Malaikat (di) Jalanan: Kisah Koper yang Tertinggal di Bus Malaysia-Thailand
Curhat | 2023-02-13 20:28:29Beberapa waktu yang lalu, setelah saya menyelesaikan tugas perkuliahan, saya bergegas pergi ke Botani Square, Bogor. Niatnya, untuk menjelajahi Gramedia di sana.
Di tengah perjalanan, tepatnya di daerah Limo, Depok, seorang laki-laki yang sedang membawa beberapa galon di motornya, terjatuh dan tersungkur di pinggir jalan. Lelaki tersebut hendak mengantarkan pesanan galon kepada para pelanggan.
Ia tersenggol sebuah mobil pribadi. Entah tak merasa atau pura-pura tak merasa, mobil pribadi itu cuek saja dan terus melaju dengan kecepatan tinggi. -
Saat itu, belum ada satu orangpun yang membantunya. Beberapa kendaraan lalu lalang seakan tak memperhatikan. Akhirnya, saya berinisiatif untuk membantu. Saya hentikan laju kendaraan di tempat yang saya rasa aman dan tak akan mengganggu pengendara lain.
di dekat laki-laki malang itu, sudah ada seseorang yang menyandang tunadaksa, yaitu jenis disabilitas fisik pada bagian kaki. Dengan topangan tongkat, bapak itu berusaha keras membantu laki-laki malang tersebut untuk dapat bangun. Namun apalah daya, si bapak nampaknya tidak sanggup berbuat banyak.
Saya pun mendekat. Darah segar itu mengalir di kaki kanannya. Ia meringis kesakitan, raut wajahnya menggambarkan betapa menyiksa keadaannya saat itu. -
Alhamdulillah, saya berhasil mengangkat badannya, dan menuntunnya berjalan ke sebuah bengkel mobil, agar dapat duduk nyaman. Beberapa orang yang lain datang, membantu mengangkat motor dan galonnya. -
Saya lihat, bapak dengan tongkat penopang itu masih ada. Membantu sebisanya. "Sungguh mulia hatinya", gumam saya dalam diam.
Keterbatasan fisik tidak lantas menyebabkan sikap sosialnya hilang. Ia menunjukan sikap pedulinya, meskipun sulit untuk dapat membantu secara utuh. Bapak ini salah satu contoh malaikat (di) jalanan.
Saya jadi teringat kejadian pada bulan april 2016. Saat itu, saya bersama @ariarmadi67 , mendapat kesempatan untuk berpartisipasi pada kegiatan Young Muslim Camp di Nakhorn Si Tammarat, Thailand Selatan.
Kami melalui jalur darat dari Malaysia. Menaiki bus dari Terminal Bersepadu Selatan (TBS) ke Terminal Hatyai, Thailand.
Perjalanan memakan waktu hampir 15 jam. Sungguh perjalanan yang melelahkan.
Hingga sampailah kami di Hatyai, Thailand.
Saya bersama kawan turun dari bus seraya mengucap syukur kepada Allah. -
Kemudian, Kami berjalan mencari toilet. Di tengah perjalanan, kami melihat seorang wanita, kira-kira berumur 50 tahun sedang kesusahan membawa 2 koper berukuran besar. Akhirnya, teman saya dengan sigap menawarkan bantuan kepada wanita tersebut. Dan diberikanlah satu koper kepada teman saya. Ibu-ibu berkerudung tersebut mengaku berasal dari negara Kamboja. -
Saya berjalan di belakang keduanya dan merasa ada yang ganjil. Kenapa koper yang dibawa teman saya cuma satu? Lalu, kemana koper teman saya? Saya juga baru sadar, kemana koper milik saya?
"Ri, koper kita mana ya, ko ga ada" tanya saya.
Langkah kaki kami seketika terhenti. "Waduh, kayanya ketinggalan di bus, kebawa pergi sama bus, ga" jawabnya.
Kami panik, teman saya mengembalikan koper milik ibu-ibu Kamboja tersebut. Kami berlari ke depan jalan raya. Dan ternyata bus sudah jalan entah kemana.
"Ri... nyari ojek ri" saya memberikan saran. "Iya ga, dimana ya ?" Jawab Ari. Dalam kebingungan tersebut, ada seorang bapak-bapak bertubuh tegap menghampiri kami, dia menawarkan tumpangan. Ternyata dia tukang ojek. Tawar menawar harga terjadi, akhirnya kami bersepakat pada sebuah harga.
Kami bertiga, menyusuri jalanan Thailand dengan kecepatan tinggi. Berharap bus yang membawa koper kami dapat tersusul. Betapa was-was saya saat itu. Bayangkan saja, seluruh barang saya ada disana.
Keajaiban datang, bus yang sudah berjalan beberapa waktu itu dapat tersusul. Kami hentikan laju bus tersebut, seperti adegan-adegan dalam film aksi. -
Alhamdulillah, koper itu masih utuh. Akhirnya kami dapat melanjutkan perjalanan ke Nakorn Si Tammarat.
Bagi saya, ibu-ibu Kamboja dan bapak tukang ojek tersebut adalah dua malaikat versi luar negeri. Mereka bagai pahlawan yang dikirim Allah untuk menyelamatkan saya dan teman saya ketika dalam kesusahan.
Ibu-ibu tadi berperan mengingatkan kami terhadap koper. Dan bapak-bapak ojek membantu kami mengejar bus yang membawa koper kami berdua.
Perjalanan, memang selalu menyisakan banyak cerita. Dan tugas kita, ambil beberapa hikmah dari kejadian-kejadian yang ada.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.