Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Jika Ekspor Dipersulit Mengapa Impor Dipermudah?

Bisnis | Friday, 17 Dec 2021, 19:41 WIB
ANTARA/Indra Arief

Indonesia sebagai negara yang memiliki keunggulan komparatif lebih bagus dari negara-negara Eropa, China, Australia, dan Amerika harusnya juga mempunyai posisi tawar tinggi dalam perdagangan internasional.

Banyak sekali komoditas yang mampu diproduksi oleh Indonesia terutama sektor primer yang dibutuhkan oleh negara Uni Eropa dan Asia termasuk Saudi Arabia melalui ekspor. Sebut misalnya komoditas bawang.

Bawang merah atau bawah putih bahkan tidak saja dimanfaatkan sebagai bumbu masakan yang banyak digunakan dalam industri makanan atau kuliner juga kebutuhan rumah tangga. Namun pula telah merambah sebagai bahan baku untuk obat-obatan dan farmasi dalam bidang herbal.

Konon bawang putih sekarang ini semakin meningkat tren permintaan pasar karena untuk digunakan pada beragam kebutuhan. Mulai dari bumbu dapur, rempah, kuliner, dan obat-obatan.

Namun tingginya permintaan pasar pada komoditas bawang putih jutsru tidak memberikan keuntungan bagi petani yang notabene sebagai produsen utama. Malah sebaliknya, petani dirugikan akibat adanya impor bawang ke tanah air yang saat yang keliru.

Harga bawang putih di tingkat petani (produsen) selalu anjlok, diduga penurunan dipicu masuknya impor bawang putih pada saat panen. Fenomena ini jelas menggambarkan jika pemerintah terutama kementerian teknis terkait tidak memiliki keberpihakan terhadap petani.

"Pak Menteri, ini saya dengan para petani di Temanggung. Keluhan mereka semuanya sama, pada saat panen bawang putih itu impornya justru masuk, keluhannya selalu itu," kata Presiden saat menelepon Mendag melalui seluler dari Temanggung, Jawa Tengah, Selasa, 14 Desember 2021, (Antara).

Lutfi langsung merespons keluhan tersebut dan akan mengirimkan tim dari Kemendag untuk mengecek ke lapangan. "Saya akan kirim tim untuk mengecek, Bapak," kata Mendag.

Keluhan itu diterima Presiden saat sedang berdialog dengan para petani usai menanam bawang merah di Desa Bansari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung. Dialog Presiden dengan para petani dilakukan di sebuah saung dengan suasana santai dan penuh keakraban.

Terkait produksi bawang merah, Jokowi bilang telah meminta Kementerian Pertanian untuk menyiapkan penjamin pembelian atau penyalur (off taker) produksi bawang merah, agar petani mendapat kepastian harga dan permintaan.

Presiden berharap nanti produktivitasnya bisa meningkat, dan juga yang paling penting disiapkan juga off taker yang membeli dari bawang merah yang telah kita tanam tadi, sehingga kepastian harga, kepastian yang membeli itu ada.

Presiden juga menginginkan para petani bawang merah selalu diberi pendampingan oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Ia juga berpesan agar harga bawang merah tidak dipermainkan oleh para tengkulak yang bisa membuat petani merugi.

Pernyataan Presiden Jokowi sangat benar. Sejatinya pemerintah memiliki hati dan pikiran terbuka untuk melindungi rakyatnya dari gempuran kapitalis. Bagaimana mungkin komoditas yang bisa diproduksi di dalam negeri malah diimpor. Bodoh sekali pemerintah jika bertindak seperti itu.

Sedangkan untuk melakukan ekspor ke luar negeri tidak mudah. Negara tujuan mensyaratkan berbagai standarisasi yang menyulitkan eksportir Indonesia. Bukankah itu tidak fair? (**)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image