Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Syafi'ie el-Bantanie

Ayah sebagai Burhan Tuhan

Eduaksi | 2021-12-14 14:06:38


Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Pendiri dan Pengasuh Ekselensia Tahfizh School)

Ketika Yusuf ‘Alaihissalam menghadapi godaan dari oknum istri pejabat Mesir, kita bertanya apa yang menjadikan Yusuf ‘Alaihissalam mampu melepaskan diri dari situasi terjepit itu? Kita bisa membayangkan, ketika itu Yusuf ‘Alaihissalam dijebak dalam sebuah kamar, semua pintu dan jendela sudah tertutup rapat, di hadapannya ada perempuan cantik nan jelita, mengajaknya berbuat maksiat.

Sebagai pemuda normal, tentu ujian ini sangatlah berat. Dadanya bergemuruh. Darah mudanya bergejolak. Kesempatan terbuka lebar. Tidak akan ada yang tahu jika Yusuf menuruti rayuan perempuan itu.

Ketika dalam situasi terdesak itu, rupanya burhan Tuhan-lah yang menyelamatkan Yusuf. Apa burhan Tuhan itu? Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, saat itu tiba-tiba muncul dalam benak dan pikiran Yusuf, gambar wajah ayahnya, Nabi Yaqub ‘Alaihissalam dengan ekspresi yang sangat kecewa sambil menggigit jemarinya.

Dalam gambar itu, terlihat dan terdengar jelas oleh Yusuf, ayahnya berkata tegas, “Yusuf, Yusuf, akankah kau lakukan perbuatan keji ini, sedang namamu akan tercatat dalam deretan para nabi yang mulia. Yusuf, Yusuf, ingatlah sesungguhnya kau bin Yaqub ‘Alaihissalam, bin Ishaq ‘Alaihissalam, bin Ibrahim khalilurrahman. Akankah kau menodai garis keturunanmu yang mulia ini.”

Tergambar jelas dan terdengar nyata dalam benak dan pikiran Yusuf. Yusuf terhenyak dan tersadar. Ia tidak mungkin tega menyakiti hati ayahnya dan menodai kemuliaan bapak moyangnya. Ia segera melarikan diri untuk menyelamatkan imannya.

Dari sini, kita bisa belajar betapa besarnya peran ayah dalam pendidikan anak-anaknya. Ketika suatu hari nanti, anak terdesak oleh godaan maksiat yang dahsyat, maka pada saat itulah anak bisa menghadirkan burhan Tuhan dalam hati dan pandangannya, yakni kesan yang kuat akan kesalehah ayahnya.

“Tidak sampai hati rasanya saya mengecewakan ayah yang demikian saleh dan baik,” demikian yang akan terekam dalam pikiran dan benak seorang anak. Sehingga, ia bisa mengambil sikap tegas menolak segala bentuk maksiat.

Masalahnya adalah ayah-ayah moderen sekarang seringkali tidak hadir dalam kehidupan anak-anaknya. Maka, bagaimana bisa anak-anak menghadirkan burhan itu karena tidak ada kesan kesalehan sama sekali dalam diri ayahnya? Ini berbahaya sekali. Maka, ayah hadirlah dalam kehidupan anak-anakmu karena Anda adalah burhan Tuhan di bumi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image