Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Najmuddin Saifullah

Ketika Seorang Ateis mendebat Imam Abu Hanifah

Agama | Tuesday, 21 Feb 2023, 18:58 WIB
Free Vector | Free vector black pulpit, podium or tribune, rostrum stand (freepik.com)" />
Free Vector | Free vector black pulpit, podium or tribune, rostrum stand (freepik.com)

Imam Abu Hanifah adalah seorang ulama besar pendiri mazhab hanafi. Kecerdasan yang dimilikinya termasuk luar biasa. Ia mulai menekuni dunia intelektual Islam di akhir masa mudanya karena semenjak kecil ia diajak sang ayah berdagang kain sutra. Kendati demikian, dengan ketekunan dan ulet dalam belajar, ia berhasil menjadi salah satu dari empat imam mazhab yang muktabar (Maliki, Syafi’i, dan Hanbali). Ciri khas Imam Abu Hanifah adalah nalarnya yang sangat kuat sehingga dikenal sebagai ahlu ar-ra’yi (orang yang rasional). Pola pikirnya sudah sangat tajam sejak usia muda, hal ini terbukti ketika ia meladeni seorang ilmuan ateis untuk berdebat, berikut ini kisahnya:

Debat panas ilmuan ateis vs imam Abu Hanifah

Suatu hari ada seorang ilmuan ateis tiba-tiba masuk masjid dan naik ke atas mimbar seraya berkata: “Adakah siapapun di sini yang siap kuajak berdebat?”. Berdirilah seorang pemuda di tengah jamaah yang hadir untuk meladeni ateis sombong tersebut, ia adalah Imam Abu Hanifah muda, “Aku akan menjawab semua pertanyaanmu” jawabnya lantang. Ilmuan ateis melontarkan pertanyaan pembuka.

“Kapan Tuhanmu dilahirkan?”. Dengan mudah pertanyaan ini dijawab oleh Abu Hanifah, “lam yalid wa lam yulad (Ia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan).

Ateis lanjut dengan pertanyaan, “Kalau Tuhanmu yang menciptakan semuanya, lantas apa yang ada sebelum Tuhan diciptakan?”.

“Anda tahu konsep perhitungan angka?” tanya Abu Hanifah balik.

“Tentu saja”

“Lantas apakah ada angka sebelum angka satu?”

“Tidak ada angka sebelumnya”

“Begitulah Tuhan, ia ada sebelum seluruh ciptaannya ada. Semua yang ada di dunia ini menjadi ada karena diciptakan oleh Tuhan. Ia telah ada sebelum segala sesuatu ada”, kata Abu Hanifah.

Ilmuan Ateis lanjut memberi pertanyaan: “Dimanakah sekarang Tuhanmu berada?”.

Abu Hanifah balas memberi pertanyaan “Apakah kamu tahu susu yang dicampur dengan keju?”.

“Tentu saja”

“Ketika susu dicampur dengan keju, di manakah letak keju tersebut? tanya Abu hanifah lagi.

“Aku tidak bisa melihatnya, tapi keju ada di dalamnya”

“Tuhanku juga demikian, kita tidak bisa menentukan ada di mana keberadannya sekarang. Tuhan tidak terbatasi dengan ruang dan waktu seperti manusia. Kekuasannya lebih daripada itu”

Lanjut ke pertanyyan Ilmuan Ateis berikutnya “Ke arah mana Tuhanmu sekarang menghadap?”

Abu Hanifah membalas dengan pertanyaan lagi “apakah kamu tahu lampu?”

“iya aku tahu”

“ke mana arah dari cahaya yang dihasilkan oleh lampu?

“aku tidak bisa menentukannya, karena cahanya menyebar ke segala arah”

Kemudian Abu Hanifah melanjutkan jawaban, “Allah adalah pemberi cahaya kepada segala hal yang ada di langit dan di bumi (ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ). Kita tidak bisa dengan pasti ke mana Allah menghadap karena cahayanya memancar ke segala arah”.

Sampailah ke pertanyaan ateis yang terakhir “Kalau Tuhanmu telah menciptakan semuanya dan menentukan takdirnya, lantas apa yang sedang dilakukanNya sekarang?”. Abu Hanifah berkata “Dari tadi kamu berdiri di atas mimbar, sedangkan aku di sini. Sekarang kamu turun dan kita bertukar tempat”. Ilmuan Ateis menurutinya dan turun dari mimbar.

Imam Abu Hanifah naik mimbar dan memberi jawaban pertanyaan terakhir tadi, “Dirimu yang tidak pantas naik ke mimbar ini sejak tadi adalah takdir Allah, lalu Allah tidak akan membiarkan orang sepertimu selamanya berada di sini sehingga menakdirkanku menggantikan posisimu di sini. Itulah yang Allah kehendaki sekarang”.

Mendengar jawaban tersebut orang-orang yang menyaksikan debat ini bertakbir karena Imam Abu Hanifah muda mampu menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan Ilmuan Ateis. Sungguh keberadaan Abu Hanifah di sana telah membentengi akidah muslimin yang coba digoyahkan dengan pertanyaan orang Ateis. Di usia yang masih muda Abu Hanifah dengan cerdas menjawab semua pertanyaan dengan logika yang masuk akal dan mudah dipahami. Begitulah Imam Abu Hanifah, salah satu imam mazhab yang diberi karunia luar biasa oleh Allah SWT.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image