Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Salsabilla Nur Aulia

Toxic Femininity: Perempuan Dituntut Untuk Selalu Bisa

Eduaksi | Saturday, 18 Dec 2021, 19:10 WIB

Ih, masa perempuan nggak bisa masak?”

“Perempuan masa tidak bisa make up?”

Pastinya kamu sebagai perempuan sudah tidak asing dengan kalimat diatas. Sering kali terucap dari tetangga, teman atau bahkan bisa saja dari keluarga.

Nah sekarang cari tau yuk

Apa itu toxic femininity?

Mengutip Study Breaks, toxic femininity merupakan standar yang dianggap normal oleh masyarakat luas sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh perempuan. Standar yang biasanya ditemukan adalah bahwa perempuan harus bisa memasak, atau harus selalu mengerjakan pekerjaan rumah.

Toxic femininity seringkali dialami oleh perempuan-perempuan di Indonesia, yang berkaitan dengan stigma dan kebudayaan, dan pada akhirnya perempuan seringkali mendapatkan banyak sekali tuntutan yang semakin tidak masuk akal. Di zaman sekarang, terkadang toxic femininity ini seringkali bikin sesama perempuan untuk saling menjatuhkan, apalagi di media sosial.

Bagaimana contoh toxic femininity?

Memang tidak semua perempuan mengalami hal ini, tetapi pasti terjadi di sekitar kita ataupun tanpa disadari kita juga pernah mengalaminya dan bahkan menjadi pelaku dari toxic femininity.

Dibawah ini ada beberapa contoh dari toxic femininity:

1. Perempuan harus bisa memasak

Tidak semua perempuan harus bisa memasak, karena keahlian dalam memasak bisa dimiliki oleh laki-laki juga bukan hanya perempuan saja. Dan perempuan juga dituntut bisa melakukan hal-hal yang membuatnya maju, mandiri, dan bahagia. Harus di ingat juga bahwa kita tidak berhak memaksa pilihan seseorang.

2. Perempuan harus pandai mengurus rumah

Bisa mengurus rumah, mengurus kerapihan dalam rumah dan kebersihan lingkungan itu adalah ciri kemandirian seseorang, karena mengurus rumah adalah keterampilan hidup yang harus dimiliki oleh laki-laki juga, tidak hanya perempuan saja.

3. Perempuan harus pintar make up

Make up memang identik dengan kaum perempuan, tetapi make up bukanlah keterampilan yang harus dimiliki oleh semua perempuan, karena pandai memakai make up adalah suatu pilihan atau suatu bakat yang dimiliki seseorang. Dan merawat diri sendiri itu harus dilakukan sebagai bentuk mencintai diri sendiri, bukan untuk dilihat orang lain ataupun bukan dari paksaan orang lain.

4. Perempuan harus lemah lembut

Setiap manusia memiliki latar belakang pertumbuhan yang berbeda, tidak semua perempuan bisa berbicara dengan lembut, dan juga tidak bisa dipaksa untuk selalu lembah lembut.

Nah, di atas adalah beberapa contoh dari toxic femininity yang sering dialami oleh beberapa perempuan di Indonesia.

Ada nggak sih dampaknya?

Kebanyakan orang menganggap bahwa kasus toxic femininity adalah hal sepele dan tidak ada dampaknya bagi korban. Padahal tentu saja ada, karena setiap proses atau kejadian baik langsung ataupun tidak langsung akan menimbulkan suatu dampak. Dampaknya bisa sangat buruk bagi korban. Seperti, korban hidup dalam ketakutan akan penghakiman dari orang lain, banyaknya tuntutan dari orang lain, kesulitan untuk menjadi diri sendiri, dan masih banyak lagi dampaknya. Maka dari itu, mari kita berhenti untuk melakukan toxic femininity.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image