Sunyinya Suara Minoritas dalam Film Superhero
Info Terkini | 2021-12-17 06:40:15Sumber: Instagram Marvel
Salah satu film terbaru dari Marvel Cinematic Universe (MCU), Eternals, tayang secara global pada awal bulan November 2021. Eternals merupakan salah satu film yang paling ditunggu pada tahun ini. Ketika Marvel mengeluarkan trailer film Eternals beberapa bulan yang lalu, film ini langsung mendapatkan banyak pujian serta ekspektasi yang tinggi. Eternals dinilai akan menjadi film yang epik karena menggandeng sutradara peraih piala Oscars pada tahun 2020, Chloe Zhao. Selain itu, film ini juga menampilkan beberapa bintang terkenal, seperti Angelina Jolie, Gemma Chan, Richard Madden, Salma Hayek, dan Kit Harrington.
Seiring berjalannya waktu, film Eternals dibanjiri review negatif dari para kritikus film profesional ketika mereka mendapatkan kesempatan untuk menonton film ini terlebih dahulu. Beberapa kritikus menilai bahwa film ini justru memperlihatkan kelemahan Chloe Zhao sebagai sutradara. Mereka menilai bahwa film ini terlalu “padat” karena memperkenalkan 10 karakter baru.
Dilansir dari situs Rotten Tomatoes, yang memuat ulasan-ulasan dari para kritikus film profesional seluruh dunia, Eternals hanya mendapatkan skor 53% dengan total 176 review. Oleh sebab itu, Eternals merupakan film waralaba Marvel Cinematic Universe dengan skor paling rendah di Rotten Tomatoes.
Di lain sisi, beberapa komentar negatif juga muncul di situs web IMDb. Akan tetapi, komentar tersebut bukan berasal dari para kritikus film. Komentar di situs web film IMDb memang bisa dilakukan oleh siapa saja. Untuk film Eternals, sejumlah orang sudah memberikan rating yang rendah serta ulasan yang buruk bahkan sebelum mereka menonton filmnya. Lantas, apa yang melandasi komentar buruk tersebut?
Berbeda dengan Rotten Tomatoes, komentar di situs web film IMDb justru berfokus pada pasangan sejenis yang terdapat di dalam film, termasuk adegan ciuman antarkeduanya. Pasalnya, para pengulas menjadikan alasan "woke" ini sebagai bahan sindiran. "Woke" merupakan istilah yang digunakan dalam dunia perfilman untuk menunjukkan kesadaran atau pemahaman terhadap isu sosial yang ada.
Dilansir dari Movieweb, para “pengunjuk rasa” anti lesbian, gay, bisexual, transgender, queer/questioning, intersex, and asexual/aromantic/agender (LGBTQIA) melakukan review-bombing, istilah yang digunakan untuk ratusan ulasan negatif, terhadap film Eternals di IMDb. Menurut The Direct, sekitar 450 ulasan bintang satu telah diunggah ke halaman IMDb film Eternals, meskipun faktanya pada saat itu film tersebut bahkan belum dirilis.
Beberapa pengulas menilai bahwa film ini terlalu murahan dan tidak seharusnya mengangkat isu LGBTQIA di film superhero. Beberapa pengulas lainya menganggap bahwa film ini sangat jelek dan sangat berbeda dari komiknya. Selain itu, mereka menganggap bahwa tujuan utama dari film ini adalah untuk mengangkat isu LGBTQIA.
Dalam sejarah MCU yang sudah membuat banyak film superhero, Eternals akan menjadi film pertama yang secara eksplisit menampilkan superhero gay demi merepresentasikan kaum LGBTQIA yang memang kini semakin banyak ditampilkan dalam film maupun serial mainstream di Amerika. Hal ini juga dapat membuktikan seberapa sunyinya suara minoritas dalam film superhero.
Film superhero merupakan genre yang familiar bagi banyak orang, baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Oleh sebab itu, keputusan untuk mengangkat isu sosial dalam film superhero sangatlah tepat karena secara tidak langsung dapat “menyadarkan” banyak orang. Marvel sendiri sering mengangkat isu sosial tentang rasisme, kesehatan mental, pemerkosaan, kekerasan oleh orang tua, dan seksisme. Lantas, rasanya tidak adil jika banyak orang yang marah ketika kaum LGBTQIA ditampilkan dalam film superhero.
Mengkritik sebuah film tanpa terlebih dahulu menonton film yang dikritik adalah sebuah kesalahan. Ingat pepatah terkenal yang berbunyi “don't judge a book by its cover”? Pepatah tesebut seperti mengisyaratkan bahwa kita tidak boleh menghakimi “isi” dari sesuatu hanya dari satu hal saja. Menghakimi keseluruhan film Eternals hanya karena mereka mengangkat isu kaum LGBTQIA sangatlah kejam.
Jika ingin mengkritik film, sebaiknya kita sudah harus mampu membedakan antara selera pribadi dengan penilaian obyektif. Kata “obyektif” di sini merujuk pada teknis pembuatan film saat pre production, production, dan post production. “Saya suka film ini” tentu sangat berbeda dengan “film ini bagus”. “Saya suka film ini” menandakan bahwa kalimat tersebut merupakan selera pribadi kita dan belum tentu apa yang kita suka adalah film bagus. Jadi pendapat orang-orang yang menilai film Eternals adalah film yang jelek hanya karena mengangkat isu yang tidak mereka sukai hanyalah pendapat pribadi semata.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.