Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Thufaila Dea Fadhila

Kenalan dengan Gaslighting Yuk!

Eduaksi | 2021-12-14 13:25:52

“Iya aku minta maaf, tapi aku seperti begini tuh karena kamu”

Teman-teman pernah dengar kalimat seperti di atas tidak? Atau jangan-jangan kalian nih yang suka mengatakan kalimat di atas? Kalimat di atas termasuk dalam contoh gaslighting loh teman-teman!

design by canva

Kalian tahu film Gaslight yang di rilis pada tahun 1944? Film ini menceritakan tentang Paula (Ingrid Bergman) dan suaminya Gregory (Charles Boyer), di film ini mengisahkan Gregory yang mengisolasi Paula dan membuatnya percaya bahwa ia memiliki gangguan mental. Istilah Gaslighting ini muncul sejak adanya film tersebut. Nah, diartikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai gaslighting. Disimak yuk!

Jadi, apa itu gaslighting?

Menurut Afiyah (2021), gaslighting adalah bentuk penyiksaan secara psikologis yang terjadi dalam hubungan interpersonal, pelaku melemahkan rasa percaya diri korban dengan membuat korban menjadi mempertanyakan ingatan, sudut pandang, dan pola pikir korban.

Maksudnya bagaimana sih? Oke, jadi begini tindakan gaslighting itu merupakan suatu perlakuan yang memanipulasi seseorang secara psikologis dengan membuat sang korban menanyakan kewarasan akan dirinya sendiri. Lebih mudahnya, gaslighting ini seperti tindakan memanipulasi korban secara perasaan dan emosionalnya. Pelaku dari gaslighting atau yang biasa disebut dengan gasligher ini biasanya akan membuat sang korban merasa bersalah padahal sebenarnya yang salah adalah sang pelaku.

Lalu ciri-ciri dari orang yang gaslighting itu bagaimana ya? Yuk, kita bahas!

Ciri-Ciri Gaslighting

Saya membaca buku yang berjudul The verbally abusive relationship: How to recognize it and how to respond yang ditulis oleh Patricia Evans (2010). Menurutnya ada tujuh ciri-ciri dari seorang gasligher nih teman-teman. Apa saja ya ciri-cirinya? yuk, disimak!

1. Sering berbohong

2. Suka memutar balikkan fakta

3. Memberikan informasi yang tidak lengkap kepada sang korban

4. Melakukan pelecehan secara verbal, biasanya dalam bentuk lelucon yang kasar

5. Menghalangi dan mengalihkan perhatian korban dari sumber luar

6. Meremehkan atau merendahkan korban

7. Menjatuhkan korban dengan cara melemahkan korban secara bertahap sehingga mengenai proses berpikir dari sang korban.

Dari ketujuh ciri-ciri gaslighter ini bisa kita simpulkan kalau pelaku gaslighting ini selalu mementingkan dirinya sendiri tanpa melihat perasaan dari sang korban. Pelaku dari gaslighting ini juga lebih sering menyerang orang yang menurutnya lebih lemah darinya. Sudah pasti perlakuan ini mendatangkan dampak bagi korbannya, yang akan saya bahas pada subbab berikut ini.

Sulit Percaya kepada Diri Sendiri

design by canva

Judul dari subbab merupakan salah satu dampak yang terjadi bagi korban gaslighting nih temen-temen, susah untuk percaya kepada diri sendiri. Apakah ada dampak lain dari gaslighting ini? Tentu saja ada, dampak lainnya bagi sang korban yaitu sering menyalahkan diri sendiri, merasa bahwa dirinya tidak pernah benar, selalu meminta maaf kepada orang sekitar meskipun ia tidak melakukan kesalahan, dan sering merasa kalau dirinya terlalu sensitif akan suatu hal. Bahkan Abramson (2014) menyatakan jika dampak pada tahap akhir dari gaslighting ini dapat menyebabkan depresi secara klinis yang sangat parah dan juga berat.

Kalau teman-teman sering merasakan hal-hal seperti yang saya sebutkan di atas, boleh jadi teman-teman terkena dampak dari gaslighting ini. Terus bagaimana cara agar kita bisa menghadapi gaslighting ini?

Cara Menghadapi Gaslighting

Dalam jurnal yang saya baca, jurnal ini ditulis oleh Beauchamp (2020). Pada jurnal ini menjelaskan bahwa menurut Jeremy Bergen (2019) ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan oleh korban ketika menghadapai gaslighting. Yuk, kita bahas!

1. Meminta bantuan seseorang dari luar hubungan

Dikarenakan pelaku dari gaslighting ini akan selalu memanipulasi sang korban dengan memutarbalikkan fakta, maka meminta bantuan dari orang lain bisa menjadi solusi yang baik. Peran dari orang lain ini akan membantu sang korban dengan membantu memberi penilaian dan juga memberitahu kejanggalan yang ada antara korban dan pelaku.

2. Perlahan melangkah ke proses pemulihan

Dalam proses pemulihan ini, sang korban maupun pelaku membutuhkan peran dari psikolog ataupun dari terapis untuk membantu memberikan masukan dan juga cara menghadapi situasi yang sedang ia alami. Jadi kalau teman-teman merasa butuh akan bantuan dari para ahli, jangan ragu untuk mencari psikolog ataupun terapis ya!

3. Fokus kepada diri sendiri

Kalian tahu tidak, dampak utama dari gaslighting ini adalah korban kehilangan jati dirinya. Nah, dengan cara sang korban memfokuskan pikirannya kepada dirinya sendiri, diharapkan sang korban dapat memulihkan emosionalnya dan dapat membuka diri akan suatu hal yang baru. Coba deh, teman-teman semua bisa melakukan teknik self talk, selain untuk mengenal diri lebih dalam, menurut saya self talk juga bisa menjadi suatu metode untuk fokus pada diri sendiri loh!

4. Percaya pada diri sendiri

Dengan mempercayai diri sendiri, kita tidak lagi harus mempertanyakan kebenaran akan diri kita. Kalau kita sudah percaya sama diri kita, tidak lagi tuh yang namanya kita harus meragukan perasaan dan pikiran dari diri kita.

Ada satu hal yang menurut saya tidak kalah penting nih untuk menghadapi gaslighting ini, yaitu mengoreksi diri. Seperti mempertanyakan “Saya salah di mana ya?” atau “Apakah saya salah di sini?” kepada diri sendiri. Dengan melakukan koreksi diri ini dan juga memikirkan di mana letak kesalahan kita dalam suatu kejadian akan meminimalisir perasaan meragukan diri kita sendiri. Bukan berarti kita mencari pembenaran dalam diri. Akan tetapi, bila kita memang sudah melakukan hal yang benar, maka jangan takut untuk speak up.

Nah, seperti yang sudah kalian baca sebelumnya, ternyata perilaku dari gaslighting ini sangat berdampak nih kepada kondisi psikis sang korban. Kita juga sudah membahas tentang pengertian, ciri-ciri, dampak, dan juga cara menghadapi gaslighting. Saya punya saran nih supaya kita tidak menjadi pelaku dari gaslighting ini, yaitu meminta maaf dengan tulus. Akui saja jika memang kita melakukan kesalahan dan minta maaflah dengan tulus tanpa embel-embel lainnya. Karena tidak ada salahnya untuk mengakui kesalahan dan tidak ada salahnya untuk meminta maaf.

Referensi:

Abramson, K. (2014). Turning Up The Lights on Gaslighting: Philosophical Perspectives. Philosophical Perspectives, 28(1), 1-30.

Afiyah, A. A. (2021). Penilaian masyarakat mengenai kenormlan berita-berita kekerasan seksual di media sosial twitter (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang).

Beauchamp, M. (2020). What Is Gaslighting in Relationships? An Expert Explains. Interview with Jeremy Bergen, MS, LCPC.

Davis, A. M., & Ernst, R. (2019). Racial gaslighting. Politics, Groups, and Identities, 7(4), 761-774.

Dinda Rizky, N. (2020). Perancangan Kampanye Pencegahan Kekerasan Psikis Gaslighting Pada Perempuan Dalam Pernikahan (Doctoral dissertation, Universitas Multimedia Nusantara).

Evans, P. (2010). The verbally abusive relationship: How to recognize it and how to respond. Simon and Schuster.

Sulistio, R. A. (2020). Perancangan Informasi Gaslighting Dan Pengaruhnya Dalam Relasi Orangtua Dan Anak Melalui Media Buku Ilustrasi (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).

Sweet, P. L. (2019). The sociology of gaslighting. American Sociological Review, 84(5), 851-875.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image