Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Efendi

Tradisi Nelayan Kecil Lamongan di Musim Barat

Info Terkini | 2023-01-05 12:30:39
Perahu nelayan kecil desa Paciran, Lamongan, Jawa Timur bersandar di Musim Barat

Nelayan kecil atau nelayan tradisional (peasant fisher) dalam perspektif teknologi adalah nelayan yang menggunakan armada dan alat tangkap masih sederhana. Armada yang digunakan berukuran kecil atau sedang dengan Anak Buah Kapal (ABK) maksimal tiga nelayan, bahkan terkadang melaut sendirian.

Dalam melakukan operasi penangkapan ikan nelayan melakukan secara manual dengan tenaga manusia. Kemampuan jelajah nelayan kecil masih terbatas di wilayah perairan pantai, walaupun mengahadapi sumber daya dan akses yang terbuka (open acces) tetapi lebih memilih resiko yang aman.

Para ahli membagi nelayan kecil beragam jenis dan klasifikasi nelayan berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Salah satu klasifikasi nelayan berdasarkan besaran kapal atau perahu yang digunakan untuk menangkap disebut dengan istilah nelayan mikro atau nelayan tradisional.

Menurut Undang-undang nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan, pasal 1 (satu) item 11 (sebelas) menyebutkan: “Nelayan kecil merupakan orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) grosston (GT)”.

Kondisi sumber daya yang beresiko tersebut menyebabkan nelayan memiliki karakter keras, tegas, mudah bergaul, supel dan terbuka. Di samping itu, problematika yang dihadapi nelayan sangat kompleks, seperti; masalah kemiskinan, perkampungan kumuh, pendidikan tertinggal, terpinggirkan, konsumerisme, dan stigma negatif lainnya.

Problem besar lain yang dihadapi nelayan kecil setiap tahun adalah Musim Barat atau Baratan, di musim ini ujian yang dihadapi lebih berat dengan durasi waktu cukup lama hingga tiga bulan. Musim Barat biasanya bersamaan dengan musim penghujan yang terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Februari.

Musim Barat ini termasuk musim yang tidak bersahabat bagi nelayan kecil, karena cuaca di lautan sangat ekstrem yang ditandai dengan angin sangat kencang dari arah barat, ombak besar bergulung-gulung, dan awan hitam pekat menghiasi langit yang disertai dengan curah hujan yang tinggi sepanjang hari.

Kondisi tersebut menjadi pemandangan sehari-hari bagi nelayan kecil selama dua sampai tiga bulan. Musim barat tahun ini lebih ekstrem, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Nelayan kecil memilih libur melaut karena berdampak pada keselamatan jiwanya.

Terjangan gelombang laut yang besar sampai ke bibir pantai mengakibatkan abrasi dan perahu karam, walaupun berada di sandaran (tambatan). Dampak lain yang dialami nelayan, terjadi banjir rob yang melanda perkampungan pesisir karena air laut pasang dan hujan setiap hati tanpa henti.

Lestarikan Budaya di Musim Barat

Kajian dampak Musim Barat terhadap nelayan sangat terasa terutama di bidang ekonomi dan lingkungan hidup. Namun demikian konsistensi nelayan kecil Lamongan dalam melestarikan tradisi dan solidaritas kelompok masih terjaga dengan baik sampai sekarang di perkampungan pesisir.

Pada Musim Barat nelayan kecil libur total melaut, tetapi mereka tetap beraktivitas seperti biasa. Misalnya bersama-sama menjaga perahu di tambatan yang diguyur hujan dan ombak agar tidak karam, memperbaiki perharu di saat air laut surut, memperbaiki alat tangkap, dan aktivitas lainnya.

Sebelum tahun 2000-an tradisi nelayan kecil menjahit alat tangkap jaring (gillnet) dengan beragam jenis dan spesifikasi. Tradisi menjahit jaring sudah tidak dijumpai lagi di pesisir pantura Lamongan pasca tahun 2000-an, karena nelayan tradisional sekarang mengandalkan peralatan wuwu atau bubu untuk menangkap rajungan.

Ketika laut surut di pagi sampai siang hari, sebagian nelayan kecil untuk mencari sejenis siput laut (kerang, tiram, kepompong laut) dan menjala ikan pinggiran pantai. Hasil tangkapannya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau terkadang dijual ke pasar jika hasil tangkapannya lebih dari cukup.

Tradisi positif yang terbangun dengan baik dan rasa solidaritas yang kuat terpatri dalam jiwa nelayan kecil menjadi kebiasan setiap Musim Barat. Saling tolong-menolong, gotong-royong, dan membantu sesama merupakan budaya yang tetap dipertahankan dan dilestarikan nelayan kecil sampai sekarang.

Musim Barat dengan intensitas hujan yang tinggi sepanjang hari, biasanya nelayan kecil duduk berkelompok ngobrol dengan riang di gubuk-gubuk (camp) sepanjang pesisir pantai. Sambil memandang gelombang laut yang bergulung-gulung dan seraya berdo’a semoga Musim Barat segera reda. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image