Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Galih Pranata

44 Hari Penuh Pilu: Junko Furuta Alami Rudapaksa hingga Tewas

Sejarah | Wednesday, 25 Jan 2023, 11:29 WIB

Oleh: Galih Pranata (Pengajar Sejarah di SMA Al Islam 1 Surakarta)

Junko Furuta bernasib malang ketika harus alami rudapaksa hingga tewas setelah disandera selama 44 hari (Galih Pranata/Wikimedia).
Junko Furuta bernasib malang ketika harus alami rudapaksa hingga tewas setelah disandera selama 44 hari (Galih Pranata/Wikimedia).

Retizen Republika—Jepang yang dikenal sebagai salah satu negara maju, tak luput dari krisis sosial yang mencekam. Kisah pilu pernah menyelimuti jejak sejarah kriminalitas di negeri matahari terbit itu.

Kali ini, kisah pilu menimpa seorang gadis jelita bernama Junko Furuta. Junko bersekolah SMA di Misato, Prefektur Saitama, Jepang. Kecantikannya banyak menarik perhatian laki-laki di sekolahnya. Salah satunya adalah Hiroshi Miyano.

Koresponden Japan Inside menuliskan kisah ini dalam sebuah artikel berjudul 44 Days Of Hell—The murder story of Junko Furuta yang diterbitkan pada 16 Agustus 2017. Ia bercerita secara mendetail tentang kisah Junko Furuta.

Berbeda dengan laki-laki lainnya, Hiroshi Miyano ditakuti hampir di seluruh Jepang. Dia tidak berpenampilan menarik, namun Miyano menaksir Junko yang rupawan. Hanya Junko, wanita yang berani mengatakan "tidak" untuk menjalin hubungan dengan Miyano.

Sebagaimana diketahui, koresponden Japan Inside menyebut Miyano terlibat aktif dalam sebuah jaringan mafia terkuat di Jepang, Yakuza. Inilah mengapa Hiroshi Miyano ditakuti seantero negeri.

Naik pitam bukan kepalang, Miyano yang tertolak cintanya memutuskan untuk menculik Junko pada 25 November 1988. Ia diculik oleh empat remaja tanggung dan disembunyikan di kediaman salah satu dari empat remaja itu.

Meski di rumah itu terdapat orang tua dari Nobuharu Minato—salah satu remaja yang menculik Junko—tapi ia memilih bungkam, karena takut dengan Miyano yang memiliki relasi kuat dengan Yakuza. Alhasil, tak ada yang bisa menolong Junko.

Saat disekap, Junko Furuta dipaksa untuk menghubungi orang tuanya bahwa dia baik-baik saja dan akan menginap bersama teman-temannya. Mengetahui kejahatan Miyano, Junko yang takut hanya menurut saja. Orang tuanya pun merasa tidak ada yang salah dengan kondisi putrinya kala itu.

Hari-hari kelabu Junko dimulai. Ia menderita dalam penyekapan itu. Ia ditelanjangi sepanjang waktu, dan dirudapaksa untuk melayani hasrat seksual keempat penculiknya itu. Junko yang masih berusia 16 tahun itu, mengalami sejumlah pelecehan dan kekerasan seksual.

Miyano yang punya relasi dengan Yakuza, mengundang beberapa teman gengsternya untuk menggauli Junko. Dalam sehari, Junko harus melayani 12 pria berbeda. Hingga beberapa hari, terhitung sudah 100 pria yang datang untuk memerkosa gadis malang itu.

Potret Junko Furuta bersama kedua orang tuanya sebelum tragedi nahas menimpanya (Wikimedia).
Potret Junko Furuta bersama kedua orang tuanya sebelum tragedi nahas menimpanya (Wikimedia).

Dalam hitungan minggu, Junko yang tak kuat menanggung penderitaan itu, memohon kepada Miyano dan para penyekapnya untuk membunuhnya. Akan tetapi, para remaja itu tak menggubris permohonan Junko. Penderitaan terus berlanjut.

Dalam satu momen mengenaskan, ketika para remaja itu bermain mahjong, saat Miyano kalah dalam permainan, ia menjadikan Junko sebagai pelampiasan kekesalannya. Kepalanya dipukuli dengan tongkat besi berulang kali. Akibat pemukulan itu, Junko tak bisa bernafas dengan hidungnya karena penggumpalan darah di rongga hidung.

Setelah 20 hari disandera, kakinya mengalami luka bakar cukup serius, otot-otot kakinya rusak karena siksaan, ditambah memar yang luar biasa, membuat Junko tak bisa berjalan lagi. Melalui musim dingin yang hebat di Jepang, tanpa sehelai kain di tubuhnya, ia meringkuk kepayahan di balkon rumah.

Melewati 30 hari penderitaan, Junko Furuta tak dapat buang air kecil karena kerusakan organ dalam dan vulva akibat kemasukan benda asing, seperti halnya botol yang dimasukkan secara paksa lewat anusnya.

Pemukulan dan pembakaran membuat sejumlah luka parah, bahkan Junko sudah tak bisa memasukkan makanan dan minuman ke tubuhnya. Setiap kali makan dan minum, selalu dimuntahkannya kembali. Itu membuatnya kelaparan dan dehidrasi hebat.

Setelah hari ke-44 ia mengalami rudapaksa dan sejumlah penyiksaan keji, ia kembali memohon untuk dibunuh saja. Alih-alih iba, para remaja itu malah semakin marah dan memukuli kepalanya hingga gendang telinganya pecah.

Akibat kerusakan organ, kelelahan, kelaparan dan dehidrasi yang luar biasa, pada 4 Januari 1989, Junko Furuta dinyatakan meninggal dunia setelah 44 hari alami rudapaksa dan kekerasan fisik lainnya.

Untuk menghilangkan jejaknya, mayat Junko Furuta kemudian dimasukkan ke dalam drum besar seukuran 55 galon berisi beton dan dibuang jauh-jauh. Setelah dilakukan pencarian, ia diketemukan di pekarangan sepi di Koto, Tokyo.

Setelah dilakukan evakuasi dan otopsi, ditemukan berbagai benda asing di dalam tubuh Junko, mulai dari botol hingga puntung rokok. Kekejaman ini mewarnai salah satu kisah paling memilukan yang tercatat dalam sejarah.

Setelah berhasil dibekuk kepolisian pada Juli 1990, pengadilan rendah menghukum Hiroshi Miyano sebagai dalang dan pemimpin kejahatan tersebut dengan hukuman 17 tahun penjara. Namun hukuman kurungannya bertambah menjadi 20 tahun penjara karena Miyano sempat mengajukan banding.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image