Petani Milenial Vs Kolonial
Kabar | 2023-01-20 10:34:36PETANI MILENIAL VS KOLONIAL
Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, baik sebagai petani, peternak, maupun nelayan. Terdapat beberapa faktor yang mendukung Indonesia sebagai negaara agraris, di antaranya yaitu: memiliki iklim tropis, curah hujan yang tinggi, dan kesuburan tanah yang baik. Kondisi ini yang membuat Indonesia memiliki lahan yang subur dan banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, luas lahan baku sawah sebesar 7,4 juta hektar. Sebanyak 95.175 hektar di antaranya berada di Kabupaten Karawang yang tersebar di 30 Kecamatan. Kabupaten Karawang dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat. Keadaan ini harus tetap dipertahankan dan terus dikembangkan oleh Kabupaten Karawang.
Sektor pertanian akan menjadi ancaman bagi Indonesia berhubungan dengan krisis pertanian. Beberapa yang menjadi penyebab, di antaranya adalah adanya krisis jumlah petani, urbanisasi yang tinggi, dan alih fungsi lahan. Lahan pertanian di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya juga penduduk Indonesia, yang menyebabkan alih fungsi lahan semakin bertambah.
Kebutuhan lahan perumahan, perkembangan industri dan kebutuhan lahan untuk fasilitas umum juga menyebabkan semakin besarnya alih fungsi lahan. Jika sudah seperti ini, lahan pertanian semakin berkurang dan akan menimbulkan berkurangnya produksi pangan. Hal ini harus segera di atasi dengan cara yang tepat. Sumber daya manusia yang inovatif juga sangat dibutuhkan agar lahan pertanian yang semakin berkurang dapat tetap menghasilkan hasil yang
Lahan Pertanian yang Menjadi Alih Fungsi Lahan Perumahan (Dok Pribadi)
Petani merupakan pelaku utama dalam bidang pertanian yang melakukan pekerjaan untuk bercocok tanam. Tahukah anda bahwa kata Petani merupakan sebuah singkatan dari Penyangga Tatanan Negara Indonesia. Kata ini memang tepat diberikan kepada petani, karena tanpa adanya petani negara akan mengalami krisis pangan yang akan berakibat pada terganggunya tatanan Negara Indonesia. Petani melakukan kegiatan bercocok tanam dimulai dari pengolahan tanah, pemeliharaan, hingga memperoleh hasil dari tanaman tersebut baik untuk dirinya sendiri ataupun menjualnya untuk orang lain.
Menjadi seorang petani tidak lah mudah. Biaya produksi yang tinggi, pupuk yang langka, dan harga gabah yang rendah selalu menjadi persoalan di lapangan. Kesan menjadi seorang petani di kalangan generasi muda sangatlah tidak menarik dan terkesan tidak bergengsi. Hal ini yang menyebabkan minat generasi muda terhadap dunia pertanian sangatlah minim.
Generasi usia petani di Indonesia saat ini sebanyak 78,1% masih didominasi oleh petani kolonial atau yang berusia lebih dari 40 tahun. Sedangkan hanya ada sekitar 21,9% petani milenial berusia 25-40 tahun yang ada di Indonesia (Sumber:Data BPS 2021). Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah terhadap regenerasi petani di Indonesia. Kurangnya minat generasi muda menjadi seorang petani di antaranya karena dianggap tidak adanya pengembangan karir, pendapatan yang kecil, serta dianggap tidak akan menjanjikan untuk masa depan.
Dengan iming-iming gaji di perusahaan lebih besar dan lebih pasti, para generasi muda lebih tertarik untuk bekerja di perusahaan. Padahal menjadi seorang petani sama dengan menjadi seorang wirausaha. Apabila kita dapat mengembangkan diri dan mau berinovasi tentunya hal tersebut akan menjadi peluang yang sangat menguntungkan. Apalagi bila didukung dengan kemajuan teknologi yang membuat bidang pertanian lebih modern dari sebelumnya.
Mereka yang berusia muda dan menggeluti sektor pertanian mungkin masih dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Namun petani milenial dengan bermodalkan ilmu dan pendidikan yang cukup akan menjadikan wirausaha pertanian ini menjadi sesuatu yang menjanjikan dan membawa kesejahteraan.
Petani milenial diharapkan dapat membawa perubahan dari bidang pertanian untuk Indonesia, dan juga diyakini dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat khususnya di desa yang memiliki potensi di sektor pertanian. Tetapi apabila minat generasi muda masih sangat sedikit lalu Pemerintah bisa apa? Perlu adanya kebijakan pemerintah yang bersifat membantu dan mempermudah bagi generasi muda agar dapat tertarik ke bidang pertanian.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, di antaranya dengan membuat seminar ke desa-desa agar setidaknya anak petani sendiri dapat meneruskan kegiatan bertani orangtuanya. Setelah itu dapat dilakukan pembinaan yang berkelanjutan untuk mengasah keterampilan. Pemerintah juga harus bisa membantu dalam hal akses teknologi pertanian bagi para pemuda atau lulusan sarjana pertanian, karena tidak dipungkiri bahwa kemajuan teknologi dapat membantu memajukan bidang pertanian juga.
Kementerian Pertanian RI memiliki target 1 juta petani milenial yang tersebar di seluruh Indonesia. Target tersebut dibagi di beberapa bidang,yaitu: taman pangan, hortikultura, peternakan, dan perkebunan.
Generasi milenial masih menjadi fokus utama untuk mendongkrak sumber daya manusia di bidang pertanian, dengan tujuan yaitu dapat menumbuhkan kewirausahaan petani muda di Indonesia. Peran petani milenial menjadi penentu dari kemajuan bidang pertanian di masa yang akan dating. Generasi muda memiliki inovasi yang lebih kreatif dan akan sangat bermanfaat. Petani milenial harus mampu merefleksikan semangat kebangkitan negara agraris sebagai upaya pemerintah dalam menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.