Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sirajun Maulidi

Tenaga Surya vs Pemanasan Global, Bisakah Menang?

Teknologi | 2023-02-18 09:08:43
Solar Panel, Photo by Markus Spiske on Unsplash

Hari terasa semakin hari semakin panas, cuaca juga mulai tidak menentu, kenapa ya? Hal ini disebabkan oleh pemanasan global. Ya, pemanasan global ini nyata adanya, bukan hanya sebagai isu karangan elit global semata. Manusia di seluruh penjuru dunia lah penyebabnya, kok bisa? Hal ini bisa terjadi karena manusia berkontribusi langsung melalui emisi gas rumah kaca, hasil dari pembakaran bahan bakar fosil, asap kendaraan, asap pabrik, dan masih banyak lainnya.

Pemanasan global adalah masalah global yang sangat serius dan mempengaruhi seluruh dunia. Hal ini disebabkan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulanhutan. Pemanasan global menyebabkan peningkatan suhu global, perubahan cuaca ekstrim dan ancaman terhadap kehidupan di Bumi. Oleh karena itu, diperlukan tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini, termasuk pengenalan sumber energi alternatif, pengurangan gas rumah kaca, dan penerapan perilaku yang lebih ramah lingkungan. Semua pihak, individu, pemerintah dan industri harus bekerja sama untuk memerangi pemanasan global dan menjaga kelestarian planet kita. Perubahan iklim akibat pemanasan global ini berdampak pada banyak sekali elemen.

Dampak-dampak tersebut berupa dampak langsung seperti 14 % populasi dunia merasakan dampak panas ekstrem, 0.40 meter permukaan air laut naik. Ada juga dampak terhadap mahkluk hidup dimana 4% binatang bertulang belakang dan 8% tumbuhan musnah pada perubahan iklim sebesar 1,5 derajat Celcius, hal ini bisa menjadi dua kali lipatnya pada 2 derajat Celcius. Tak hanya disitu, daratan dan lautan juga terdampak dari perubahan iklim, 7% luasan ekosistem daratan bumi akan berubah pada perubahan 1,5 derajat Celcius dan 1,86% lebih luas pada perubahan 2 derajat Celcius.

Tentu saja hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja kedepannya. Kita harus mulai beralih dari Energi yang tidak terbarukan menuju energi terbarukan, contohnya memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS adalah salah satu teknologi pembangkitan listrik yang menggunakan sel surya (Photovoltaic/PV) untuk mengubah sinar matahari menjadi energi listrik. Untuk memasang PLTS, ada 2 jenis pemasangan berdasarkan hubungannya dengan jaringan listrik PLN. PLTS bisa dihubungkan dengan jaringan PLN, hal ini dinamakan PLTS on-grid, atau bisa juga dipasang secara off-grid alias tidak terhubung ke jaringan PLN dan menggunakan baterai.

Energi surya sendiri merupakan sumber energi terbarukan yang telah berkembang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Sehingga teknologi ini pun menjadi semakin efisien. Pemanfaatan energi surya pun dinilai sebagai pemanfaatan energi terbarukan yang paling mudah. Pemanfaatan tenaga surya memiliki banyak sekali keuntungan dalam memerangi pemanasan global.

Pertama, energi surya adalah sumber energi terbarukan yang tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti pembangkit listrik tenaga fosil. Ini berarti bahwa dengan memanfaatkan energi matahari dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca secara sangat signifikan. Kedua, energi surya adalah energi yang sangat fleksibel, panel surya dapat dipasang di berbagai lokasi, bisa di atap rumah, bisa di lahan kosong, dan bisa juga di air secara terapung. Ketiga, penggunaan energi surya dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, yang semakin lama semakin mahal, dan berpotensi untuk habis dalam waktu yang tergolong sudah singkat. Keempat, biaya untuk pemasangan dan pemanfaatan energi surya dari waktu ke waktu semakin menurun, sehingga memungkinkan bagi penggunanya melakukan penghematan biaya. Kelima, Indonesia berada di garis khayal khatulistiwa dimana penyinaran matahari pasti ada sepanjang tahun, sehingga bisa menghasilkan energi surya yang maksimal.

Namun, pemanfaatan energi surya melalui PLTS juga masih menemui beberapa kendala, diantaranya adalah ketentuan regulasi dari pemerintah, yang membatasi penggunaan Energi Surya jika masih terhubung dengan jaringan PLN atau secara on-grid, tetapi hal ini diyakini akan berubah seiring berjalanannya rancangan net zero emission di Indonesia pada 2060. Selain itu, PLTS sangat bergantung pada kondisi cuaca dan iklim,Ini berarti bahwa pembangkit listrik tenaga surya tidak selalu dapat menghasilkan energi dengan stabil, terutama di daerah dengan cuaca yang tidak menent, tetapi hal itu bisa diatasi dengan teknologi baterai dan sistem penyimpanan energi lainnya sedang dikembangkan untuk mengatasi masalah ini.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan energi surya sebagai sumber energi alternatif sangat penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menanggulangi pemanasan global. energi surya adalah sumber energi yang ramah lingkungan, dapat diandalkan, dan semakin terjangkau secara ekonomi. Dengan meningkatkan pemanfaatan energi surya kita juga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang tidak hanya mahal dan semakin sulit didapat, tetapi juga berkontribusi pada perubahan iklim dan pemanasan global. Jadi mari kita bersama perangi pemanasan global dengan mulai memanfaatkan energi terbarukan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image