Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shela Amelia Akhap

Budaya Arak-arakan dari Pernikahan Beda Negara

Gaya Hidup | Sunday, 15 Jan 2023, 08:00 WIB

Pernikahan antara dua orang yang berbeda budaya dan bahkan etnis bukan hal baru dan sudah berlangsung sejak dahulu di Indonesia. Praktik pernikahan antaretnis yang berbeda kebudayaan inilah yang kemudian membuat dua kebudayaan berbaur dan bahan terjadi proses asimilasi (Saputro, 2018). Proses pernikahan semacam itu disebut dengan pernikahan antarbudaya yang terjadi antara dua orang yang berasal dari dua budaya yang berbeda (Furtado, 2015).

Kata budaya yang menyertai kata perkawinan pada kenyataannya berpengertian luas dan cair karena tidak hanya mencakup perbedaan budaya, tapi juga perbedaan agama, status sosial, negara, ras, etnis (Venus, 2013). Selain itu, karena adanya perbedaan nilai, kebiasaan, cara pandang, cara berhubungan dengan orang lain, dan strategi dalam bernegosiasi, maka pernikahan antarbudaya dapat menjadi sesuatu yang lebih kompleks jika tidak menemukan aturan yang disepakati bersama (Romano, 2008).

Salah satu contoh pernikahan antara dua orang yang berbeda budaya terdapat pada pasangan beda negara asal sidoarjo dan Australia ini yang memutuskan untuk menikah pada awal tahun 2022.

Pada tanggal 23 januari 2022, warga sidoarjo jawa tengah sempat dihebohkan dengan adanya video arak-arakan pernikahan dari pengantin beda Negara. Prosesi pernikahan beda negara itu disambut meriah oleh warga sekitar, pasangan suami istri dari negara yang berbeda itu ialah Zimi Akhmad (35) dan Alexandra Sarah Martin (36).

Zimi diketahui berasal dari Dusun Keling Desa Jumputrejo Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Sementara istrinya Alexandra berasal dari negara Australia. Dalam video tersebut tampak kedua mempelai diarak keliling kampung menggunakan kereta kencana dengan iriingan musik patrol.

Zimmi pertama kali mengenal Alexandra di Bali sekitar 7 tahun lalu. Kala itu Zimmi bekerja sebagai distributor alat olahraga air dan juga sebagai atlit sepeda BMX. Dari perkenalan pertama itu, Zimmi dan Alexandra berteman baik dan saling tukaran nomor handphone. Tidak hanya itu, keduanya juga kerap bertemu karena urusan kerjaan maupun di waktu santai.

Zimmi menjelaskan, pertemanannya itu kemudian berlanjut hingga beberapa tahun dan saling mengenal kepribadian satu sama lain. Hingga pada akhirnya mau dipersunting menjadi seorang istri. Menurut dia, butuh kesabaran dan waktu yang lama sehingga keduanya saling memahami. Berbeda kebudayaan, namun, Zimi bersyukur proses tersebut dapat ditempuh dengan kesabaran.

Akad nikah kedua pasangan lintas negara tersebut berjalan lancar dan ramai. Kedua mempelai diarak keliling kampung dengan naik kereta kencana dan diiringi musik patrol.

Pernikahan warga Sukodono dengan bule asal Australia tersebut cukup menghebohkan warga sekitar. Warga beramai-ramai menyaksikan arak-arakan pasangan bahagia tersebut dipinggir jalan dengan menaiki kereta kencana dan dikawal oleh tokoh pewayangan serta diiringi musik patrol.

Teori menurut Douglas dalam Ardianto (2007:136), makna interaksi simbolik itu berasal dari interaksi dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Dalam setiap proses komunikasi selalu melibatkan ekspektasi, presepsi, tindakan dan penafsiran (Mulyana,2003 :7). Maksud dari kalimat tersebut adalah ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, maka orang tersebut adalah ketika sesorang berkomunikasi dengan orang lain, maka orang tersebut dan pelaku komunikasi lainnya akan menafsirkan pesan yang diterima, baik berupa pesan verbal maupun nonverbal dengan standar penafsiran dari budaya sendiri dalam memaknai dan memberi tanda atau lambang yang akan dijadikan pesan. Hal itu berdasarkan penggunaan standar budaya yang dimiliki pelaku komunikasi.

Pernikahan beda budaya adalah suatu pernikahan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, di mana terdapat penyatuan pola pikir dan cara hidup yang berbeda, yang bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. problem yang umumnya dihadapi pasangan beda budaya mayoritas sama, yakni dikarenakan sebelum pasangan mengikat janji suci, keduanya belum terlalu mempelajari lebih dalam mengenai latar belakang masing-masing sehingga timbul gesekan karena ketidaktahuan tersebut. Sikap hati-hati dalam menghadapi budaya lain perlu untuk dilakukan, tetapi bukan berarti pikiran menjadi tidak terbuka untuk melihat kenyataan yang sesungguhnya pengalaman mengenai budaya lain.

Cara mengatasi masalah diatas setiap pasangan harus terlebih dahulu sepakat saling terbuka satu sama lainnya untuk menjalani pernikahan berbeda budaya atau berbeda suku. Keterbukaan ini dapat dijalankan jika komunikasi yang terbangun sangat kompeten dan intens. Tidak ada jalan lain untuk mengurangi perbedaan atau menjembatani perbedaan selain dengan melakukan komunikasi yang lebih dekat. Pasangan harus saling menyadari bahwa mereka berasal dari dasar budaya yang berbeda. Tetapi komitmen untuk menjalani hubungan lebih lanjut harus dipegang teguh demi keutuhan sebuah rumah tangga yang telah dibangun.

Dalam memilih jodoh atau pasangan tidak harus melihat latar belakang suku maupun budaya seseorang, melainkan melihat sifat dan sikap orang yang akan kita pilih untuk menjadi pendamping hidup kita, serta tidak beranggapan buruk terhadap orang yang berasal dari suku manapun budaya lain.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image