Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Eva Amalia Destyani

Umbi-Umbi ASN Penentu Masa Depan

Eduaksi | Friday, 20 Jan 2023, 15:50 WIB

Istilah umbi mungkin terdengar kurang familiar di kalangan pemerintahan, namun di media sosial seperti twitter dan instagram istilah umbi begitu banyak digunakan untuk ditujukan pada Aparatur Sipil Negara (ASN) baru, Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) atau pegawai yang belum memiliki jabatan.

Bagaimana istilah umbi ini muncul? Pada tweet yang ditulis akun twitter @cpbpc menjelaskan bahwa istilah umbi kemungkinan berasal dari adanya pilihan jawaban pada suatu soal yang menyebutkan “karyawan adalah sejenis umbi-umbian”. Dari situlah ASN yang baru memasuki dunia pemerintahan digambarkan sebagai umbi.

Dikutip dari bahasadaring.com juga menyebutkan bahwa umbi adalah kasta paling bawah di dunia pns. Benarkah demikian? Saya Sebagai CPNS, yang dalam hal ini juga disebut sebagai umbi justru berpikir bahwa sebutan tersebut merujuk pada sesuatu yang positif.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), umbi adalah bagian dari tanaman, bisa berupa akar, pangkal batang, atau lapisan-lapisan yang menjadi besar dan berisi. Contohnya kentang, wortel, singkong, bawang, dan lain sebagainya. Meskipun letaknya berada di bagian bawah dari suatu tanaman yang bahkan tidak terlihat sama sekali namun umbi inilah yang sering menjadi bagian paling bermanfaat dari tanaman tersebut.

Umbi tanaman bawang. (Sumber : freepik.com)

Dilihat dari berbagai macam kisah para umbi ASN di media sosial, banyak dari mereka yang mengeluhkan jika pekerjaan yang diberikan tidak sesuai dengan jabatan yang dilamar, beban kerja yang berlebihan, bahkan banyak juga yang mengeluhkan jika mereka tidak diberikan pekerjaan sama sekali dan bingung harus mengerjakan apa. Selain itu, karena posisi umbi yang belum memiliki kewenangan juga semakin menguatkan bahwa umbi merupakan kasta terbawah dari ASN. Lantas bagaimana agar para umbi ASN menjadi bermanfaat jika realitanya masih jauh dari yang seharusnya?

Mengubah suatu sistem di pemerintahan yang sudah menjadi turun temurun selama bertahun-tahun memanglah tidak mudah. Namun dari situlah seharusnya kita dapat mengambil pelajaran penting dan menjadikannya ‘nutrisi untuk pertumbuhan’ agar kita menjadi ASN yang unggul di masa mendatang.

Sebagai contoh, jika kita diberikan beban kerja yang berlebihan bahkan di luar bidang yang kita kuasai, selama itu masih di arah yang benar maka anggaplah menjadi pelajaran yang nantinya akan bermanfaat bagi kita di kemudian hari terutama saat kita telah menjadi penentu kebijakan, karena kita tidak akan mudah dibodohi oleh orang lain dan kita dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Menjadi ASN yang unggul juga harus ditunjang dengan pondasi sikap dan perilaku yang baik sejak awal agar kita tidak ikut terbawa arus dari sistem yang kurang tepat tersebut. Pondasi yang paling tepat adalah dengan mengimplementasikan core values ASN berAKHLAK. BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.

Jika pelajaran yang kita ambil dari adanya ketidaksesuaian diibaratkan sebagai pupuk atau nutrisi untuk menunjang pertumbuhan umbi, maka core values ASN berAKHLAK adalah tanah. Tanah merupakan tempat untuk tanaman bertumbuh, dan tanaman tidak akan bisa tumbuh jika tidak ada tanah. Tanah juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, jika tanahnya bagus dan gembur maka tanamannya pun akan tumbuh dengan subur dan memberikan lebih banyak manfaat.

Selama kita menjadi ASN, kita tidak boleh terlepas dari nilai-nilai pada core values ASN berAKHLAK karena pada dasarnya nilai tersebut merupakan intisari dari nilai dasar dan juga kode etik dan kode perilaku ASN, sebagaimana yang tertuang pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN. Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN), Bapak Dr. Adi Suyanto, M.Si dalam sambutan pada upacara pelepasan peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I angkatan XLVIII tahun 2021 menegaskan bahwa penerapan core values ASN berAKHLAK harus mulai diaplikasikan dari pimpinan tertinggi dalam instansi.

Namun karena tidak semua pimpinan mendapatkan penjelasan lebih lanjut serta contoh implementasi dari core values ASN BerAKHLAK tersebut, maka penerapannya menjadi kurang maksimal. Lain halnya dengan para umbi yang sudah dibekali dengan penjabaran dan implementasi dari core values ASN BerAKHLAK pada saat Pelatihan Dasar (Latsar).

Pelatihan Dasar CPNS Kabupaten Karawang (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Maka dari itu, umbi ASN sebagai generasi muda yang lebih memahami nilai-nilai tersebut harus menjadikan core values ASN BerAKHLAK sebagai pondasi yang baik layaknya tanah tempat umbi bertumbuh. Pondasi yang baik inilah bekal kita sebagai penerus kebijakan, apalagi Indonesia diperkirakan akan memasuki masa bonus demografi pada beberapa tahun ke depan, tepatnya pada tahun 2030 hingga 2040 mendatang yang berlanjut hingga tahun 2045 sebagai fase Indonesia Emas.

Jadi, untuk para umbi-umbi ASN sudah semestinya menyadari meskipun begitu banyak keluhan dari ketidaksesuaian yang kita alami dalam pekerjaan saat ini, namun kedepannya umbi inilah yang menjadi penentu masa depan Indonesia. Jadikan pengalaman dan masa-masa yang kita alami saat ini menjadi salah satu sudut pandang kita dalam mengambil kebijakan di masa yang akan datang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image