Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Connie, Kodok Tebu Raksasa Seberat 2,7 Kg Akhirnya Harus Disuntik Mati

Sana Sini | Wednesday, 25 Jan 2023, 08:49 WIB
Kodok tebu raksasa yang ditemukan di Australia. Foto: Queensland Departent of Environment and Science via Reuters.

Petugas taman di Australia baru-baru ini menemukan seekor kodok tebu (Rhinella marina) raksasa berkelamin betina yang diyakini mampu menjadi pemecah rekor pada Guinness World Records sebagai kodok paling besar yang pernah ada di kawasan hutan hujan.

Dijuluki sebagai Toadzilla, kodok itu ditemukan oleh Kylee Grey, petugas taman yang sedang melakukan patroli rutin di Taman Nasional Conway, di negara bagian Queensland, Kamis (12 Januari 2023) lampau.

Gray dan rekan-rekannya menangkap hewan itu dan lantas membawanya ke kantor mereka. Berat kodok itu sekitar 2,7 kilogram.

Guinness World Records sejauh ini mencatat kodok terbesar dengan berat 2,65 kilogram pada tahun 1991 untuk seekor kodok peliharaan asal Swedia

Menurut Gray, yang diwawancara stasiun televisi ABC, mereka mempertimbangkan menamai kodok itu Connie lantaran ditemukannya di Taman Nasional Conway.

Sejawat Gray, yang juga penjaga senior Taman Nasional Conway, Barry Nolan, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa hewan itu akhirnya disuntik mati karena mempertimbangkan dampak ekologisnya.

Tubuh Toadzilla kemudian disumbangkan ke Museum Queensland untuk bahan penelitian.

Predator rakus

Kodok tebu bukanlah hewan endemik Australia. Kodok ini berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Ia adalah hewan yang sangat kuat dan predator serangga dan mangsa kecil lainnya yang sangat rakus. Kodok tebu dibawa ke Benua Kangguru pada tahun 1935 untuk tujuan mengendalikan kumbang tebu dan hama lainnya secara alami.

Namun, rupanya populasinya justru kian bertambah dan meluas. Ada yang memperkirakan kecepatan jangkauan wilayah ekspansinya sekitar 40 hingga 60 kilometer per tahun.

Department Perubahan Iklim , Energi, Lingkungan, dan Air Australia (DCEEW) menyebut bahwa pada tahun 1945, kodok tebu mencapai Brisbane dan kemudian ekspansi hingga Burketown di barat laut Queensland pada awal 1980-an, lalu ke Iron Range di Semenanjung Cape York pada tahun 1983, serta kawasan Cape paling ujung pada tahun 1994.

Pada tahun 1995, ekspansi kodok ini meluas ke arah barat dan mencapai Sungai Roper di Teluk.Carpentaria di Northern Territory. Pada Maret 2001, hewan ini telah mencapai Taman Nasional Kakadu. Pada bulan Februari 2009, kodok tebu dilaporkan melintasi perbatasan Australia Barat dengan Northern Territory (lebih dari 2.000 kilometer dari tempat mereka dilepaskan 74 tahun sebelumnya).

Di selatan Australia, kodok tebu pertama kali masuk ke wilayah Byron Bay pada tahun 1965 dan kemudian menyebar ke Yamba dan Port Macquarie di pesisir utara New South Wales pada tahun 2003.

“Seekor kodok betina seperti Toadzilla berpotensi bertelur hingga 35.000 telur. Jadi, kemampuan mereka untuk bereproduksi cukup mengejutkan. Dan semua bagian dari siklus perkembangbiakan kodok tebu membahayakan bagi spesies asli Australia. Jadi, pencegahan adalah bagian besar dari cara kita menangani hewan ini,” jelas Barry Nolan.

Spesies invasif terburukKodok tebu memiliki kulit punggung berwarna coklat zaitun abu-abu dengan banyak kutil yang diakhiri dengan warna coklat tua. Kulit perut cenderung berwarna kuning keputihan dengan bintik-bintik coklat tua atau belang-belang dan berbentuk butiran.

Hewan ini memiliki kelenjar paratoid besar yang membentang dari sisi anterior timpani hingga setengah punggung. Tulang punggung yang tinggi bertemu di moncong di antara lubang hidung. Seperti spesies nokturnal lainnya,kodok tebu memiliki pupil horizontal.

Panjang tubuhnya bisa mencapai maksimal 238 milimeter, meski umumnya sekitar 150 hingga 175 milimeter. Menurut Invasive Species Specialist Group, kodok ini termasuk sebagai salah satu dari 100 spesies invasif terburuk di dunia.

Makanan utama kodok tebu adalah serangga serta siput darat maupun air. Terkadang, ia mengambil sisa makanan untuk hewan peliharaan. Kodok tebu membutuhkan akses konstan ke kelembaban untuk bertahan hidup. Alih-alih minum, mereka menyerap air melalui kulit di perut mereka -- dari embun, pasir lembab, atau bahan lembab lainnya.

Jika terpaksa berada dalam kondisi genangan air, tubuh kodok tebu justru dapat menyerap terlalu banyak air yang akhirnya membuatnya mati. Mereka juga bisa mati karena kehilangan air selama kondisi kering.

Kodok tebu dapat berkembang biak kapan saja sepanjang tahun, tetapi tampaknya lebih menyukai kondisi cuaca pada awal musim hujan. Mereka akan bertelur di perairan yang tenang atau yang bergerak lambat.

Secara umum, kodok tebu betina dapat bertelur antara 8.000 hingga 30.000 telur sekaligus. Sebagai perbandingan, sebagian besar kodok asli Australia biasanya bertelur antara 1.000 hingga 2.000 telur per tahun. ***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image