Kurangnya Dukungan Orang Tua dapat Menyebabkan Remaja Menjadi Depresi, Kok bisa?
Eduaksi | 2021-12-16 00:59:15NAMA TOKOH
Pernahkah kalian selalu dituntut oleh orang tua? Atau, orang tua tidak pernah mendukung dengan apa yang kalian lakukan? Banyaknya tuntutan tersebut dapat memicu terjadinya depresi, loh. Menurut para ahli, banyak remaja yang mengalami depresi dan gangguan kejiwaan yang belum ter data. Dari hasil data, hanya 20 persen di antaranya saja yang mendapatkan penanganan. Salah satu faktor depresi pada remaja adalah tidak mendapatkan dukungan dari orang tua. Kok bisa? Yuk, Simak penjelasannya!
Apa itu Depresi?
Menurut Santrock (2003), Depresi adalah gangguan emosional yang ditandai dengan rasa sedih yang berkelanjutan dan hilangnya rasa minat untuk melakukan sesuatu dengan senang hati. Sering kali, anak mempunyai banyak tuntutan dari orang tuanya. Akan tetapi, tidak adanya dukungan yang baik dari orang tua. Remaja yang tidak memiliki dukungan yang baik dari orang tuanya, dapat menyebabkan tingkat depresi pada remaja.
Nah, Apa sih yang menyebabkan Remaja mengalami Depresi?
Menurut Rachmawati (2015), mengungkapkan bahwa, terdapat banyak faktor yang dapat memicu terjadinya Depresi pada anak, Salah satunya adalah Faktor Sosial, seperti:
1. Orang Tua Kurang Peduli terhadap Prestasi Akademik Anak.
Siapa sih yang tidak ingin anaknya berprestasi? Pasti semua orang tua menginginkan anaknya sukses dalam akademiknya. Namun, kurangnya kepedulian orang tua terhadap prestasi akademik anak, dapat memicu tingkat depresi pada anak. Kenapa? karena pada saat orang tua kurang peduli terhadap prestasinya tersebut, anak akan merasa apa yang ia lakukan tidak dihargai dan merasa semuanya sia-sia.
2. Ekspektasi Orang Tua yang Terlalu Tinggi terhadap Anak.
Selain itu, ekspektasi orang tua yang terlalu tinggi juga dapat memicu faktor terjadinya depresi pada anak. Sebagai contoh, ibunya mengharapkan anaknya menjadi seorang dokter. Sedangkan, ayahnya mengharapkan anaknya menjadi seorang guru. Tetapi, banyaknya tuntutan tersebut membuat anak kita justru mengalami depresi. Kok bisa? Karena dengan banyaknya tuntutan tersebut, anak memiliki banyak tekanan yang harus mereka penuhi. Tetapi, tidak adanya dukungan yang baik dari orang tuanya.
3. Pesan yang Disampaikan oleh Anak justru membuat Perasaan menjadi Kacau.
Kita sebagai orang tua pasti bertanya-tanya, mengapa anak tidak pernah bercerita kepada orang tuanya? Bisa jadi, ketika anak bercerita, apa yang disampaikan justru membuat perasaannya menjadi kacau. Dengan begitu, semua emosi yang anak ingin keluarkan justru terpendam dan membuat anak menjadi depresi.
Jika anak mengalami faktor di atas, Anak akan mencari identifikasi di luar rumah. Anak akan cenderung memilih bercerita kepada orang lain dibandingkan dengan orang tuanya sendiri.
Pentingnya Peran Orang Tua Terhadap Depresi Anak.
Setelah mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami depresi, Kita sebagai orang tua seharusnya dapat berperan sebagai teman bercerita untuk anak, tidak menjadi orang tua yang bersikap kasar dan memberikan dukungan yang baik untuk anak. Menurut ahli Psikolog, Dyah Indrieswari mengatakan, "Orang tua harus peka dengan keadaan psikologis anak." Dengan pola asuh orang tua yang baik kepada anak, dapat mengurangi tingkat depresi anak dan semakin merasa dirinya dihargai di lingkungan hidupnya.
Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka anak akan mengalami depresi yang membuat dirinya tidak berguna, tidak merasa percaya diri, selalu merasa bersalah, berlarut pada kesedihan dan yang lebih parahnya lagi, anak akan menyakiti dirinya sendiri hingga melakukan bunuh diri.
Bagaimana cara mengobati jika remaja sudah terlanjur depresi?
Nah, jika remaja sudah mengalami depresi bahkan sampai menghambat pekerjaannya. Sebaiknya, kita sebagai orang tua lebih sadar akan hal itu. Apa yang harus kita lakukan? Berikut beberapa metode yang perlu dilakukan.
1. Luangkan waktu untuk berlibur
Remaja kerap kali sibuk dengan kegiatannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan banyaknya kegiatan tersebut, membuat anak memiliki banyak pikiran dan emosi yang terpendam. Cobalah ajak anak untuk pergi berlibur seperti pergi ke pantai atau ke tempat yang anak sukai dan izinkan anak jika ia ingin bepergian bersama temannya maupun sendirian. Dengan begitu, anak akan menjadi sedikit lebih tenang dengan emosional.
2. Jangan terlalu mengekang dan fokus dengan apa yang anak inginkan
Pernahkah kalian ingin melakukan sesuatu tapi selalu dikekang oleh orang tua? Sebagai contoh, anak ingin masuk ke jurusan A tetapi, orang tua ingin anaknya masuk jurusan B. Nah, mungkin sebagai orang tua juga harus memberi kebebasan anak dan fokus dengan apa yang anak tuju. Jangan terlalu menuntut anak sesuai dengan apa yang kita inginkan sebagai orang tua. Karena, pada saat remaja, anak perlu adanya kebebasan untuk mengekspresikan diri dan mencari jati dirinya.
3. Olahraga yang rutin
Metode yang satu ini cukup mudah untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika anak malas untuk berolahraga dan lebih banyak mengurung diri, cobalah untuk mengajak anak untuk berolahraga bersama seperti berjalan santai. Selain menyehatkan tubuh, olahraga juga bisa mengurangi tingkat depresi, loh. Karena, ketika berolahraga kita akan berinteraksi sosial yang kemudian pikiran kita dapat teralihkan. Yuk, mulai sekarang cobalah untuk berolahraga dengan rutin!
4. Hubungi Psikolog atau Psikiater
Nah, jika metode di atas tidak cukup untuk mengurangi tingkat depresi remaja. Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah hubungi tenaga ahli seperti Psikolog ataupun Psikiater. Pandai-pandailah cari Psikolog yang mampu menjawab semua kebutuhanmu.
Jadi, Peran orang tua sangat penting bagi kesehatan mental anak termasuk depresi. Semoga dengan artikel ini, orang tua akan lebih bisa memahami tentang kesehatan mental anak dan dapat mengurangi tingkat depresi remaja. Jadilah orang tua yang baik dan memahami masalah yang terjadi pada anak. Anak yang sehat jiwanya tercipta dari didikan orang tua yang baik.
Sumber:
Rahmayanti, E.Y dan Teti Rachmawati. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Depresi Pada Remaja Awal. Asuhan Ibu & Anak, 3(2), 47-54
Santrok, John W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.