Kepala Sekolah: Antara Pemimpin dan Pimpinan
Eduaksi | 2023-02-09 14:59:03
Setiap lembaga pasti membutuhkan pemimpin. Karena, pemimpinlah yang menentukan arah dan laju lembaga tersebut. Lembaga tanpa pemimpin adalah satu hal yang mustahil. Sudah pasti lembaga itu tidak akan bisa berjalan dengan baik. Kekacauan sistem akan terjadi. Maka, setiap lembaga, termasuk sekolah, butuh pemimpin.
Dalam konteks sekolah, pemimpin berada pada sosok kepala sekolah. Persoalannya adalah mampukah kepala sekolah menjalankan tugas dan peran sebagai pemimpin, bukan sekadar pimpinan. Leader without leadership. Itulah persoalan sekolah-sekolah kita. Mungkin tidak banyak sekolah yang memiliki kepala sekolah sebagai pemimpin.
Dari aspek ini, kita bisa bagi kepala sekolah menjadi dua, yaitu kepala sekolah yang pemimpin dan kepala sekolah yang pimpinan.
Kepala Sekolah yang Pemimpin
Kepala sekolah yang pemimpin adalah sosok yang mampu membakar semangat guru-guru dalam mengajar dan mendidik, menjadi teladan bagi murid-murid, penyambung aspirasi guru dan orangtua, dan membenahi sistem yang ada menuju arah yang lebih baik.
Ia menyadari bahwa jabatan adalah amanah dan temporer. Karena itu, cara berpikirnya adalah apa yang bisa ia berikan untuk sekolah ketika dia masih menjabat. Ia berusaha membuat kebijakan yang bermanfaat bagi masa depan guru-guru dan sekolah. Ia membangun sistem yang kuat. Ia membangun kebersamaan dan soliditas tim yang kokoh. Karena, ia menyadari bahwa kesuksesan sekolah tidak mungkin tercapai tanpa kebersamaan dan kerjasama tim.
Dalam konteks komunikasi, ia membangun komunikasi yang terbuka. Ia membuka diri untuk menerima saran dan kritik. Terlepas cara penyampaiannya santun atau tidak, ia berusaha tundukkan egonya untuk menerima setiap saran dan kritik. Lantas, ia berusaha memperbaiki kekurangannya. Ia juga berani mengakui kesalahannya kepada guru-guru. Sungguh, harkat dan martabatnya tidak akan runtuh karena hal ini. Bahkan, guru-guru akan berujar dalam hatinya, “Kami ikhlas dipimpin oleh kepala sekolah ini.”
Ketika kepala sekolah tipe ini pergi, maka kepergiannya ditangisi oleh guru-guru dan murid-murid. Semua stakeholder sekolah seolah tidak rela melepas kepergiannya. Terucap doa dari guru-guru, “Semoga sukses dan berkah di tempat yang baru.” Itu semua karena keberadaan kepala sekolah tipe ini dirasakan manfaat dan kontribusinya.
Kepala Sekolah yang Pimpinan
Kepala sekolah yang pimpinan adalah sosok yang hanya memosisikan dirinya sebagai pejabat sekolah. Ia hanya memikirkan kepentingan dirinya. Jangan harap ia memikirkan kesejahteraan guru-guru dan kemajuan murid-muridnya. Ia juga tidak sungkan memanfaatkan sekolah untuk kepentingan dirinya.
Sekolah ditangan kepala sekolah semacam ini mesti hancur berantakkan. Sistem sekolah akan babak belur. Guru-guru akan mengalami demotivasi dalam mengajar dan mendidik. Bahkan, guru-guru akan terbelah menjadi dua. Guru-guru yang siap berkongsi mendukung kepala sekolah dan guru-guru yang mengkritisi kepala sekolah.
Guru-guru yang mau berkongsi akan mendapat prioritas dan pembelaan, sementara guru-guru yang berani mengkritik akan dibuat tak nyaman bekerja. Bahkan, kalau memungkinkan akan disingkirkan. Kepala sekolah tipe ini mesti tinggi hati. Ia antipati terhadap saran, apalagi kritik. Ujung-ujungnya murid-muridlah yang menjadi korban.
Ketika kepala sekolah tipe ini pergi, maka kepergiannya disyukuri beramai-ramai. Bahkan, mungkin sampai ada yang mengadakan syukuran. Terlontar umpatan dari guru-guru, “Kenapa tidak dari dulu perginya.” Itu semua karena keberadaannya hanya menimbulkan mudharat dan kerusakan.
Pada akhirnya, nilai kepemimpinan kepala sekolah dinilai setelah dia tidak lagi menjabat. Apakah guru-guru akan mengenang kepemimpinannya? Apakah dia masih memiliki pengaruh meski sudah tidak menjabat? Atauhkah sebaliknya.
Jika Anda kepala sekolah, kira-kira Anda termasuk kepala sekolah pemimpin atau pimpinan? Semoga kepala sekolah yang pemimpin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.