Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Narrisya Devita

Yuk, Kenali Apa itu PLTS Terapung!

Eduaksi | 2023-02-19 12:51:26

Indonesia merupakan negara berkembang di mana banyak inovasi-inovasi baru muncul. Setiap industri membutuhkan banyak energi listrik. Namun pada kenyataannya ketersediaan energi listrik di Indonesia masih sangat rendah. Bahkan di daerah terpencil pun belum ada akses energi listrik yang menunjukkan bahwa distribusi energi listrik masih belum merata dan ketersediaannya masih belum mencukupi.

Pembangkit listrik tenaga air yang dibangun secara intensif masih belum mampu memenuhi kebutuhan listrik. Oleh karena itu, harus ada inovasi-inovasi baru di bidang produksi. Indonesia terletak pada koordinat 6°LU - 11°08' LS dan 95°'BT - 141°45' W. Berdasarkan koordinat tersebut, Indonesia berada di garis khatulistiwa. Lokasi ini sangat menguntungkan karena melimpahnya sumber energi matahari di Indonesia. Rapat daya rata-rata energi matahari yang memasuki atmosfer adalah 1,2 kW/m2, tetapi bumi hanya menyerap 560 W/m2. Berdasarkan angka di atas, maka energi matahari yang dapat dihasilkan untuk seluruh daratan Indonesia seluas ± 2 juta km2 adalah sebesar 5.108 MW (I G N Nitya S, et al., 2005).

Sumber: Rahman et al. 2017

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan inovasi dan solusi baru untuk permasalahan kebutuhan listrik di Indonesia. Energi pancaran matahari diubah menjadi energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga surya atau disebut juga teknologi fotovoltaik, yang terdiri dari bahan semikonduktor yang disebut solar cell.

Sistem PLTS Terapung bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kebutuhan lahan. Salah satu tempat yang efektif untuk pembangunan PLTS terapung ini adalah waduk. Waduk merupakan suatu bangunan air yang berfungsi untuk menampung air yang digunakan pada saat debit rendah. PLTS ini bisa kita apungkan di tampungan/ permukaan air waduk.

Pada prinsipnya, sistem PLTS Terapung tidak jauh berbeda dengan sistem PLTS ground-mounted. Komponen pada sistem PLTS Terapung antara lain terdiri dari modul surya, floater/platform apung, solar charge controller, inverter, penyangga modul PV, baterai, combiner box, solar/battery inverter, panel distribusi, sistem pengkabelan, sistem anchoring dan mooring.

PLTS Terapung diimplementasikan dengan meletakkan panel surya di atas floater yang terbuat dari Fiber Reinforced Plastic (RFP), Medium Density Polyethylene (MDPE), High Density Polyethylene (HDPE). Instalasi dilakukan dengan meletakkan panel surya dan DC System di atas floater setelah struktur floating diberi pemberat serta dikaitkan dengan ground. Namun, instalasi ini cukup berbeda dari ground-mounted, karena sistem dilengkapi dengan anchoring dan mooring. Anchor (jangkar) dan mooring (tali jangkar) digunakan untuk menahan pergeseran PLTS Terapung agar tidak pindah di perairan.

Tantangan lain dalam memasang PLTS Terapung adalah probabilitas terkena dampak oleh aktivitas air seperti gelombang tinggi, tsunami, badai, dan angin topan. Oleh karena itu, sistem yang dirancang harus lebih fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan ketinggian air, arus, dan pertumbuhan organisme akuatik lainnya. Selain itu, karena komponen PLTS terapung terletak di permukaan air, maka besar kemungkinan akan mengalami korosi pada struktur logam lebih cepat, yang dapat memperpendek umur sistem PLTS Terapung.

Di sisi lain, dalam kajian tahun 2019, World Bank Group menyatakan ada efek jangka panjang terhadap ekosistem perairan tempat PLTS terapung itu dipasang. Potensi tersebut berkaitan dengan masalah kualitas air seperti perubahan stratifikasi suhu air dengan kandungan oksigen air karena modul PV yang terpasang menutupi permukaan air. Selain itu, tertutupnya permukaan air akibat modul surya dapat merusak biota perairan yang ada, karena tidak ada sinar matahari yang menembus dasar perairan.

Berbagai teknologi panel surya dikembangkan selama pengembangan PLTS Terapung. Salah satunya adalah teknologi bifacial yang pertama kali dikembangkan di Indonesia pada tahun 2017 oleh Eko Adhi Setiawan dari Universitas Indonesia. Teknologi panel dua sisi ini memungkinkan kedua sisi panel surya menyerap sinar matahari, dengan sisi pertama menyerap cahaya secara langsung dan sisi lainnya menyerap cahaya yang dipantulkan dari air. Pada sistem ini, panel surya menembus sinar matahari yang dipantulkan oleh air dan menyerapnya kembali ke dalam panel.

Saat ini, pemerintah telah menunjukkan keseriusan untuk lebih mengembangkan PLTS terapung sebagai salah satu bentuk pemanfaatan energi terbarukan. Pada Oktober 2021 lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral baru saja mendiseminasikan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN Persero (RUPTL) 2021-2030, mengenai penambahan kapasitas pembangkit energi terbarukan dengan porsi lebih besar (51,6% atau 20,9 GW).

Sumber :

Daniel Kurniawan. (2021). PLTS Terapung sebagai Kunci Akselerasi Pengembangan Tenaga Surya Skala Besar di Indonesia.

Marupa, I., Moe, I. R., Mardjono, A., & Malindo, D. (2022). PLTS Terapung: Review Pembangunan dan Simulasi Numerik Untuk Rekomendasi Penempatan Panel Surya di Waduk Cirata. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 13(1), 48–62. https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2022.013.01.05

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2021). Panduan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS Terapung.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image