Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yosephine Rotua Oktaviana Siahaan

Gender Mainstream : Dunia Lebih Indah karena Kesetaraan Gender

Eduaksi | 2023-02-17 23:54:52

Kesetaraan nilai perempuan dan laki-laki dalam segala bidang kehidupan yang dikenal dengan istilah kesetaraan gender adalah hak asasi manusia yang mendasar. Hal ini penting untuk membangun dan memelihara masyarakat damai untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Gender mainstream merupakan strategi internalisasi perspektif gender menjadi satu dimensi integral dalam siklus pembangunan, yang meliputi : perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap suatu kebijakan atau program pembangunan. Gender mainstream bukanlah strategi baru untuk mencapai kesetaraan gender.

Hal ini dibangun atas pengalaman bertahun-tahun yang menjadikan perspektif gender menjadi pusat perhatian dalam kebijakan program. Gender mainstream muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan untuk mempersempit ketidaksetaraan dan kesenjangan gender yang seringkali berfokus secara eksklusif pada perempuan. Akhirnya , gender mainstream sebagai pendekatan yang mengalihkan perhatian dari individu dan hak-hak mereka (perlakuan yang sama) atau kekurangan dan kerugian terhadap sistem, proses dan norma itu menghasilkan ketidaksetaraan.

Gender mainstream menjadi subyek yang mengalami banyak perdebatan dan walaupun diterima secara luas, tetap memiliki kendala berupa kebingungan konseptual, ambiguitas untuk implementasi pada tingkat teori dan praktek, dan pemahaman yang tidak memadai. Gender mainstream memiliki beberapa tujuan, yaitu :

1. Penyebaran kesetaraan gender dan keadilan gender

2. Memastikan bahwa kebijakan gender mainstream mencakup analisis gender yang berfokus pada hubungan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki dalam hal akses, kepemilikan sumber daya dan dinamika kekuasaan.

Strategi gender mainstream biasanya diterapkan diberbagai bidang (pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan lain-lain) dan pada tingkat yang berbeda (regulasi, tata kelola, manajemen dan proses dukungan). Dibidang perguruan tinggi, universitas diminta untuk menerapkan gender mainstream untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuan dari kesetaraan gender secara nasional yang menyiratkan bahwa strategi diimplementasikan dengan cara yang berbeda dalam hubungannya untuk kegiatan, seperti : pengajaran, penelitan dan inovasi, pengembangan dan analisis kebijakan, atau penyampaian program.

Gender mainstream telah menjadi wacana pembangunan yang dominan untuk mencapai kesetaraan gender di daerah berkembang. Ini adalah hal baru dari serangkaian strategi yang telah memiliki berbagai keberhasilan dalam menyampaikan tujuan feminis emansipasi wanita dan kesetaraan gender di kawasan negara berkembang, seperti : Afrika, Asia Tenggara, dan lain-lain. Gender mainstream adalah usaha untuk menyetarakan laki-laki dan perempuan dalam pengalaman pembangunan proyek dalam negeri dan luar negeri, implementasi, pemantauan dan evaluasi semua undang-undang, kebijakan dan program diseluruh pemerintahan departemen, sehingga perempuan dan laki-laki mendapat manfaat dan hak yang sama. Laki-laki dan perempuan harus berpartisipasi sama dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan untuk memengaruhi seluruh agenda. Di seluruh dunia , banyak orang berjuang untuk meningkatkan status dan kualitas hidup perempuan.

Status perempuan hanya dapat ditingkatkan melalui strategi gender mainstream yang disesuaikan dengan masing-masing budaya dan tempat tertentu yang dapat menangani keprihatinan dan aspirasi menjadi bagian perubahan yang aktif. Untuk mencapai gender mainstream secara efektif dalam konteks local maka diperlukan pendekatan dua arah, yaitu : menerapkan startegi operasional sambil menerapkan strategi kelembagaan yang mencerminkan dan mendukung perubahan praktis.

Sebagai feminis global yang peduli, kita harus mengemas ulang gender agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif. Secara praktis, perempuan dan laki-laki berada di garis depan gender mainstream. Landasan awal tentang hubungan gender dapat berfungsi untuk beradaptasi dan menyesuaikan informasi dan pelatihan secara umum tentang gender mainstream yang tersedia secara bebas melalui lembaga pengembangan dan web. Dengan cara ini, gender mainstream terjadi secara efektif dengan kecepatan dan cara yang sesuai secara local.

Studi kasus perbedaan posisi perempuan dan laki-laki, contohnya pada pertambangan. Perbedaan posisi perempuan dan laki-laki di pertambangan mencerminkan relasi gender yang berlaku dalam masyarakat yang lebih luas dan diabadikan oleh ideologi gender, sedangkan perbedaan ekonomo diantara perempuan dihasilkan dari ketidaksetaraan kelas dan etnis. Didalam perusahaan pertambangan, posisi manajer perempuan umumnya kecil atau tidak ada dan tingkat kemajuan karir mereka lambat dan tidak merata. Laki-laki umumnya membentuk mayoritas manajer, eksekutif puncak dan professional tingkat tinggi, sedangkan wanita masih terkonsentrasi pada kategori posisi manajer yang lebih rendah. Sektor pertambangan perlu mengembangkan prosesnya untuk memastikan kesetaraan gender dan harus menguntungkan laki-laki dan perempuan. Gender mainstream dalam pertambangan harus dilakukan karena beberapa alasan :

1. Perempuan sering menjadi yang terlemah dan termiskin dikomunitas lokal. Dalam budaya tradisional contohnya pada pelosok Indonesia, wanita merasa mereka harus diam dan menyembunyikan pendapat dan perasaan mereka. Akibatnya mereka menjadi korban ganda di dalam komunitas dan diluarnya.

2. Perempuan sering menjadi pihak yang paling terkena dampak buruk dari pertambangan.

3. Perempuan di komunitas miskin seringkali bertanggungjawab atas kelangsungan hidup rumah tangga dengan mengumpulkan makanan, makanan ternak dan bahan bakar untuk kehidupan keluarga serta mengasuh anak-anak. Peran ini seringkali tidak diakui secara formal atau diterima secara resmi.

4. Hak dasar untuk didengarkan, diberdayakan berlaku sama bagi perempuan.

Source : https://www.youtube.com/watch?v=WZvNcflKBDs

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image