Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Masruhin Bagus

Menjauhi Perbuatan Zalim dan Balasannya

Agama | Tuesday, 17 Jan 2023, 12:35 WIB
image source: pixabay

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk bisa bertahan hidup. Tidak bisa dipungkiri manusia akan menjalin komunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam berinteraksi ini tak jarang terjadi gesekan satu sama lain. Baik di lingkungan kerja, di lingkungan rumah tangga, di organisasi, maupun di komunitas-komunitas lainnya. Gesekan yang menimbulkan kerugian pada salah satu pihak, baik kerugian yang mengancam jiwa, harta, maupun kehormatannya.

Gesekan-gesekan yang menimbulkan kerugian inilah yang disebut kezaliman. Misalnya kezaliman yang dilakukan oleh pimpinan terhadap anak buahnya, orang kaya kepada orang yang miskin, penguasa kepada rakyatnya, pejabat atau atasan kepada bawahannya, dan lain sebagainya.

Kezaliman yang seringkali tidak ada perlawanan, tidak ada kemampuan untuk membalas dan membela diri. Kondisi ini kerap membuat orang semakin tak berdaya dan hanya bisa pasrah dengan keadaan.

Seorang muslim dan mukmin yang mengalami hal demikian semestinya tak perlu merasa sedemikian susah karena Allah SWT telah menjanjikan keadilan atas setiap perilaku zalim yang dilakukan para hamba-Nya. Keimanan yang dimiliki semestinya mampu menguatkan hatinya untuk tetap tegar dengan harapan keadilan yang dijanjikan itu.

Perbuatan Zalim (dzholim) dan Jenisnya

Secara etimologi zalim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dzho lam mim” (ظ ل م ) yang bermaksud gelap. Sedangkan dalam dalam KBBI, kata zalim memiliki arti tidak adil; berbuat sewenang-wenang.

Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk di antaranya adalah syirik. Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.

Sifat zalim bisa menghinggapi siapa saja. Khususnya menghinggapi orang yang haus kekuasaan, fanatisme golongan, dan dendam kemiskinan. Euforia dan kesombongan terhadap jabatan dan kekuasaan yang diperolehnya, fanatik terhadap kelompok atau golongannya sendiri, dan keserakahan terhadap materi atau kekayaan yang belum dimilikinya. Tiga hal inilah yang seringkali melahirkan kezaliman dimana-mana.

Kezaliman juga memiliki makna menempatkan ‘sesuatu’ atau perkara pada tidak pada tempatnya. Tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan. Tidak memberikan sesuatu yang seharusnya diberikan. Tidak menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan. Yang menyebabkan kerugian bagi orang lain. Padahal semuanya itu sebuah kebenaran dan keadilan.

Rasulullah SAW bersabda : “Di antara bentuk kezaliman seseorang terhadap saudaranya adalah apabila ia menyebutkan keburukan yang ia ketahui dari saudaranya dan menyembunyikan kebaikan-kebaikannya.”

Kezaliman dibagi menjadi 2 kategori, menzalimi diri sendiri (dosa dan maksiat) dan orang lain (menyia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan). Kezaliman itu ada tiga macamnya di antaranya adalah:

1. Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, yaitu syirik.

2. Kezaliman yang dapat diampunkan Allah, perbuatan seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Allah.

3. Kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah, perbuatan hamba-hamba-Nya di antara sesama mereka, karena pasti ditun­tut pada Hari Akhir oleh mereka yang dizalimi.

Balasan Bagi Orang Yang Berbuat Zalim

Bagi seorang muslim dan mukmin semestinya tidak berlaku zalim kepada sesama makhluk Allah baik berupa tindakan ataupun ucapan, karena sekecil apa pun tindak kezaliman pasti akan terbalaskan.

Di dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 42 secara tegas Allah menyatakan: “Dan janganlah sekali-kali engkau menyangka Allah lalai dari apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berbuat zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari di mana pandangan-pandangan terbelalak.”

Dari ayat tersebut jelas dinyatakan bahwa Allah akan memberikan balasan kepada setiap pelaku kezaliman kelak di hari kiamat di mana setiap mata manusia akan terbelalak menyaksikan berbagai hal yang terjadi di hari kiamat.

Dalam hadits juga disebutkan bahwa orang yang berbuat zalim akan mendapatkan kegelapan di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda: “Jangan melakukan kezaliman (ketidakadilan), karena ketidakadilan adalah kegelapan di Hari Kiamat.” (HR. Muslim)

Demikian pembahasan tentang perbuatan zalim. Semoga kita dalam hidup berinteraksi dengan sesama manusia dijauhkan dari perbuatan zalim. Perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Baik Ketika di dunia pun juga kelak di akhirat.

Jika kita pernah melakukan kezaliman hendaknya meminta ampun kepada Allah SWT dan meminta maaf kepada orang yang kita zalimi. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham” (HR. Al-Bukhari).Wallahu a’lam.

Penulis : Masruhin Bagus (Menulis juga di jejakruang.com)

Referensi :

https://muhammadiyah.or.id/lima-akibat-berbuat-zalim-menurut-al-quran-dan-hadis/

https://islam.nu.or.id/ubudiyah/perbuatan-zalim-pasti-dapat-balasan-xg1o3

https://risalahmuslim.id/kamus/zalim/

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image