Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Terkikisnya Fitrah Ibu

Gaya Hidup | Tuesday, 14 Feb 2023, 23:49 WIB

Ibu, engkau adalah rumah. Tanpamu, aku tunawisma tanpa tempat pulang. - Fiersa Besari

Sungguh tempat ternyaman bagi anak adalah pelukan ibunya. Bagai tempat perlindungan yang memberikan rasa aman, nyaman untuk ditempati. Tak peduli seburuk apapun kondisi kita, ibu akan selalu ada menopang, memotivasi dan mendoakan yang terbaik bagi anaknya. Sayangnya, fitrah Ibu kini sudah rusak.

Pelecehan oleh Ibu

Dilansir dari laman Republika.co.id (7/2/2023), seorang ibu muda berinisial NT berusia 25 tahun dilaporkan melakukan kekerasan seksual pada 17 anak berusia delapan sampai 15 tahun di Kota Jambi. Polisi sudah menetapkan perempuan pemilik penyewaan Play Station itu sebagai tersangka dan menahannya.

Begitu miris membaca pengakuan korban. Tersangka melakukan perbuatan bejatnya dengan menyuruh para korban yang masih di bawah umur itu, mengintip aktivitas senggama NT bersama suaminya di rumah.

Tak hanya itu, kepada para bocah korbannya itu, NT meminta mereka untuk menonton film porno. Setelah itu, dikatakan dari pengakuan salah satu korban, NT meminta para korbannya untuk memegang-megang bagian sensitif tersangka. Astagfirullah. Para korban diimingi main gratis Play station sehingga bisa terjebak pada pelecehan ini.

Fitrah Ibu Rusak

Sosok ibu yang mengayomi dan mengasihi anak-anak kini telah rusak. Fitrah cinta dan kasih pada anak-anak yang ada pada ibu sudah terkikis. Yang hadir justru pandangan seksual. Inilah potret Buram sekularisme kapitalisme.

Sistem yang menjauhkan agama dari kehidupan ini sukses membuat muslim tak kenal, tak paham hingga menghantarkan pada tidak mengamalkan ajaran agamanya. Asing dengan ajaran yang Allah berikan.

Ditambah lagi adanya pandangan sesat dalam sistem kapitalisme tentang hubungan pria dan wanita juga naluri berkasih sayang. Kapitalisme memandang hubungan pria dan wanita hanya sebatas seksual. Maka, lahirlah berbagai kasus asusila antara guru dengan murid, ayah dengan anaknya, mertua dengan menantunya, termasuk ibu tetangga dengan anak-anak seperti kasus di atas.

Kapitalisme memandang bahwa naluri berkasih sayang hanya hadir dalam bentuk seksual. Dan ini harus dipenuhi. Jika tidak dipenuhi maka akan mengantarkan kepada sakit fisik, mental juga akal. Wajar jika kini banyak kasus yang tidak bisa menahan hawa nafsunya.

Islam Selamatkan Ibu

Indonesia didaulat sebagai salah satu negara dengan pemeluk agama islam terbanyak. Sudah seharusnya kita cari solusi pada agama ini. Apalagi islam memang hadir sebagai sistem kehidupan. Ia memiliki aturan yang khas tentang kehidupan, termasuk mengatur hubungan pria dan wanita.

Allah ingatkan dalam Alquran bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan untuk tolong menolong. Bukan hanya pandangan seksual. Islam batasi pandangan seksual hanya pada pasangan pria dan wanita yang sudah diikat tali pernikahan alias suami istri. Di luar itu, pandangan antara pria dan wanita sebatas tolong menolong dalam kehidupan umum.

Oleh karena itu, islam lengkapi aturan berpakaian bagi pria dan wanita khususnya. Tak boleh bersolek di hadapan orang lain, tak boleh memakai parfum yang tercium hingga jauh, tak boleh berduaan, Allah perintahkan untuk menjauhi zina. Tentu ini tak cukup, negara pun harus turun tangan memfilter tontonan, lagu, bacaan dan semua yang beredar agar tidak membangkitkan naluri seksual rakyat.

Islam memandang naluri berkasih sayang yang Allah titipkan pada setiap manusia dibangkitkan dari rangsangan eksternal. Rangsangan dari fakta yang diindera dan pemikirannya. Misalnya, menonton film porno, membaca kisah porno, dan yang sejenisnya akan membangkitkan naluri seksual. Maka dari itu, semua pihak mulai dari diri, masyarakat hingga negara akan menutup pintu masuk dari hal yang membangkitkan naluri ini.

Islam memandang pemenuhan naluri berkasih sayang ini tidak wajib. Jika tidak dipenuhi, manusia takkan mati, paling akan menimbulkan kegelisahan. Kegelisahan yang muncul ini takkan mengakibatkan sakit fisik, mental atau akal seperti yang diyakini Barat. Agar tidak terus gelisah, maka Islam mengajarkan untuk berpuasa. Ini berarti mengalihkan perhatian dan energi kita pada amal sholeh. Mengalihkan pada naluri yang lain, yakni naluri beragama.

Menyibukkan diri dalam amal sholeh, berlomba menjadi manusia yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan negara akan hadir jika semua sadar akan hal ini. Sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah saw. Semua sibuk beramal sholeh hingga tak punya pemikiran untuk bermaksiat. Kalau pun terpikir bermaksiat, takkan berani untuk melakukannya, karena sadar pertanggungjawaban yang akan ditanggung nanti akan sangat berat.

Inilah islam yang menyelamatkan ibu dari kesia-siaan, juga menyelamatkan anak-anak dari pelecehan seksual. Tentu ini hanya akan jadi teori jika tidak diterapkan. Sudah sepantasnya kita menuntut penerapan Islam sebagai sistem kehidupan agar berkah di dunia dan akhirat. Keselamatan juga hadir untuk para ibu dan anak-anak.

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image