Isra' Mi'raj Momentum Mengukuhkan Islam Kaffah, Bukan Islam Setengah-setengah
Agama | 2023-02-11 15:44:59Entahlah, apakah memang benar terbukti bahwa yang menjadi problem besar bangsa ini adalah intoleran dan diskriminasi. Sehingga kampanye moderasi beragama kian masif digaungkan di berbagai kegiatan. Termasuk dalam agenda harlah salah satu ormas besar di negeri ini juga mengangkat tema yakni moderasi beragama.
Seperti baru-baru ini, Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) KH Miftachul Akhyar memberikan Kuliah Umum dengan tema moderasi beragama. Kuliah Umum bertajuk “Moderasi Beragama untuk Merawat Jagad dan Membangun Peradaban”. Acara tersebut dilaksanakan di gedung Prof Masjaya, Universitas Mulawarman (Unmul) pada Kamis (2/2/2023).
Beliau mengatakan, "sebagaimana tema kuliah umum, bahwa moderasi beragama merupakan hak patennya agama Islam, karena Islam jelasnya diturunkan sebagai agama terakhir di muka bumi dan dibawa nabi terakhir yang memiliki kesempurnaan."
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Rektor Unmul Dr Abdunnur mengatakan, kuliah umum yang disampaikan Kiai Miftah tersebut dalam rangka bagaimana menyikapi keberagaman agama. Upaya terus menggaungkan moderasi dikarenakan hal tersebut merupakan suatu yang penting, terlebih lagi Kaltim telah ditetapkan sebagai Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. (korankaltim.com).
Moderasi beragama dianggap satu-satunya solusi untuk menyikapi keberagaman agama, suku bangsa saat ini. Namun benarkah langkah ini sudah tepat dalam menyikapi keberagaman atau ini adalah arahan dari kafir penjajah untuk menjauhkan Islam dari benak umat?
Moderasi Alat Propaganda Barat
Sejatinya moderasi beragama adalah ber-Islam ala barat. Islam dalam kacamata barat adalah mau menerima ide-ide barat yang sarat dengan nilai kebebasan. Secara tidak langsung umat dipaksa untuk menerima ide-ide yang dijajakan oleh barat. Seperti demokrasi, liberalisme, hedonisme, konsumerisme, kapitalisme.
Sehingga barat menggunakan berbagai upaya dalam rangka menjauhkan Islam dari benak kaum muslimin. Mulai dari yang "keras" dengan menyatakan bahwa yang tidak mau sejalan dengan Amerika Serikat (AS) dikatakan sebagai radikal, ekstrimis dan teroris akan diperangi. Kini cara yang lebih "soft" digunakan barat dengan propaganda moderasi beragama yang sekilas nampak humanis. Barat melalui Rand Corporation melakukan pemetaan terhadap umat Islam yang tidak disadari oleh umat.
Rand Corporation lembaga Tink tank AS melakukan pengkajian terhadap umat Islam dan melakukan klasifikasi terhadap umat Islam. Hal ini tertuang pada buku berjudul Civil Democratic Islam, Partners, Resources, and Strategies. Buku ini ditulis oleh Cheryl Benard pada tahun 2003. Pada buku ini Benard mengklasifikasikan umat Islam menjadi:
1. Kaum fundamentalis adalah kaum yang memusuhi Barat dan AS pada khususnya dan bermaksud, merusak dan menghancurkan demokrasi modern.
2. Kaum tradisionalis adalah kaum yang memiliki pandangan yang lebih moderat, namun ada beragam kelompok tradisionalis. Ada yang dekat dengan kaum fundamentalis. Tidak sepenuh hati menerima demokrasi, budaya dan nilai-nilai modernitas.
3. Kaum modernis adalah kaum yang paling dekat dengan Barat dalam hal nilai dan kebijakan. Namun, umumnya mereka berada pada posisi yang lebih lemah daripada kelompok lainnya; tidak memiliki dukungan kuat, sumber keuangan, infrastruktur yang efektif dan platform publik.
4. Kaum sekularis adalah kaum yang dekat dengan Barat juga , namun kadang tidak bisa diterima sebagai bagian umat karena ideologi mereka.
Rand Corp kemudian memberikan rekomendasi untuk melakukan strategi politik " belah bambu". Strategi tersebut antara lain: (1) Dukung kaum modernis terlebih dulu; (2) Dukung kaum tradisionalis melawan kaum fundamentalis; (3) Hadapi dan pertentangkan kaum fundamentalis; (4) Selektif dalam mendukung sekularis.
Kian terang sudah moderasi beragama hanyalah alat propaganda Barat yang terus dihembuskan di tengah-tengah umat. Tak lain untuk memecah belah umat dan agar umat Islam jauh dari agamanya dan cenderung "loyal" terhadap ide-ide yang berasal dari barat. Tak sedikit umat akhirnya bangga menjadi duta moderat yang mengkampanyekan moderasi beragama dan menentang syariat Islam.
Isra' Mi'roj Momentum Ketaatan
Bulan Rajab adalah moment memperingati perjalanan Rasulullah yakni isra' mi'raj. Dalam peristiwa ini Rasulullah mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam. Dari perjalanan itu dapat dipetik ibrah (hikmah) bagi umat Islam tidak hanya melaksanakan sholat lima waktu semata. Namun bersedia menjalankan seluruh syari'at yang Allah turunkan bagi manusia.
Hendaknya moment Isra' mi'raj menjadikan kita muslim yang berpegang teguh pada perintah Allah dan rasul-nya secara kaffah (totalitas), bukan mentaati aturan Allah "setengah-setengah", bahkan menentang ajaran-nya. Sejatinya moderasi beragama adalah bukan warisan Rasulullah dan harus tentang karena berbahaya.
Seyogyanya, kaum muslimin menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan dengan menapaki jalan dakwah yang beliau tempuh. Dengan menguatkan perjuangan untuk perubahan sistem agar syariat Allah bisa diterapkan secara kaffah. Ulama pun menjadi orang yang terdepan dalam menyeru Islam kaffah bukan malah menjadi penentang syari'at Islam.
Sepanjang peradaban Islam selama 14 abad terbukti bisa hidup harmonis dengan berbagai agama, suku bangsa tanpa adanya moderasi beragama. Sebab Islam mengakui adanya pluralitas bukan pluralisme. Islam rahmatan lil alamin saat itu terwujud justru dengan diterapkannya syariat Islam secara kaffah. Wallahu A'lam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.