Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Mengapa Turki Merintangi Swedia dan Finlandia Masuk NATO?

Politik | Wednesday, 25 Jan 2023, 23:02 WIB
Bendera Turki. Foto: Imad Alassiry/Unsplash.

Harapan Swedia dan Finlandia untuk segera bergabung dengan NATO tampaknya membentur dinding tebal. Pasalnya, Turki, yang memegang hak veto, masih tidak berkenan memberi akses bagi kedua negara tersebut untuk masuk ke dalam aliansi militer tersebut.

Dari 30 anggota NATO, hanya parlemen Turki dan Hongaria yang belum meratifikasi soal masuknya Swedia dan Finlandia.

Turki mengatakan bahwa Swedia menampung apa yang menurut Ankara adalah militan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang, yang mengangkat senjata melawan pemerintah Turki pada tahun 1984.

PKK ditetapkan sebagai kelompok teroris di Turki, Swedia, Amerika Serikat, dan Eropa.Turki ingin Stockholm dan Helsinki mengambil tindakan lebih keras terhadap PKK dan kelompok lain yang disalahkan atas upaya kudeta mereka di tahun 2016.

Di Madrid, Finlandia, Swedia, dan Turki pernah berunding dan setuju untuk bekerja lebih keras memerangi terorisme, termasuk mengintensifkan langkah ekstradisi dan deportasi tersangka kelompok militan. Namun, pengadilan Swedia dianggap telah merintangi sejumlah upaya ekstradisi dan deportasi tersebut.

Ketegangan antara Swedia dan Turki belakangan ini meningkat akibat aksi demo di Stockholm yang menurut Ankara adalah sebagai kejahatan rasial, tetapi justru dilindungi oleh undang-undang kebebasan berbicara Swedia.

Turki akan melakukan pemilihan umum pada bulan Mei mendatang. Sejumlah analis menilai sikap Erdogan terhadap NATO saat ini sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian para pemilih dari krisis biaya hidup di dalam negeri dan sekaligus memproyeksikan citra dirinya sebagai negarawan internasional.

Analis lain mengatakan Erdogan mungkin ingin menggunakan ratifikasi NATO sebagai bagian dari kesepakatan dengan Amerika Serikat. Hubungan Turki dengan Washington dalam kondisi tegang akibat konflik Turki dengan militan Kurdi Suriah yang mendapat dukungan AS dalam perang melawan ISIS.

Turki juga ngebet ingin membeli jet tempur F-16 dari Amerika Serikat, tetapi menghadapi keberatan dari beberapa anggota Kongres.

Swedia dan Finlandia telah lama menerapkan kebijakan non-blok militer formal, tetapi invasi Rusia ke Ukraina telah membuat kedua negara itu ketar-ketir sehingga mendorong keduanya untuk berpikir ulang soal kebijakan tersebut.

Finlandia memiliki perbatasan sepanjang 1.300 km dengan Rusia, dan pulau Swedia Gotland terletak hanya 300 km dari pangkalan Armada Baltik Rusia di wilayah kantung Rusia Kaliningrad.

Swedia dan Finlandia saat ini melihat NATO, dengan klausul pertahanan kolektifnya, sebagai cara terbaik untuk memastikan keamanan mereka.

Baik swedia dan Finlandia memiliki militer yang relatif kuat. Finlandia memiliki kapasitas untuk memobilisasi 285.000 personel dan 650 tank. Swedia memiliki angkatan udara yang kuat dan armada kapal selam yang disesuaikan dengan kondisi Laut Baltik. Secara strategis, kedua negara mampu menutup lubang di garis depan NATO melawan Rusia sambil memungkinkan aliansi untuk memproyeksikan kekuatan ke wilayah Baltik.

Para analis memperkirakan proses bergabungnya Swedia dan Finlandia ke NATO akan tetap terhenti sampai setidaknya pemilu Turki selesai.

Bahkan kemudian, kemajuan bisa berjalan lebih lambat. Implementasi penuh dari perjanjian Madrid bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan Swedia mengatakan beberapa tuntutan Turki lainnya tidak mungkin dipenuhi.

Kekhawatiran keamanan nasional Turki tidak akan mudah diredakan, dan kemampuan Swedia dan Finlandia untuk mempengaruhi perkembangan sangat kecil.

Tetapi Swedia, Finlandia, dan NATO ingin menghindari proses yang berlarut-larut ini.

Menurut Paul Levin, direktur the Institute for Turkish Studies di Stockholm University, seperti dikutip kantor berita Reuters, tindakan Turki sekarang malah menguntungkan Putin dan itu seharusnya menjadi masalah bagi aliansi secara keseluruhan.***

Sumber: Reuters

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image