Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arum Damasari

Benarkah PLTS Tidak Menghasilkan Limbah?

Teknologi | Tuesday, 21 Feb 2023, 15:01 WIB

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi cahaya matahari untuk dikonversi menjadi energi listrik dengan bantuan modul surya. Meskipun menggunakan sumber energi ramah lingkungan, tetapi terdapat perangkat panel surya yang memiliki umur pakai terbatas. Menurut studi yang dilakukan oleh IESR (2020), sudah ada 190 MWp PLTS yang terpasang di Indonesia pada tahun 2020. Dengan rata-rata pemakaian 30 tahun. Setelah 30 tahun, akan dibawa kemana panel surya tersebut? Padahal, akhir-akhir ini tren pemasangan PLTS untuk bisnis maupun residensial terus meningkat Benarkan PLTS ini masih dapat dikatakan tidak menghasilkan limbah?

Gambar: Rangkaian PLTS

Setiap jenis PLTS memiliki skema yang hampir berbeda. Umumnya, terdapat tiga jenis PLTS yang telah ada di pasaran, yaitu PLTS on-grid, PLTS off-grid, dan PLTS hybrid. PLTS on-grid merupakan PLTS yang terhubung dengan daya listrik dari PLN dan akan padam ketika listrik dari PLN padam. PLTS off-grid merupakan PLTS mandiri, tidak memerlukan bantuan daya listrik dari PLN karena dilengkapi baterai yang dapat menyimpan daya untuk digunakan kemudian. Sedangkan, PLTS hybrid adalah gabungan antara PLTS on-grid dan off-grid, tidak akan padam ketika suplai listrik dari PLN padam karena dilengkapi baterai. Dari skema tersebut, meskipun berbeda dan memiliki kompleksitas tersendiri, terdapat beberapa komponen yang sama.

Untuk melihat potensi limbah dan emisi yang dihasilkan dari suatu produk maupun kegiatan usaha dapat dilakukan dengan metode LCA (Life Cycle Assessment) atau analisis daur hidup. Dari analisis ini dapat diketahui besaran potensi emisi dan limbah yang dihasilkan serta dampaknya terhadap lingkungan. LCA pada industri kompenen PLTS dilakukan mulai dari proses perencanaan, pengadaan bahan, proses produksi, pemasaran dan distribusi, serta penggunaan.

Studi yang dilakukan oleh Institute for Essential Service Reform (IESR), diproyeksikan jumlah limbah panel surya di Indonesia mencapai 1,7 juta ton di tahun 2050. Per satu produk panel surya emisi yang dihasilkan dari sisklus hidupnya meliputi proses produksi sebesar 81%, balance of system sebesar 12%, pembuatan rangka (frame) sebesar 7%, transportasi sebesar 9%, dan proses instalasi sebesar 1%. Lebih lanjut, dibandingkan dengan energi fosil seperti batu bara yang menghasilkan emisi sebanyak 900 g/kWh dan gas alam sebanyak 439 g/kWh, silicon yang digunakan sebagai sel panel surya hanya mengeluarkan emisi sebanyak 45 g/kWh. Nilai ini cukup membuktikan bahwa panel surya menghasilkan lebih sedikit limbah dibandingkan energi fosil. Komponen utama panel surya terdiri dari kaca pelindung (76%), kerangka aluminium (8%), sel photovoltaic (5%), lembar insulasi (10%), dan sisanya adalah enkapsulasi (polimer) dan kotak junction. 90% dari komoponen panel surya dikategorikan limbah yang tidak berbahaya. Hal ini demikian karena dapat didaur ulang. Sedangkan komponen panel surya yang berpotensi menghasilkan dapak negatif pada lingkungan, yaitu silikon (5%), perak (0,06%), timbal (0,05%), dan timah.

Potensi limbah panel surya dan baterainya dapat menjadi peluang sekaligus tantangan. Peluang ketika melahirkan unit usaha baru recycle limbah tersebut dan tangangan ketika terjadi penumpukan panel surya bekas pakai akibat tidak terkelola. Namun, saat ini telah berkembang sistem ekonomi sirkular. Sistem ini berprinsip pada kegiatan ekonomi yang memanfaatkan limbah sisa proses produksi dan konsumsi untuk menjadi input dalam proses selanjutnya yang berlangsung terus-menerus.

Hingga saat ini, jasa recycle limbah panel surya belum tersedia di Indonesia. Namun, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menerbitkan panduan pengelolaan lingkungan pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Panduan ini akan semakin baik jika dilengkapi dengan adanya pelatihan pengembangan teknologi beserta penyediaan sumber daya manusia yang kompeten untuk pengelolaan limbah panel surya.

Proses daur ulang dari komponen panel surya memiliki treatment yang berbeda-beda. Setiap komponen dipisahkan sesuai jenis bahannya. Dari satu rangkaian panel, persentase komponen yang dapat digunakan kembali yaitu sebanyak 95% untuk kaca, 80% modul panel, 100% logam, dan 85% silikon.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image