Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lihabi S.Tr.Kes

Mengenal Diabetes Melitus (DM) Tipe 1 Dan Pemeriksaan Laboratorium

Gaya Hidup | Friday, 24 Feb 2023, 08:43 WIB
pixabay.com

Diabetes Melitus (DM) atau yang dikenal penyakit kencing manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Maksud dari keduanya ini Kadar gula darah tinggi terjadi karena diabetes mencegah pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup.

Pada kasus lain, pankreas dapat memproduksi insulin, namun insulin yang dihasilkannya tidak digunakan secara optimal.

Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan gula darah pada penderita diabetes meningkat.

Lantas apa seperti apa diabetes melitus tipe 1?

Diabetes tipe 1 terjadi ketika sel penghasil insulin di pankreas rusak. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh mutasi genetik, faktor lingkungan serta faktor penyakit penyerta seperti autoimun dan idiopatik

Akibatnya, insulin yang diproduksi terlalu sedikit atau tidak ada insulin yang diproduksi sama sekali. Jadi hal ini akan berdampak pada gula atau glukosa tidak masuk ke dalam tubuh dan tidak dapat digunakan sebagai energi.

Pentingnya insulin dan glukosa masuk pada bagian tubuh karena menurut M. Robiul Fuadi, dr.,Sp.PK(K) dosen S2 kedokteran Universitas Airlangga menyebutkan jika glukosa masuk dalam hati, maka glukosa di rubah menjadi glikogen (Glikogenesis) glikogen didalam hati menjadi cadangan gula dalam tubuh.

Selanjutnya jika glukosa masuk dalam otot maka glukosa di rubah menjadi glikogen (Glikogenesis), glikogen otot dibakar yang nantinya akan menjadi sumber kalori. Demikian juga bila masuk dalam jaringan adiposa, glukosa dirubah menjadi trigliserida dan mencegah terjaidnya pemecahan pada lemak atau antilipolisis.

Jika masuk dalam enzim lifase dapat mengaktifkan lipoprotein lipase di sel-sel endotel Peredarah darah dan apalagi masuk pada jaringan lain akan meningkatkan sintesa protein dari asam amino dan insulin akan dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Lantas, apakah Diabetes melitus ini dapat dicegah?

Menurut mayo clinik 2021 hingga saat ini belum ada cara yang dapat mencegah diabetes tipe 1. Namun, perkembangan kondisi ini dapat dihindari dengan menjalani gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat bergizi lengkap dan seimbang, menambah asupan makanan tinggi serat, serta rendah lemak dan kalori, seperti buah, sayur, dan gandum utuh, melakukan olahraga secara rutin selama 30 menit sehari atau 150 menit dalam seminggu.

Penurunan berat badan jika mengalami obesitas, sangat dianjurkan untuk mengikuti pola makan yang dianjurkan dan harus tetap mematuhi pola makan tersebut, baik itu jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus disesuaikan.

Ketaatan juga sangat diperlukan dalam situasi ini seperti menghadiri undangan atau pesta, perjalanan, olahraga dan acara lainnya.

Mencukupi waktu tidur dan istirahat yang cukup dan bagi ibu hamil, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menurunkan berat badan.

Diagnosis Penyakit Diabetes Melitus Tipe 1

Ada beberapa cara diagnosis sesuai pemeriksaan laboratorium menurut M. Robiul Fuadi, dr.,Sp.PK(K) dosen S2 kedokteran Universitas Airlangga memaparkan diagnosis DM dapat ditegakkan harus didasari oleh pemeriksaan kadar glukosa darah.

Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan merupakan pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena yang diambil secara flebotomis.

Selain itu juga dapat dilakukan pemantauan hasil pengobatan atau skrining dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria atau peningkatan ekskresi glukosa dalam darah.

Diagnosis DM dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa lebih dari 126 mg/dl dengan catatan puasa atau kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam atau pemeriksaan glukosa plasma lebih dari 200 mg/dl. 2jam setelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

Atau pemeriksaan glukosa plasma sewaktu lebih dari 200 mg/dl dengan keluhan klasik. Dan yang terakhir dengan pemeriksaan HbA1c lebih dari 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh nasional glycohaemoglobin standarization program (NGSP).

Karena saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standart NGSP, sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi terhadap hasil pemeriksaan HbA1c.

Pada kondisi tertentu seperti anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2-3 bulan terakhir, kondisi yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan fungsi ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis maupun evaluasi.

Berikut bisa dijadikan acuan kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan prediabetes.

HbA1c dalam bentuk persen, dikatakan diabetes jika hasil lebih dari 6,5, prediabetes 5,7-6,4 dan hasil normal kurang dari 5,7

Glukosa darah puasa dalam mg/dL, dikatakan diabetes jika hasil pemeriksaan lebih dari 126, prediabetes 100-125 dan hasil normal kurang dari 100 dan yang terakhir hasil pemeriksaan glukosa plasma 2jam setelah TTGO dalam mg/dL, hasil untuk diabetes lebih dari 200, prediabetes diantara 140-199 dan di nyatakan normal jika hasil kurang dari 140 mg/dL.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image