Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supadilah

Strategi Parenting Dalam Keluarga Septi Peni Wulandari

Eduaksi | 2023-02-10 07:28:21
Keluarga Septi Peni Wulandari (sumber: fahma.id)

Salah satu hal baik yang ingin ditanamkan pada anak adalah menjadi entrepreneur. Saya dan istri berharap anak memiliki semangat entrepreneur. Kami berharap anak kami menjadi orang kaya. Bukan sekedar kaya harta tetapi kaya manfaat juga.

Semangat entrepreneur ini baik ditumbuhkan bahkan sejak kecil. Tapi siapa ya keluarga yang bisa dijadikan panduan dalam menumbuhkan entrepreneur dalam keluarganya.

Dulu saya sempat bingung karena belum banyak referensinya. Sampai kemudian istri saya ikut dalam komunitas institut Ibu profesional (IIP). Pendirinya adalah Septi Peni Wulandari. Penemu konsep jarimatika atau belajar matematika melalui penggunaan jari tangan.

Bagi orang tua yang berkecimpung di dunia parenting nama Septi Peni Wulandari bukanlah nama yang asing. Beliau adalah seorang ibu dengan tiga jagoannya. Dua perempuan dan satu laki-laki. Sebelum menikah beliau merupakan seorang PNS. Saat akan menikah beliau diminta untuk menjadi ibu rumah tangga saja walaupun SK pengangkatan PNS sudah ditangan. Beliau diminta untuk melepas pekerjaannya dan fokus pada keluarga.

Anak keduan bernama Ara. Dia memilih untuk tidak menempuh pendidikan formal di sekolah. Jadi dia memilih home education seperti kakaknya.

Anaknya suka susu sapi sehingga memutuskan memiliki peternakan sapi. Kesimpulannya adalah ajak anak punya usaha yang sesuai dengan kesukaan atau hobinya. Ara punya project yang diberi nama MOO'S Projects. Ara punya peternakan sapi. Sudah mengelola ribuan sapi dan membantu kesejahteraan para peternak sapi. Saat itu usianya 15 tahun. Di tahun 2008 dia mendapatkan penghargaan Young Changemaker Ashoka Foundation. Anak kedua Bu Septi di inilah yang sangat menginspirasi rintisan entrepreneur keluarga saya.

Anak pertamanya bernama Enes. Saat kelas 2 SD dia meminta ibunya untuk home education. Saat usianya 16 tahun Enes menempuh pendidikan kuliah di Singapura mengambil Bisnis Management. Enes memiliki project daur ulang sampah dan terpilih sebagai yang Changemaker Asoka Foundation pada 2009 sebagai anak muda peduli sampah.

Anaknya yang bungsu bernama Elan. Juga tidak menempuh pendidikan formal. Elan menyukai robot. Saat ini dia sedang membuat project tentang robot dari daur ulang sampah.

Septi Peni Wulandari selalu memberikan berbagai pilihan untuk anaknya termasuk dalam memilih sekolah. Saat anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah, Septi menyetujui.

Saat dipertanyakan, beliau menjawab "Belajar tidak harus di sekolah. Masih ada tempat yang lebih luas dari sekolah yaitu alam semesta yang bisa dijadikan ruang belajar untuk anak." Hal ini memberikan kesempatan anak-anaknya untuk bertanggungjawab atas pilihan. Sekolah formal pun tidak buruk yang penting anak merasa bahagia dan punya kontribusi untuk masyarakat.

Makanya ketiga anak Septi punya project yang bisa memberikan manfaat untuk masyarakat. Bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi bermanfaat untuk orang lain. Dan ternyata hal ini bisa dilakukan bahkan saat masih anak-anak atau usia remaja. Wah, kebayang ya pada usia mereka sudah bisa memberikan kontribusi untuk orang banyak.

Saat ini di keluarga saya sedang mengupayakan entrepreneur untuk anak. Saya ingin mengajarkan bisnis untuk anak-anak. Semangat entrepreneur dan ide bisnis banyak dipelajari dari internet memanfaatkan paket internet cepat. Di rumah saya mengajarkan bisnis kepada mereka. Ternyata lingkungan sekolahnya pun mendukung. Di sekolah pada waktu tertentu anak-anak berjualan. Biasanya satu bulan sekali.

Saya sudah membuatkan instagram khusus untuknya menyimpan dokumentasi (foto dan video) dia berjualan. Ini juga sebagai portofolionya. Dengan memanfaatkan paket internet cepat dari IndiHome yang sudah berlangganan lebih dari empat tahun ini. Keluarga saya benar-benar terbantu dengan layanan IndiHome yang semakin jadi andalan ini. Kebutuhan mengunggah foto maupun video mudah dilakukan dengan bantuan paket internet cepat itu.

Sosok Septi Peni Wulandari merupakan teladan yang ideal bagi keluarga kami bukan hanya untuk mengasuh anak-anak tetapi juga hubungan antara suami istri. Berapa kali mengikuti webinar atau diskusi online yang dilakukan. Saya melihat banyak hal yang bisa ditiru dari mereka. Sering sekali webinar ini dilakukan. Saya terbantu sekali dengan paket internet cepat dari IndiHome yang membuat lancar kegiatan diskusi daring atau dalam jaringan itu dilakukan. Salah satu produk PT Telkom Indonesia (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi ini sangat mumpuni memenuhi kebutuhan layanan internet.

Pertama, Wajib Komunikasi

Pasangan suami istri sering berkomunikasi. Ini sangat penting. Keduanya merasa harus sering ngobrol. Tidak harus hal penting. Kadang bisa hal yang biasa-biasa saja. Sehari saja harus ada diskusi. Komunikasi membuat kita bisa saling memahami jika ada masalah. Komunikasi yang tidak lancar bisa membuat hubungan ada masalah.

Pasangan suami istri sering berkomunikasi. Ini sangat penting. Keduanya merasa harus sering ngobrol. Tidak harus hal penting. Kadang bisa hal yang biasa-biasa saja. Sehari saja harus ada diskusi. Komunikasi membuat kita bisa saling memahami jika ada masalah. Komunikasi yang tidak lancar bisa membuat hubungan ada masalah.

Kedua, Menerapkan Demokrasi

Dari keluarga beliau juga kita bisa belajar tentang demokrasi. Bisa menghormati pilihan anak. Seperti saat dalam memilih sekolah formal atau non formal itu. Keluarga Bu Septi menghormati pilihan anak. Belajar tidak harus di sekolah. Belajar bisa di mana saja. Alam semesta juga merupakan sekolah. Bahkan lewat internet kita bisa belajar banyak hal untuk mendukung kebutuhan kita. Entah itu kita sebagai pebisnis, relawan, pendidik, dan lainnya. Paket internet cepat dari IndiHome sangat membantu kebutuhan internet berbagai profesi.

Ketiga, Selalu Belajar

Septi juga totalitas menjadi seorang ibu rumah tangga. Begitu memperhatikan peran sebagai seorang ibu. Pak Dodik dan Bu Septi tidak malu belajar lagi meskipun sudah sarjana. Belajar tidak berhenti saat sudah jadi orang tua. Ilmu parenting selalu berkembang. Ini menjadi kesempatan kita untuk semakin menambah bekal agar peran sebagai orang tua bisa dijalankan dengan lebih maksimal.

Keempat, Selalu Bersungguh-Sungguh

Sungguh-sungguh akan menghasilkan. Bahkan rebahan kalau sungguhan bisa jadi menghasilkan misalnya tester kasur atau semisalnya. Tidak pernah mengutamakan uang atau keuntungan.

Metode jarimatika itu bukan untuk dibisniskan tetapi untuk pendidikan anaknya. Kemudian jarimatika ini semakin diminati banyak orang lalu menjadi besar. Bu Septi bilang, “Kalau bersungguh-sungguh akan menghasilkan. Sesuatu yang kecil kalau dikerjakan sungguh-sungguh akan menghasilkan. Bahkan rebahan saja kalau dikerjakan sungguh-sungguh bisa menghasilkan. Misalnya jadi tester produk-produk kasur,” katanya.

Kelima, Berkolaborasi Untuk Saling Memberi Manfaat

Bu Septi tidak ingin sendirian dalam meningkatkan keilmuan tentang parenting. IIP dibentuk agar semakin banyak orang tua yang sadar dengan perannya. Berawal dari rumah, banyak ibu yang tertarik dengan berbagi ilmu bersamanya. Hingga saat ini member IIP sudah ada di Singapura, Malaysia, Mesir, Arab Saudi, Dubai, dan Korea.

Sebuah strategi parenting yang bagus untuk kita tiru. Setiap keluarga punya strategi masing-masing dalam mendidik anak. Namun tidak ada salahnya kita berkaca dari keluarga Septi Peni Wulandari.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image