Berkah Umur Saat Berjumpa Ramadhan
Agama | 2023-03-25 13:03:25Berkah Umur Saat Berjumpa Ramadhan
Bersyukur atas nikmat dipertemukan kembali dengan bulan yang senantiasa memberi kebahagiaan, kegembiraan, kesenangan yang tidak bisa diukur dengan nilai materi sebanyak apapun. Kebahagiaan yang hanya bisa dirasa oleh hati yang mengharap ridho Alloh semata, rasa rindu dan syahdu begitu sangat terasa didalamnya, berbeda dengan bulan lainnya. Begitu mudahnya melakukan kebaikan sehingga nuansa islami senantiasa menyelimuti aktivitas sehari - hari.
Ramadhan, itulah nama salah satu bulan yang Alloh agungkan, diperuntukan bagi hambaNya yang beriman. Alloh SWT mengabarkan Ramadhan bulan yang lebih baik dari seribu bulan, bulan penuh ampunan dan keberkahan, segala amalan baik akan Alloh balas dengan beberapa kali lipat. Pintu surga dibuka lebar dan pintu neraka ditutup rapat serta setan dibelenggu. Begitu sangat beruntungnya jika dapat menjumpai Ramadhan dan mampu mengisinya dengan ketaatan dan berbagai amal kebaikan.
Pentingnya kita sebagai muslim mengetahui keistemewaan bulan Ramadhan ini, agar kita senantiasa berupaya memaksimalkan ibadah selama Ramadhan dalam dekapan. Akan berbeda sikap ketika seorang muslim tidak mengetahui keagungan dan keistimewaan Ramadhan, dia akan bersikap biasa seperti bulan lainnya. Melaksanakan puasa hanya sekedar rutinitas tahunan tanpa memaksimalkan dan ketaatan dan kebaikan, kecuali hanya sekedar menahan lapar dan haus.
Ukuran kebahagiaan dalam kehidupan saat ini tidak lain pada pencapaian dunia, baik harta, pekerjaan atau jabatan. Hal sangat membawa pengaruh besar dalam penyikapan kaum muslim saat Ramadhan tiba. Bahagia saat Ramadhan ketika mampu menyajikan menu berbuka dengan berbagai sajian dan saat hari raya idul fitri tiba dengan berburu pakaian yang akan dikenakan, hingga lupa pada makna bahagia yang sebenarnya yang harus kita raih.
Bagi muslim yang standar dan tolak ukur bahagia adalah ridho Alloh maka memaknai datangnya Ramadhan dengan penuh suka cita, bukan bahagia dinilai dari materi namun justru dari sesuatu yang tidak bisa dirasakan secara fisik duniawi. Yakni mampu menjadikan Ramadhan sebagai momentum perbaikan diri, perubahan kebiasaan yang mendekatkan diri dengan sang khalik sehingga melahirkan ketaatan secara sempurna. Secara otomatis hadir sikap waspada terhadap segala amal ibadah yang dilakukan agar tidak disusupi dengan penyakit hati yang senantiasa akan merusak nilai ibadah puasa yang dijalani.
Ramadhan sebagai madrasah tempat dibina dan ditempa bukan saja ibadah fisik dengan menahan lapar dan dahaga yang akan menjadikan peka dan peduli terhadap sesama yang kekurangan, namun juga ibadah hati yang tidak kalah memiliki peran besar agar senantiasa menjaga hati dari hal - hal yang akan merusak nilai puasa dihadapan Alloh.
Dengan selalu memperhatikan rambu - rambu pelaksanaan puasa akan menjadikan pribadi yang peduli terhadap sesama dan menjaga segala perbuatan, perkataan dan hatinya agar selalu terikat dengan hukum Alloh dan menjalani hidup sesuai dengan keinginan sang pemilik jiwa, Alloh SWT. Inilah kebahagiaan muslim bukan saja saat menyambut Ramadhan tetapi juga mampu mengisinya dengan amalan ibadah nafilah dan melaksanakan seluruh perintah dan larangan Alloh SWT.
Selain adanya keistimewaan dan keagungan Ramadhan yang menjadikan kita semangat dalam menajalaninya dengan berbagai ibadah meski lelah senantiasa hinggap tidak lain sebagai ujian, kita juga harus bisa memaknai hikmah bahwa Alloh pertemukan kembali dengan Ramadhan. Berapa banyak orang disekitar kita pergi menghadap Nya. Terlebih saat adanya covid berapa ribu jiwa nyawa yang tidak terselamtkan. Kita masih diberi kesempatan maka janganlah kita melewati Ramadhan ini tanpa memaksimalkan diri dalam ibadah dan ketaatan.
Sebuah kisah dimana Thalhah menceritakan kisa dua orang temanya kepada Rosululloh, dalam mimpinya Thalhah melihat bahwa temanya yang meninggal stelah setahun kematian teman masuk surga lebih dulu daripada temenya yang mati syahid. Mendengar cerita mimpi Thalhah tersebut, maka Rasullullah membenarkannya sehingga para sahabat merasa heran. Mengapa temannya yang meninggal terakhir justru masuk surga lebih dahulu daripada temannya yang meninggal karena mati syahid. Rasulullah saw kemudian mengatakan bahwa temannya tersebut masih hidup setahun setelah kematiannya yang mati syahid, berarti masih mendapati Ramadhan, lalu ia berpuasa, shalat selama satu tahun. Rasulullah berkata: “Maka jarak antara mereka lebih jauh daripada jarak antara langit dan bumi” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)
Kisah tersebut menunjukkan kepada kita betapa keutamaan bulan Ramadhan dan ibadah di dalamnya mampu mengalahkan keutamaan seorang yang mati syahid. Inilah salah satu hikmah dimana Alloh SWT masih memberikan kita umur untuk melaksanakan puasa dan ibadah lainnya, maka jangan sia - sia kan kesempatan yang Alloh berikan.
Betapa berkah umur saat seseorang mendapati Ramadhan dan mengisinya dengan berbagai kebaikan. Bukankah Rosululloh pernah bersabda bahwa " Sebaik - baik manusia adalah yang paling panjang umurnya dan baik amalannya. " ( H.R. Tirmizi ).
Semoga nikmat umur yang Alloh berikan kepada kita, mampu kita gunakan dengan sebaiknya mengoptimalkan segala ibadah terutama di bulan Ramadhan ini hingga kita tidak menjadi orang yang celaka, melewati Ramadhan tanpa mendapat ampunan.
Wallaho'alam
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.