Kemuliaan Al Quran sebagai Kalamullah
Agama | 2023-01-13 14:44:49Tak beradab, sangatlah pantas disematkan bagi pelaku sawer qoriah. Sebagaimana ramai diberitakan terjadi aksi sawer terhadap qoriah saat sedang melantunkan ayat-ayat Al Qur’an di acara Maulid di Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang. Meski kejadian sawer ini telah lama terjadi, viralnya qori Hj. Nadia Hawasy disawer saat melantunkan firman Allah, bulan Oktober 2022 lalu menuai kemarahan umat Islam.
Al Qur’an adalah Kalamullah, yaitu kitab suci yang berisi firman Allah SWT Pencipta manusia dan alam semesta. Di dalamnya Allah turunkan seperangkat aturan yang memberikan keselamatan dan kebaikan untuk seluruh makhluk-Nya. Jalan penerang yang menuntun manusia dari kegelapan menuju cahaya. Begitu mulia dan beratnya firman Allah, hingga Rasulullah Muhammad SAW menggigil ketakutan saat ayat pertama diwahyukan pada beliau.
Al Qur’an telah membawa perubahan fundamental dari sebuah masyarakat jahil di Mekah menjadi masyarakat mulia di Madinah yang menjadi cikal bakal mercusuar dunia. Betapa firman Allah SWT adalah hukum terbaik yang menyelesaikan seluruh persoalan manusia. Diturunkan oleh manusia terbaik dan untuk umat terbaik yang mengimani Allah SWT.
Fakta sejarah telah jujur menunjukan bagaimana mulia dan tingginya peradaban Islam yang diatur dengan Al Qur’an dan As Sunnah mampu memberikan kebaikan untuk semua makhluk sepanjang 14 abad lebih. Mulai tahun perama hijiriyah di Madinah, 4 masa Khulafaur Rasyidin, berlanjut pada ke-Khilafahan Umayyah, Abbasiyah dan Utsmani. Umat Islam senantiasa dalam kesejahteraan dan kebaikan.
Sungguh, saat hari ini ada kasus disawernya seorang qariah yang sedang membaca Al Qur’an, itu adalah sebuah bentuk pelecehan dan desakralisasi terhadap Al Qur’an. Firman Allah SWT Sang pencipta manusia dan alam semesta, telah dinista melalui pelecehan pembacanya. Hal ini menunjukkan sudah hilangnya adab terhadap kitab suci yang seharusnya dijunjung tinggi. Kitab yang menyelamatkan manusia dari jurang kenistaan dan kehancuran. Kitab yang mengubah jalan hidup jahiliyah menuju kemuliaan.
Bagaimana mungkin hal tersebut terjadi di negeri mulim? Negeri yang didominasi umat Islam, bahkan pelakunya sendiri muslim, di acara hari besar keislaman. Miris dan sangat menyedihkan, namun ini menjadi satu keniscayaan dalam sistem sekuler yang menjauhkan agama dalam kehidupan. Dimana semua aktifitas manusia tidak lagi berdasar pada agamanya. Semua dilakukan hanya karena suka atau tidak suka, untung atau rugi, prestise atau tidak, yang menjadikan kebebasan perilaku serta keinginan nafsu lebih mendominasi. Astaghfirullah.
Seharusnya umat Islam menyadari kemuliaan dan keagungan ayat suci Al Qur’an. Memuliakannya dengan khidmat mendengarkan saat ayat dibacakan. Mengagungkannya dengan memahami dan mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana telah Allah sampaikan dalam QS. al-A’raf ayat 204
وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ “Jika dibacakan Alquran, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati.”
Syekh Wahbah Zuhaili berpendapat dalam kitab Tafsir al-Munir, bahwa ayat di atas memerintahkan agar siapa saja yang mendengarkan bacaan Alquran, memahami dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat tersebut.
Jalan untuk menuntun umat agar faham atas kemuliaan dan keagungan Al Qur’an adalah dengan mengembalikan kehidupan mereka berdasar pada kitabullah dan sunnah Rasul. Mencabut akar sekuler yang menjerat aktifitas mereka hanya dilandaskan pada HAM. Padahal nyata-nyata HAM telah menjerumuskan manusia pada banyak penyimpangan perilaku akibat adanya jaminan kebebasan dalam bertingkah laku. Sehingga lahirlah perilaku yang rusak dan merusak, perilaku yang hina dan menghina.
Maka, tak bisa dipungkiri adanya kebutuhan terhadap institusi pelindung yang akan menjaga kemuliaan Al Qur’an dan pembacanya, juga penerapannya secara kaffah dalam kehidupan. Dan hal ini hanya akan terwujud saat umat memiliki negara yang mampu memuliakan Al Qur’an. Sebagaimana negara pertama yang ditegakkan oleh baginda Rasulullah SAW di Madinah.
Wallahu’alam bishowwab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.