Ketika Seseorang Lelah Berempati
Eduaksi | 2021-12-20 14:44:53Pernahkan kamu merasa kelelahan atau stres karena terlalu sering membantu orang yang memiliki masalah di sekitarmu? Merasa energimu ikut terkuras ketika mendengarkan temanmu curhat mengenai masalahnya? Secara bersamaan, mungkin saja kamu juga memiliki masalah? Ketika kamu merasakan hal semacam itu, kondisi tersebut dinamakan Compassion Fatigue atau lelah dalam berbelas kasih.
Compassion Fatigue biasanya lebih mudah dialami oleh helping professional, seperti psikolog, konselor, dokter dan tenaga medis, caregiver, atau seseorang yang pekerjaannya berhubungan dengan menolong orang lain. Namun, seorang pelajar atau mahasiswa juga dapat mengalaminya. Nah, Compassion Fatigue ini dapat dialami pada seseorang yang berusia produktif.
Sekilas mirip dengan burnout, Compassion Fatigue ternyata berbeda dengan burnout, lho. Maka dari itu, yuk kenali lebih dalam mengenai Compassion Fatigue!
Apa Itu Compassion Fatigue?
Istilah Compassion Fatigue mengarah pada kondisi stress yang diakibatkan oleh berlebihannya seseorang merasakan masalah atau trauma orang lain dan bukan masalah atau trauma yang dimiliki oleh dirinya sendiri (Cocker & Joss, 2016). Selain itu, membantu orang lain yang melibatkan empati di dalamnya juga dapat ditemukan dalam aktivitas sehari-hari, lho. Hal tersebut membuat kemungkinan seseorang dapat mengalami Compassion Fatigue lebih besar.
Menurut Figley (dalam Cocker & Joss, 2016) kelelahan fisik dan mental yang mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk mengatasi stress dalam kehidupan sehari-hari akan menghasilkan Compassion Fatigue. Oleh karena itu, gejala yang disebabkan juga dapat mempengaruhi fisik, psikologis, hingga sosial seseorang.
Jadi, jika kamu merasa lelah hingga stres karena terlalu sering berempati atau membantu orang lain yang menyebabkan energimu terkuras, dapat diartikan kamu mengalami Compassion Fatigue.
Penyebab Seseorang Mengalami Compassion Fatigue dan Ciri-Cirinya
Apa sih penyebab seseorang dapat mengalami lelah dalam membantu orang lain? Nah, ketika kamu mengalami Compassion Fatigue, ada beberapa penyebabnya menurut beberapa ahli, seperti usia, faktor beban kerja, jam kerja yang berlebihan, dukungan dari orang sekitar, kesedihan, depresi, kecemasan, masa lalu, merendahkan diri, dan merasa gagal dalam membantu orang lain.
Yuk, kenali ciri-ciri seseorang mengalami Compassion Fatigue menurut (Lombardo & Eyre, 2011) dari ciri fisik hingga ciri emosional, seperti mengalami kelelahan, gangguan tidur, pusing/sakit kepala, mood swing, mudah marah, terlalu sensitif, kecemasan, kemarahan dan kebencian, kehilangan objektifitas, menurunnya kualitas judgement, menghindari atau takut untuk menangani klien tertentu, berkurangnya rasa empati untuk terhadap klien maupun orang-orang terdekat, meningkatnya absen atau banyak mengambil cuti, dan kurang menikmati pekerjaan.
Nah, hal-hal semacam itu bisa kita kenali dengan cepat dan segera lakukan cara untuk mengatasinya.
Sulit Tidak Mengatasi Compassion Fatigue?
Lalu bagaimana cara mengatasi Compassion Fatigue? Apakah sulit? Coba lakukan beberapa langkah berikut untuk mengatasinya (klikdokter.com, 2020):
1. Meditasi. Meditasi dapat menenangkan dirimu dan membuat emosi menjadi stabil.
2. Berikan batasan pada diri. Memberi batasan dengan berani mengatakan tidak jika hal tersebut akan membuatmu rugi sangatlah penting.
3. Berlibur atau me-time. Dengan berlibur atau me-time, semangat, energi, dan emosi positif yang terkuras dapat terisi kembali.
4. Bicaralah dengan orang terpercaya. Ceritakan masalahmu dan posisikan dirimu sebagai orang yang didengar untuk memulihkan diri. Setelah itu, kamu akan siap untuk menjadi pendengar kembali.
5. Pilihlah lingkungan yang positif. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula, termasuk memberi energi dan emosi yang positif.
6. Terapkan pola hidup sehat. Fisik memiliki kaitan erat dengan emosional seseorang. Oleh sebab itu, sangat penting tetap menjaga pola hidup sehat agar memiliki emosi yang positif.
Hal baik akan menghasilkan hal baik pula. Jadi, jangan lelah untuk membagikan hal positif kepada orang di sekitarmu. Jika lelah, istirahatlah. Tidak ada yang memaksamu untuk selalu menjadi pendengar. Jika merasa energimu sudah terisi penuh, kembalilah menebar hal positif kepada orang banyak.
Referensi
Garcia, V. (2020). Kehabisan Rasa Empati, Apa Penyebabnya? https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3613987/kehabisan-rasa-empati-apa-penyebabnya (diakses 19 Desember 2021)
Nelma, H. (2021). GAMBARAN COMPASSION FATIGUE PADA PSIKOLOG KLINIS. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Pengembangan SDM, 10(2), 72-83.
Sulistyo, C.R. & Simanjuntak, M.I.P. (2021). Compassion fatigue perawat pada masa pandemi covid-19 di wilayah Kabupaten Tangerang. Bachelor thesis, Universitas Pelita Harapan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.