MSAT dalam Kurikulum Merdeka
Guru Menulis | 2023-02-23 19:46:11Multistage Adaptive Testing (MSAT) adalah pola asesmen yang mengadopsi tes adaptif dimana setiap siswa dapat melakukan tes sesuai dengan level kognitifnya. Dewasa ini, MSAT semakin popular digunakan setelah pendekatan evaluasi ini digunakan pada Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) pada tahun 2020. Sebelumnya, MSAT juga telah digunakan pada Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2018. Di tahun 2004 juga digunakan dalam ujian Akuntan Publik Bersertifikat (Certified Public Accountant-CPA) serta digunakan pada tes standar untuk masuk program pascasarjana di Amerika Serikat pada tahun 2011.
Melihat dari namanya, multistage adaptive testing merupakan ujian yang dilaksanakan berjenjang disesuaikan dengan kemampuan siswa. Selama ini, pola ujian relatif memandang bahwa kemampuan siswa sama ternyata memberi penilaian yang nantinya akan bias. Melalui pola asesmen MSAT guru diharapkan memperoleh gambaran jelas siswa sehingga memberi penilaian lebih adil sesuai level kogitif siswa. MSAT yang kebanyakan digunakan dalam asesmen berskala besar seperti PISA atau AKM sangat mungkin diterapkan dalam sekolah bahkan ruang kelas. Gambaran singkat terkait MSAT, siswa akan mengerjakan tes dalam beberapa tahap. Tahap I siswa diberikan sejumlah soal dengan tingkat kesulitan sama (disarankan dengan tingkat kesulitan sedang). Pada tahap II siswa sudah bisa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan tingkat kemampuan berbeda, kemudian diberikan tes sesuai kemampuan siswa berdasarkan Tahap I. Proses berulang menuju Tahap III dan seterusnya. Salah satu kelebihan menggunakan MSAT, dapat mengurangi siswa dalam menebak soal dan menghindari siswa dalam mencontek karena siswa akan diberikan soal berdasarkan kemampuan masing-masing. Selain itu, soal yang disajikan dalam setiap tahap relatif sedikit dibanding tes konvensional sehingga waktu lebih singkat dan fleksibel.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah salah satu hal yang menjadi fokus pada kurikulum merdeka meskipun sejatinya pembelajaran diferensiasi bukan hal yang baru. Pentingnya merancang pembelajaran dengan memerhatikan karakteristik dan kemampuan siswa menjadi kunci dalam kurikulum merdeka. Guru dituntut untuk melaksanakan asesmen diagnostik agar mampu memetakan siswa terkait kesiapan belajar serta minat siswa. Implementasi MSAT dalam kurikulum merdeka, khususnya pada pembelajaran diferensiasi dapat dilakukan untuk assessment as learning, for learning, dan of learning.
Implementasi MSAT dalam assessment as learning dan assesmet for leraning misalnya, Tahap I siswa akan diberikan soal dengan tingkat kesulitan sedang dengan asumsi siswa memiliki kemampuan yang sama (Asesmen Diagnostik). Siswa dapat dipetakan sesuai dengan kemampuan kognitifnya, misalnya rendah, sedang, tinggi. Kemudian guru menyiapkan pembelajaran diferensiasi berdasarkan hasil kemampuan kognitif (Tahap I) dan minat siswa. Kemudian guru melakukan asesmen pada tahap II dengan membagi soal menjadi 3 bagian berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang diklasifikasi sesuai dengan kriteria tujuan pembelajaran (KKTP). Guru kembali menyiapkan pembelajaran diferensiasi berdasarkan hasil Tahap II. Proses berulang hingga asesmen sumatif dilakukan.
Selain itu, MSAT juga dapat diimplementasikan dalam asesmen of learning misalnya, Tahap I siswa diberikan soal dalam tingkat kesulitan sama dengan asumsi kemampuan siswa sama dalam kurun waktu tertentu. Kemudian, siswa dapat dibedakan dalam beberapa kelompok sesuai dengan capaian/hasil tahap I. Tahap II siswa diberikan soal dengan kesulitan berbeda yang diklasifikasi berdasarkan kemampuan siswa dari Tahap I dalam kurun waktu tertentu. Proses berulang dengan algoritma yang sama. Pada implementasi ini, akan lebih mudah jika soal disediakan pada komputer sehingga siswa dapat mengakses dengan cepat. Namun juga masih bisa diterapkan dalam bentuk paper test dalam kurun waktu lebih lama serta guru harus menyiapkan paket soal yang cukup banyak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.