Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Totok Siswantara

Pesawat Susi Air Dibakar, Bandara Perintis Rawan

Info Terkini | 2023-02-07 22:27:24
Pesawat Susi Air - dok istimewa

Pesawat Susi Air dengan nomor registrasi PK BVY dibakar Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sesaat usai mendarat di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan Tengah, Selasa (7/2/2023) pagi. Aparat keamanan melakukan pencarian terhadap pilot dan penumpang pesawat yang disandera oleh KKB.

Kasus pembakaran pesawat dan penyanderaan menunjukkan betapa rawan penerbangan komuter atau perintis yang melayani daerah terpencil. Pengoperasian pesawat komuter yang beroperasi di bandara perintis sangat rentan dengan rintangan alam dan gangguan teroris KKB.

Pengertian bandar udara perintis adalah bandara yang melayani jejaring dan rute penerbangan untuk menghubungkan daerah terpencil dan tertinggal atau daerah yang belum terlayani oleh moda transportasi lain dan yang secara komersial belum menguntungkan. Secanggih apapun pesawat masih harus menghindari rintangan alam yang berat seperti awan Cumulonimbus, sekelompok burung yang sedang terbang hingga kondisi bandara yang acap kali diterobos gerombolan pengacau keamanan hingga binatang ternak atau binatang liar.

Sangat keterlaluan jika kondisi keamanan bandara perintis selama ini tidak aman dan sarat ancaman. Hal ini merupakan bentuk pelanggaran regulasi penerbangan internasional yang diawasai oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Kepulauan Indonesia sangat membutuhkan peran bandara kecil yang beroperasi sebagai jembatan udara. Bandara tersebut berada dipulau-pulai kecil dan terluar. Bandara perintis tersebar dibeberapa wilayah seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Pemerintah harus meningkatkan pengawasan dan membuat metode perlindungan infrastruktur penerbangan yang lebih baik untuk hadapi berbagai modus gangguan dan serangan terorisme. Kehadiran aparat keamanan di bandara perintis perlu ditingkatkan. Sungguh ironis jika ada bandara yang tidak ada aparat keamanan.

Hingga kini bandara perintis masih mengandung bermacam kerawanan. Seperti kondisi runway atau landas pacu bandara yang sering dilalui oleh hewan ternak, dijadikan area bermain sepakbola oleh warga sekitar, sebagai jalan pintas oleh warga sekitar serta dijadikan tempat anak-anak bermain layang-layang. Tentunya hal itu mengganggu keselamatan penerbangan. Banyak masyarakat yang masih menganggap bandara perintis hanya bandara kecil biasa yang dilalui oleh pesawat kecil, mereka tidak mengetahui sepenuhnya tentang peran bandara perintis ini.

Mestinya kondisi seluruh bandara perintis harus memenuhi prosedur keamanan bandara seperti Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Fasilitas bandara perintis hingga kini ada yang belum memenuhi standar. Misalnya kondisi runway yang tidak beraspal, terminal, ruang tunggu, gudang, kantor, peralatan pemadam kebakaran, alat komunikasi dan juga tenaga ahli yang belum disiapkan.

Kondisi pesawat komuter yang dipakai untuk penerbangan perintis juga masih sarat dengan masaalah. Jumlah pesawat dan SDM penerbangan yang mendukung penerbangan perintis masih kurang. Pesawat komuter kebanyakan bekas pakai atau sewa dari luar negeri.

Seperti halnya pesawat komuter ATR berbagai tipe yang menjadi armada perintis dan populasinya kini semakin banyak. Bermacam tipe pesawat ATR produksi bersama Perancis Aerospatiale dan Italia Aeritalia (Alenia) selama 25 tahun ini telah menjadi jembatan udara di Nusantara.

Peristiwa pembakaran pesawat Susi Air membuka mata kita masih rawannya keselamatan penerbangan komuter untuk daerah terpencil. Faktor kondisi pesawat dan infrastruktur bandara serta postur SDM penerbangana yang terlibat penerbangan komuter masih sarat masalah yang bisa berakibat fatal. Mestinya pemerintah jangan terlalu fokus terhadap bandara besar dan pesawat besar yang mengambil route yang gemuk. Akibatnya kurang perhatian terhadap route penerbangan perintis yang secara ekonomi tidak menguntungkan.

Kondisinya semakin rawan karena penerbangan perintis kekurangan SDM penerbangan yang berkompetensi baik. Kekurangan pilot dan teknisi merupakan masalah laten penerbangan perintis. Hal itu sangat ironis ditengah kondisi maskapai penerbangan besar yang sedang jor-joran untuk menambah jumlah pesawat canggih berbadan lebar.

Pemerintah sebaiknya menambah jumlah pesawat terbang untuk penerbangan perintis. Pembelian pesawat tersebut juga harus disertai daya dukung SDM yang memadai. Seperti halnya teknisi atau tenaga ahli perawatan pesawat. Hingga kini profesi diatas masih kurang bahkan bisa dibilang langka. Kelangkaan itu kini menjadi perhatian serius oleh usaha perawatan pesawat terbang yang tergabung dalam Indonesia Aircraft Maintenance Shop Association (IAMSA ).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image