Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image EMIRANI NURFAIZA 2021

PTSD Dapat Menyebabkan Bunuh Diri? Yuk, Simak Fakta Ini!

Eduaksi | 2021-12-17 15:55:34
Sumber: Pixabay.com

"Post Traumatic Stress Disorder membuat seseorang bunuh diri !?"

Sebelum kita berprasangka buruk tentang hal tersebut. Yuk kita simak apa itu PTSD?

Kalian tau ga sih ? Post Traumatic Stress Disorder atau yang biasa disebut PTSD merupakan penyakit mental yang disebabkan oleh kejadian tertentu yang membuat individu tidak dapat melupakan kejadian tersebut hingga mengalami trauma atau bahkan sampai orang berfikir bunuh diri adalah pilihan yang tepat.

Contohnya? Seseorang mengalami peristiwa bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, dan banjir yang mengakibatkan cacat seseorang atau kehilangan salah satu anggota keluarga sehingga mereka tidak merasakan gairah untuk hidup seperti semula. Post Traumatic Strress bencana gejala PTSD yang sering muncul yaitu daya ingat yang selalu tertekan dengan peristiwa (64,5%), dan mudah terkejut (58,6).

Hal di atas adalah fakta yang telah di survey oleh (Muhammad Khoirul Amin, 2017) pada beberapa orang penderita PTSD. Selain korban bencana alam yang dapat merasakan PTSD, korban pelecehan seksual juga loh. Lalu bagaimana cara mengetahui gejala pada korban tersebut? Yuk, simak fakta di bawah ini!

Kalian sudah tau gejala PTSD? Yuk simak ini!

Menurut (American Psychiatric Association, 2013) mengungkapkan bahwa PTSD sendiri memiliki tiga kelompok gejala yang spesifik, yaitu:

1. Merasakan kembalinya peristiwa (Re-traumatic Experiencing Symtoms)

Dalam kelompok ini biasanya individu merasakan kejadian yang sama terulang kembali. Hal tersebut biasanya melalui mimpi buruk, merasakan kejadian yang terulang kembali (flashback), dan reaksi fisik bagian dalam seperti jantung yang berdebar lebih cepat daripada biasanya.

2. Menghindar (Advoince Symtoms)

berbeda dengan yang sebelumnya, adanya penurunan respon seseorang terhadap trauma dan stress yang dialami. Individu cenderung menghindar terhadap segala hal yang membuatnya teringat kembali kejadian tersebut. Tanda yang terlihat dalam kelompok ini adalah kesulitan seseorang merasakan hal positif seperti kasih sayang (affection) , berusaha menghindari tempat yang dapat mengingatkan individu terhadap perisitiwa traumatis, dan merasa memiliki kesenjangan antara individu dengan orang lain.

3. Waspada (Hyrerarousal Symptoms)

Kelompok ini membuat seseorang dapat merasakan peningkatan reaksi fisik dari tubuh seperti dalam keadaan istirahat. Apakah insomnia termasuk ke dalam gejalanya? Ya, benar. Gejala lainnya adalah individu tersebut mudah tersulut emosinya atau yang biasa kita sebut baperan, mengalami sulitnya berkonsentrasi, dan selalu merasa terintimidasi dari sugesti bahwa adanya bahaya di setiap sudut.

Dalam channel youtube (satu persen) telah membahas tentang PTSD juga nih, guys. Jika kita mengalami peristiwa besar seperti yang sudah disebutkan di atas seperti bencana alam, pelecehan seksual, dsb. Lalu kita mengalami stress atau trauma itu merupakan hal yang wajar.

Dalam jangka lama ya jangka waktunya?

Biasanya seseorang dapat dikatakan wajar mengalami trauma dan stress dalam rentang waktu satu bulan. Apabila sudah melewati satu bulan atau bahkan tiga bulan itu patut dipertanyakan dan harus dibawa ke ahlinya loh! Jangan sampai hal tersebut ditangani dengan terlambat yang takutnya berakibat ke arah yang negatif ya. Lalu, bagaimana sih cara mencegah hal tersebut? Yuk, lihat penjelasan di bawah ini!

Bagaimana cara pencegahannya?

Kita semua pasti paham bahwa trauma dan stress berkepanjangan tidak baik untuk masa depan seseorang. Tentunya kita sebagai manusia yang menginginkan hidup panjang serta dapat mewujudkan cita-cita. Kalian pasti sering dengar berita di televisi, banyak korban bunuh diri akibat PTSD. Pasti sangat miris, bukan? Di lingkungan dekat rumahku, lebih tepatnya di Pondok Indah Mall 2 (PIM 2) sekitar tahun 2016 terdapat kejadian bunuh diri seorang laki-laki. Dan yang lebih mengerikannya lagi adalah ia melakukannya dengan cara menjatuhkan diri dari lantai 3. Dilansir dari detik.com, terdapat saksi mata yang mengalami trauma.

"Aku ngeliatnya dari jauh, tapi tetep aja kebayang dan ngga mau ke PIM dulu untuk waktu dekat ini" Ucap Naomi

Hal tersebut merupakan hal yang wajar, bukan? Tapi bagaimana cara pencegahannya?

Yuk, kita simak upaya pencegahannya di bawah ini!

1. Dukungan sosial

Dukungan yang paling utama untuk pengidap PTSD adalah dukungan dari lingkungan sosial terlebih dahulu. Karena pengidap PTSD cenderung memiliki rasa takut yang tinggi.Contohnya adalah, dukungan dari keluarga, teman, dan pasangan.

2. Dukungan psikologis

Dukungan ini juga tidak kalah penting dalam pencegahan bunuh diri. Pengidap PTSD biasanya cenderung membutuhkan ketenangan dan penanganan yang intens, yang nantinya akan diberikan oleh ahlinya. Tetapi hal tersebut tidak dapat membuat individu sembuh kalau tidak adanya rasa kenyamanan saat ia berkomunikasi dengan sang ahli.

3. Dukungan spiritual

Dukungan ini bisa menjadi faktor pendukung untuk meningkatkan ketenangan si pengidap PTSD.

Apakah ada hal yang dapat membedakan dukungan ini dengan dukungan yang lainnya?

Pastinya ada dong, hal yang harus dilakukan adalah mendekatkan diri kepada Tuhan, lalu berdoa dan meminta ketenangan hati, dan yang terakhir adalah menyerahkan seluruh isi hati kepada Tuhan YME. Nah , sekarang pasti kalian sudah dapat membedakan, bukan?

Maka dari itu untuk melakukan bunuh diri, tentunya kita harus think twice dan menyadari bahwa banyak orang disekitar kita yang masih sayang dan perhatian, serta selalu ingatlah kepada Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4463071/melihat-langsung-pria-jatuh-di-pim-2-bisa-picu-trauma

Youtube: Satu Persen, Meredakan Stress Setelah Pengalaman Buruk (Gangguan Stress Pasca Trauma), 2020.

Dewi, W. P., Lidiawati, K. R., & Pratiwi, P. C. (2019). Pelayanan Trauma Healing Bagi Korban Gempa Lombok. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 2, 610-617

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image