Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Totok Siswantara

Sihir Sepak Bola dan Erick Way

Olahraga | Wednesday, 04 Jan 2023, 13:37 WIB

Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu menjadi titik nadir bagi kepengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Keniscayaan menggelar kongres luar biasa (KLB) pada Februari 2023. Diharapkan KLB bisa menebus dosa dan berpacu menuju harapan segenap bangsa. Hal itu terjadi jika ada pergantian Ketua Umum PSSI beserta jajaran pengurus lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Pasca Kanjuruhan beberapa sosok telah digadang-gadang menjadi Ketum PSSI yang baru, menggantikan sosok yang tangannya telah berlumuran darah Kanjuruhan. Salah satu sosok yang digadang-gadang oleh publik adalah Erick Thohir. Sosok yang sudah berpengalaman terhadap berbagai aspek sepak bola. Sosok yang sudah memiliki jam terbang yang sangat tinggi sebagai pengelola klub besar dan industri sepak bola kelas dunia.

Semua kalangan mengatakan bahwa Erick sosok yang sempurna untuk mengeleola dan membina sepak bola di Tanah Air.Pun begitu, tak ada gading yang tak retak, Erick masih punya kekuranagan, masih perlu berpikir keras bagaimana menumbuhkan budaya sportivitas dikalangan penonton sepak bola. Erick Way, yang merupakan cara jitu untuk membenahi sepak bola di negeri ini sangat dinantikan publik.

Erick Thohir bersama Presiden FIFA ( Foto Republika )

Erick Way yang juga sebagai platform olahraga diharapkan menjadi penawar racun kebebalan kolektif terkait dengan sepak bola nasional. Sepak bola adalah sihir sosial yang luar biasa hingga saat ini. Sihir itu sangat memesona sehingga bisa menjadi industri yang sangat menjanjikan. Dilain sisi sihir itu juga bisa mendatangkan malapetaka amat memilukan.

PSSI membutuhkan kepemimpinan baru bukan sekedar manajemen, tetapi harus benar-benar punya jiwa kepemimpinan yang kuat dan visioner. Memiliki konsep dan jalan organiasi yang luar biasa. Yang berstandar global dan relevan dengan transformasi sosial, teknologi dan industri.

Lobi-lobi Erick menggalang dukungan merebut kursi Ketum PSSI mulai digodok setelah tragedi Kanjuruhan. Ia juga intens berkomunikasi dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino. Publik pun berpendapat bahwa Erick telah mencegah FIFA menjatuhkan sanksi akibat tragedi yang menelan korban jiwa lebih dari 135 orang itu.

Para pengurus PSSI saat ini tidak berdaya melihat gerakan para pendukung Erick. Persebaya dan Persis Solo adalah motor yang berani mengambil sikap mengirim surat dan meminta kongres luar biasa. Ironis jika KLB PSSI masih menyertakan ketua lama.

Publik menuntut agar petaka gas air mata yang menimpa penonton sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur diusut tuntas. Nyawa penonton sepak bola jangan dianggap murah. Harus ada pihak yang bertanggung jawab dan mendapatkan hukuman berat karena menyebabkan ratusan orang meninggal dunia dan luka-luka.

Tidak bisa dimungkiri bahwa pembangunan infrastruktur olahraga khususnya stadion sepak bola bisa menjadi faktor pendorong ekonomi dan kemajuan bangsa. Sayangnya, pembangunan infrastruktur olahraga di negeri ini justru telah menjadi ajang korupsi.

Sisi lain yang menyedihkan terkait dengan infrastruktur olahraga adalah mengenai utilitas dan biaya operasional stadion yang mengalami salah urus. Banyak Infrastruktur olahraga yang pada awalnya terlihat megah akhirnya menjadi sepi karena manajemen kompetisi cabang olahraga yang kurang baik.

Sepak bola adalah sihir sosial yang berdampak luar biasa. Sepak bola menjadi cermin sosial dan barometer tingkah laku masyarakat. Sampai-sampai pemikir sosial Antonio Gramsci menyatakan bahwa sepak bola merupakan model masyarakat yang sangat membutuhkan infrastruktur stadion, platform bisnis, pembiayaan klub, penegakan hukum fair play dan budaya sportivitas suporter.

Perlu usaha semua pihak untuk menumbuhkan budaya sportivitas dan kreativitas para suporter sepak bola. Serta perlu profesionalitas aparat keamanan dalam menangani keamanan penonton sepak bola. Perlu mentransformasikan atraksi suporter sepakbola menjadi hiburan kolosal yang menarik dan penuh tawa.

Transformasi itu bisa berlangsung secara baik jika PSSI dan aparat keamanan mampu menstimulasi kerumunan suporter tak ubahnya seperti panggung teater yang mampu menyajikan paduan suara, koreografi hingga panggung humor kolosal. Penggunaan humor atau komedi dalam pertandingan sepak bola bisa meredam emosi sekaligus pembangkit sikap sportivitas.

Transformasi membutuhkan teknologi yang bisa menyempurnakan tingkat kepuasan penonton dalam stadion. Bahkan, stadion olimpiade di beberapa negara maju telah dirancang dengan teknologi yang memungkinkan penonton melakukan wisata virtual tiga dimensi di beberapa sisi stadion dengan teknologi Virtools.

Pembangunan infrastruktur olahraga banyak yang teraleniasi atau jauh dari masyarakat sehingga kehilangan peran sosial dan ekonomi kerakyatan. Langkah pemerintah daerah dalam membangun infrastruktur olahraga kebanyakan kurang terencana dengan baik. Dari segi pembiayaan maupun teknisnya. Pengelolaan stadion sepak bola masih belum optimal bahkan ada sisi hitam yang harus segera dibenahi.

Perlu skema pembiayaan infrastruktur olahraga, khususnya stadion sepak bola yang lebih efektif dan menguntungkan. Baik dalam bentuk kerjasama dengan pihak swasta dengan skema joint ventures maupun build operate and transfer (BOT) agreement. Kekurangan yang ada pada pembiayaan proyek infrastruktur olahraga di negeri ini adalah minimnya sumber pembiayaan awal yang berasal dari pihak swasta. Selama ini pihak swasta juga kurang terlibat dalam manajemen operasional. Padahal dengan melibatkan pihak swasta bisa memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika birokrasi pemerintah yang mengelola.

Terpuruknya prestasi sepak bola nasional dan beberapa cabor olahraga lainnya merupakan indikasi bahwa etos kerja dan kualitas SDM bangsa ini juga belum baik. Idealnya olahraga juga berfungsi untuk merevolusi mental bangsa yang bisa membuahkan daya saing dan budaya unggul. Untuk itulah perlunya langkah debirokratisasi olahraga di Indonesia agar tidak mengalami kelangkaan prestasi terus menerus. Debirokratisasi pada prinsipnya membebaskan atlet cabang olahraga dari belitan birokrasi dan intrik politik praktis dan selanjutnya mengembangkan profesionalitas atlet dan pengurus cabang olahraga sesuai dengan tren global.

Betapa pentingnya figur dan reputasi seorang Ketua Umum PSSI yang baru. Sangat relevan pendapat pakar manajemen modern Peter Drucker yang mendefinisikan bahwa sebuah organisasi pada saat ini lebih membutuhkan leader ketimbang manager.

Lebih lanjut ia berpendapat bahwa Leaders finds the right things to. Sedangkan manager adalah mereka yang try to do things right. Korelasinya terhadap PSSI selama ini lebih banyak memiliki pengurus yang bertipe manager tetapi tidak memiliki leader yang mampu memusatkan perhatian pada aspek efektivitas. Utamanya efektivitas kompetisi dan pembinaan. Jelaslah sudah, yang lebih dibutuhkan oleh PSSI baru adalah leader atau pemimpin yang memiliki visi yang kuat dan tangguh. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image