegap gempita oleh ribuan rakyat Uni Soviet, ketika pesawat Kepresidenan Indonesia mendarat di kota Moskow, sekitar 150 musisi memainkan lagu Indonesia Raya, membuat Presiden Soekarno menangis terharu (Prasetyo, 2021).

Pemerintah Uni Soviet juga menginstruksikan media elektronik (TV dan radio) menyiarkan program-program khusus tentang Indonesia, selain itu surat kabar terbesar di Rusia memasang poster Soekarno disertai satu arikel panjang berisi tentang kepemimpinannya dalam melawan imperialisme dunia barat, bahkan lagu-lagu Indonesia seperti Rayuan Pulau Kelapa dikumandangkan dalam bahasa Rusia, yang terus-menerus disiarkan melalui radio setiap saat (Prasetyo, 2017).

Masjid Biru (the Blue Mosque)

Ketika Presiden Soekarno selama dua hari berkunjung ke St Petersburg, saat itu bernama Leningrad, sebuah kota di Uni Soviet yang dijuluki si cantik, karena kaya dengan bangunan megah dan indah. Di dalam mobil yang ditumpanginya, Soekarno sekilas melihat bangunan unik tiada duanya di St Petersburg, kemudian ia meminta sopir memutar kembali mobilnya untuk menepi, tetapi sang pengemudi tidak bersedia memutar mobil tersebut, ia mematuhi aturan protokoler mengantarkan tamu negara hanya ke tempat telah ditentukan, terlebih sistem politik otoriter Uni Soviet mengarahkan warga negara tunduk, taat, dan patuh pada aturan sentralistik negara (Surya, 2012).

Setiba di Moskow untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi di Istana Kremlin, Presiden Soekarno mengutarakan kekecewaannya, karena tidak diberikan kesempatan mengunjungi bangunan unik tiada duanya di St Petersburg, Soekarno sangat meyakini bangunan berwarna biru itu adalah sebuah masjid, dilihat dari seni arsitektur dan menara menjulang tinggi. Satu minggu setelah Soekarno kembali ke Indonesia, pemerintah Uni Soviet akhirnya mengabarkan bangunan biru (masjid) kembali dibuka untuk beribadah umat Islam, sebelumnya difungsikan sebagai gudang pasca Revolusi 1917 (Surya, 2012).

Perkiraan Soekarno ternyata benar bangunan berwarna biru itu merupakan masjid, didirikan pada tahun 1910, bernama Masjid Jam’ul Muslimin atau Masjid Biru (the Blue Mosque) yang dipersembahkan Kekaisaran Tsar kepada umat Islam disana, ketika itu Tsar menerima surat dari St Petersburg, tentang permintaan pendirian rumah ibadah umat Islam, permohonan itu kemudian dikabulkan.

Pembukaan kembali Masjid Jam’ul Muslimin di tahun 1956, sampai sekarang menjadi ingatan kolektif umat Islam di St Petersburg, bahwa Presiden Soekarno dianggap berjasa, mengembalikan cahaya Islam di Rusia, setelah puluhan tahun terintimidasi sistem komunisme Uni Soviet. Bahkan selain mendapat julukan Masjid Biru, umat Islam generasi 1950-an di Rusia sering menamainya sebagai Masjid Soekarno, karena presiden pertama Indonesia ini telah berperan besar membuka kembali masjid, yang sebelumnya dijadikan gudang oleh pemerintah Uni Soviet.

Penulis adalah Dosen FISIP Universitas Singaperbanga Karawang (UNSIKA), Ketua Bidang Hikmah Dan Hubungan Antar Lembaga Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Karawang.

Referensi Artikel

1. Prasetyo, Sigit Aris. 2021. Sukarno dan Khrushchev Beda Ideologi Satu Hati (Tangerang, Penerbit Imania).

2. Prasetyo, Sigit Aris. 2017. Dunia dalam Genggaman Bung Karno. (Tangerang, Penerbit Imania).

3. Surya, M. Aji. 2012. Segenggam Cinta dari Moskwa Catatan Perjalanan Di Rusia (Jakarta, Penerbit Buku Kompas).

4. Surya, M. Aji. 2012. Geliat Islam di Rusia Catatan Perjalanan Diplomat Indonesia (Jakarta, Penerbit Buku Kompas).

5. Tim Majalah Historia. 2018. Kennedy dan Sukarno (Jakarta, Penerbit Buku Kompas)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image