Benarkah Tuhan Menciptakan Penyakit Sekaligus Menyediakan Obatnya?
Agama | 2023-01-19 17:09:27BENARKAH TUHAN MENCIPTAKAN PENYAKIT SEKALIGUS MENYEDIAKAN OBATNYA?
"Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah 'azza wa jalla." (HR Muslim).
"Allah tidak akan menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya juga." (HR Bukhari).
Nenek-moyang bangsa Indonesia sebelum mengenal kedokteran modern, mereka memiliki kebiasaan “meramu”. Untuk mengobati suatu penyakit atau menjaga agar tubuh tetap sehat, mereka meramu bahan-bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Mereka memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga dan masyarakat dari apa yang telah disediakan oleh alam.
Kemampuan meramu atau meracik obat ini diperoleh berdasarkan pengalaman semata, bukan berdasarkan pendidikan formal maupun proses penelitian. Kemampuan ini diwariskan secara turun-temurun. Orang yang memiliki kemampuan meramu obat, di setiap daerah (suku) di Indonesia sebutannya berbeda-beda. Ada yang menyebutnya dukun, tabib, balian, bomoh, cenayang, mantri, okultis, orang pintar, paranormal, pawang, poyang, sinse, syaman, malim, penenung, dll.
Orientasi para peramu obat tersebut adalah masih murni untuk menolong sesama. Orientasi ini menjadi sebuah kesadaran komunal. Nilai-nilai kemanusian dijunjung tinggi sedemikian rupa. Dalam memberikan pertolongan pun mereka tidak piliha kasih. Siapapun yang membutuhkan pengobatan dan perawatan kesehatan akan dilayani dengan baik, tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, status sosial, dll.
Tumbuh-tumbuhan Berkhasiat Obat
Banyak sekali tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat obat. Bahkan, satu tanaman bisa memiliki khasiat untuk beberapa penyakit sekaligus. Uniknya lagi, beberapa jenis sayur-sayuran selain bisa dimasak untuk lauk makanan, sekaligus memiliki khasiat tertentu. Demikian juga bumbu-bumbu dapur yang kita pakai sebagai penyedap masakan, juga bisa dimanfaatkan untuk mengobati suatu penyakit.
Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dianugerahi kekayaan alam yang melimpah. Di antaranya kekayaan keanekaragaman hayati. Ada ratusan tanaman yang sudah teridentifikasi sebagai tanaman obat. Baik itu tanaman yang sengaja dibudidayakan oleh manusia maupun tanaman yang tumbuh secara alami. Tidak hanya sampai di situ, bahkan jenis rerumputan yang tumbuh secara liar dan dianggap sebagai gulma pun ada pula yang berfungsi sebagai obat.
Bahan yang bisa dimanfaatkan sebagai obat pun bervariasi. Ada yang hanya daunnya saja. Ada yang hanya batanngnya saja. Ada pula yang cuma akarnya. Namun, tidak sedikit yang bisa dimanfaatkan secara keseluruhan, baik itu daun, batang, maupun akar (umbi)-nya.
Perihal rasa pun bermacam-macam pula. Ada yang rasanya getir, sepet, langu, masam, tawar, dan pahit. Sepertinya rasa pahit inilah yang paling mendominasi, sehingga banyak orang yang tidak suka meminum jamu atau ramuan herbal. Padahal, biarpun pahit nantinya akan berbuah manis (kesembuhan).
Munculnya Kedokteran Modern
Bangsa-bangsa Eropa yang menjajah negeri kita, mereka memperkenalkan sistem pengobatan modern. Ciri utamanya adalah menggunakan obat-obatan berbahan kimia (sintetis). Praktisi kesehatannya disebut dengan perawat dan dokter, bukan lagi dukun atau tabib. Mereka juga mendirikan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
Obat kimia memiliki beberapa kelebihan, di antaranya simpel dan praktis. Biasanya berwujud pil atau sirup sehingga mudah sekali untuk diminum. Berbeda dengan ramuan herbal yang mesti harus mencari dan mengumpulkan bahan, meraciknya, kemudian mengolahnya. Butuh waktu yang lama dan proses yang rumit. Selain itu, obat kimia bisa diproduksi secara massal oleh perusahaan farmasi.
Jikalau ramuan herbal harus diminum secara rutin dan dalam jangka waktu yang lama, baru akan bisa dirasakan khasiatnya. Lain halnya dengan obat kimia, ketika diminum biasanya langsung terasa efeknya. Contoh, ketika sedang sakit kepala dan meminum pil, maka rasa sakitnya akan cepat mereda atau hilang.
Selain memiliki beberapa kelebihan, obat kimia juga memiliki kekurangan yaitu adanya efek samping (dampak negatif) ketika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama atau secara berlebihan. Efek sampingnya berupa munculnya penyakit-penyakit baru, ketergantungan, kerusakan ginjal, dll. Dari segi harga, beberapa obat tertentu harganya cukup mahal, ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Hal ini dikarenakan bahan-bahannya masih impor.
Adanya Faktor “Berjodoh”
Sebagian dari kita masih ada yang tidak mempercayai akan khasiat tanaman obat. Mereka berdalih bahwa cara pengobatan herbal tidaklah ilmiah. Padahal, kenyataannya sudah banyak penelitian ilmiah terkait tanaman herbal tersebut. Beberapa eksperimen dan uji lab telah dilakukan. Jadi, pengobatan herbal ini selain sudah teruji secara turun-temurun (pengalaman), juga sudah teruji secara ilmiah.
Di sisi lain, obat kimia yang diyakini sudah melewati penelitian yang panjang dan dan uji lab pun tidak ada yang berani menjamin 100% akan bisa mengobati penyakit, termasuk para dokter sendiri. Sudah cukup banyak orang yang meminum obat dengan harga sangat mahal, atau melakukan pengobatan di rumah sakit terkenal di luar negeri, namun penyakitnya tak kunjung sembuh.
Para sesepuh Jawa mengatakan, “obate durung jodone”, obat yang diberikan belum berjodoh. Ungkapan sangat sederhana dan (mungkin) spontan ini justeru mengandung makna yang begitu mendalam. Semahal apapun dan sejauh manapun obat dicari, ketika itu belum berjodoh tentu belum akan sembuh. Sebanyak apapun dan sekeras apapun usaha dalam berobat, jika belum berjodoh, kesembuhan tak kunjung datang.
Berbeda apabila sudah berjodoh. Hanya meminum ramuan dedaunan tertentu yang gratis dan mudah didapat, kesembuhan datang menghampiri. Atau hanya dengan pengobatan alternatif seperti pijat, bekam, akupuntur, dll kesembuhan datang mengetuk. Atau juga dengan laku spiritual, seperti berdoa, berdzikir, bermeditasi, perlahan-lahan Tuhan berkenan memberikan kesembuhan. Bahkan, yang lebih mengherankan lagi, ketika kita pasrah secara total dan tak melakukan usaha apapun, kesembuhan tiba-tiba datang secara menakjubkan.
Obat hanyalah sebagai perantara, sedangkan pada hakikatnya kesembuhan datang dari Allah Asy-Syaafii (Yang Menyembuhkan).
*****
Selain faktor berjodoh, beberapa faktor yang berperan dalam kesembuhan suatu penyakit adalah seberapa besar ikhtiar kita, keyakinan kita, dan di atas semuanya tentu adanya takdir (ketetapan) dari Allah Yang Mahamenyembuhkan. Benar bahwa dalil di atas menyebutkan, “setiap penyakit pasti ada obatnya”. Namun jangan salah dipahami bahwa “setiap penyakit pasti bisa sembuh”. Wallahu a’lam bish-shawab.
Referensi:
Prof. Dr. Sa’id Hamad, 70 Resep Sehat Dengan Minyak Zaitun, Aqwam Media Profetika, Solo, 2014.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.