Akulturasi Budaya Jepang pada Cosplayer di Indonesia
Eduaksi | 2023-01-09 07:03:59Cosplay merupakan isitlah dalam bahasa Inggris yang berasal dari gabungan costume dan play. Dalam Wang (2010:19) istilah cosplay sendiri diperkenalkan di Negara Jepang pada tahun 1984 oleh Takahashi Nobuyuki ketika ia mengunjungi sebuah acara di daerah Los Angeles. Saat ini bagi fans barat dalam mengenakan kostum tidak hanya terhadap karakter fiksi dalam genre fantasi, melainkan juga mulai mengenakan dari karakter fiksi Jepang.
Terkadang perubahan pada tubuhpun dilakukan seperti melakukan diet dan hal lainnya yang dapat membuat diri sama persis dengan karakter fiksi yang di inginkan. Ada cosplayer wanita yang akan memerankan karakter pria, dimana mereka harus melilitkan sebuah kain atau sesuatu yang semacamnya guna menyembunyikan lekukan dibagian dada dan pinggul. Segala usaha akan dilakukan untuk mencapai kualitas dari karakter fiksi yang di inginkan
Akulturasi atau acculturation mempunyai arti sebagai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri (dalam Koentjaraningrat, 2002: 248).
Budaya cosplay ini sendiri pun telah menyebar diberbagai negara terutama Indonesia sendiri, ada beberapa faktor yang membuat berbagai macam budaya Jepang khususnya kegiatan cosplay masuk ke Indonesia, salah satunya minat anak remaja dalam mempelajari bahasa dari Negeri Sakura tersebut. Indonesia merupakan negara dengan jumlah pelajar terbanyak yang mempelajari bahasa Jepang. Dengan adanya statement tersebut, membuat pelajar Indonesia menjadi tahu akan berbagai budaya Jepang baik yang tradisional maupun modern.
Masyarakat Indonesia yang mengikuti kegiatan cosplay biasanya melakukan hal tersebut karena hobi dan untuk mengisi waktu luang. Sama seperti dua orang yang saya jumpai saat pergi ke sebuah event Jepang di daerah Senayan, salah seorang cosplayer berinisial At menyampaikan bahwa ia sudah menjadi cosplayer selama 3 tahun dan alasannya mengikuti event ini untuk mengisi waktu luang. Selanjutnya, cosplayer berinisial AI juga menyampaikan bahwa ia telah menjadi cosplayer selama 7 tahun, dan alasanya karena AI sangat menyukai hal-hal yang berbau Jepang, akhirnya ia juga membuka usaha tempat menyewa baju untuk para cosplayer lainnya. Jadi, tidak hanya ada budaya yang tercampur didalamnya, melainkan dapat juga membantu perekonomian para pecinta karakter fiksi tersebut.
Karena hal tersebut, membuat tercampurnya berbagai budaya dalam satu waktu dan satu kegiatan dan menimbulkan suatu hubungan timbal balik antar cosplayer tersebut. Dengan menyebarnya kebudayaan Jepang di Indonesia, membuat kita semua dapat mempelajari berbagai pola budaya Jepang untuk dijadikan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Jika, dilihat secara umum, akulturasi budaya Jepang yang terjadi pada para cosplayer lebih merujuk kepada nilai budaya dan bahasa Jepang yang selalu mereka aplikasikan di kehidupan sehari-hari.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.