Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Najmuddin Saifullah

Tiga Macam Hati menurut Ibnu Qayyim

Agama | Thursday, 26 Jan 2023, 17:55 WIB

Hati adalah bagian tubuh yang memiliki kedudukan istimewa. Ia menjadi parameter bagi keadaan seluruh tubuh. Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Muslim berikut ini:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati”

Ibnu Qayyim membuat tiga klasifikasi hati berdasarkan keadaanya, yaitu:

Hati yang sehat (Qalbun Salim)

Istilah qalbun salim diambil dari potongan ayat al-qur’an, yaitu surat asy-syu’ara ayat 88:

إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,”

Arti qalbun salim adalah hati yang sehat atau hati yang bersih. Bersih dari keinginan untuk menyelisihi perintah dan larangan Allah, bersih dari perbuatan menyembah selain-Nya (syirik), dan bersih dari berhukum kepada selain hukum-Nya. Kondisi hati seperti ini dimiliki oleh orang salih yang senantiasa menjaga perbuatannya. Kemudian muncul sifat yang melambangkan ia memiliki hati yang sehat yaitu: khauf, rasa takut kepada Allah karena selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Takut berbuat maksiat ketika berada di tempat ramai ataupun sepi. Rasa takut yang seperti ini tidak membuat hamba semakin jauh, sebagaimana apabila takut terhadap seseorang, namun khauf menjadikan hubungan antara hamba dan Khaliq semakin dekat. Sifat kedua adalah raja’, rasa optimis untuk mendapatkan karunia dari Allah SWT. Ketika sudah memiliki harapan yang tinggi kepada Allah, ia tidak akan kecewa terhadap siapapun karena tidak lagi menunggu harapan dari manusia. Hal ini membuat hidup semakin tenang karena memiliki tempat untuk menyampaikan seluruh keinginan dan harapan, yaitu kepada Allah SWT saja.

Hati yang sakit (Qalbun Marid)

Hati yang sakit adalah kondisi di mana hati masih memiliki kesadaran untuk beribadah kepada Allah, namun di sisi lain juga melakukan maksiat. Bisa juga diartikan dengan adanya penyakit hati yang ada dalam diri seseorang, seperti: riya’, hasad, takabbur, ujub, bakhir, dll. Jenis hati ini dimiliki oleh sebagaian besar orang. Oleh sebab itu, apabila merasa ada penyakit hati yang diderita, maka sebaiknya segera untuk diobati. Caranya adalah dengan mengurangi dan menghilangkan penyakit hati secara bertahap. Kemudian dibarengi dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah. jangan sampai membiarkan hati yang sakit, apalagi memperburuknya yang akan menyebabkan semakin parah dan akhirnya menjadi hati yang mati. Ibarat lampu, hati yang sakit sudah memiliki cahaya redup. Bersinar namun tidak cukup menyinari sekitar, ia harus diisi dengan tenaga supaya lebih terang.

Hati yang mati (Qalbun Mayyit)

Ketika cahaya keimanan dalam hati sudah pudar, maka hati perlahan menuju kematian. Sungguh merugi orang yang tidak lagi diberikan kesempatan untuk menyembuhkan hati. Karena apabila hati sudah mati, kebaikan sebaik apapun yang disampaikan tidak akan bisa diterima oleh hati. Sebagaimana orang mati yang tidak akan bisa mendengar dan merespon apapun di sekelilingnya. Hati ini dimiliki oleh orang yang sudah menolak kebenaran dari Allah. Berkali-kali sinyal hidayah yang datang bukannya disambut, malah ditolak dan ditentang. Kemaksiatan dirutinkan, menyebabkan secara perlahan ada titik hitam yang perlahan menutup hatinya menjadi hitam pekat.

Kita tanya kepada diri masing-masing, hati yang ada dalam tubuh kita berada di kondisi yang mana. Apakah masih prima dan sehat, apakah ada sedikit penyakit, atau bahkan mati. Jika ada sedikit penyakit hati, maka bersegeralah melakukan taubat. Jangan menunda sampai penyakit menjadi semakin kronis sehingga sulit diobati.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image