Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tiara Nurul

Kepemimpinan Perempuan

Pendidikan dan Literasi | Tuesday, 03 Jan 2023, 21:14 WIB
Sumber = Google

Dalam berkehidupan didalam masyarakat bisa kita liaht bahwa perempuan hanya dilibatkan sebagai konsumen pembangunan tidak dilibatkan dalam proses pembangunannya. Dalam banyaknya kegiatan publik pasti di dominasi oleh kaum laki-laki sedangkan perempuan sering di identikan dengan kegiatan domestik seperti mengurus pekerjaan rumah, mengurus anak, memasak dan lain sebagainya sehingga membuat potensi yang dimiliki terbuang sia-sia. Di dalam pandangan tradisional, perempuan dinilai dengan sosok yang lemah, halus, dan emosional. Sedangkan laki-laki dinilai dengan sosok yang gagah, berani, dan rasional. Pandangan tersebut yang menimbulkan penilaian bahwa perempuan adalah makhluk yang harus dilindungi dan selalu bergantung kepada laki-laki. Karena hal tersebut, perempuan jarang sekali bisa ditampilkan sebagai pemimpin, karena mereka sudah tersisihkan oleh dominasi para kaum laki-laki. Ketika membicarakan tentang kepemimpinan perempuan, pastik tidak terlepas dari adanya pembahasan tentang gender. Gender adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dengan perempuan yang diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang.

a. Pengertian Kepemimpinan

Ada banyak pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli menurut pada sudut pandang masing-masing. Menurut Tead Terry Hoyt kepemimpinan adalah kegiatan atau senin yang mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan oleh suatu kelompok (Kartono, 2003). Menurut Young kepemimpinan ada bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat suatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus (Kartono, 2003). Moejiono memiliki pandangan bahwa kepemimpinan sebenarnya sevagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan bawahannya (Moejiono, 2002). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, kepemimpinan itu merupakan kemampuan untuk mempengaruhi, kemampuan mengarahkan tingkah laku, dan memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan untuk mencapai satu tujuan organisasi atau kelompok.

b. Kepemimpinan Perempuan

Kepemimpinan yang terlintas di masyarakat pasti identik dengan pemimpin laki-laki, padahal jika ditelaah perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin dengan memiliki jiwa kepemimpinan, yang tidak kalah dengan keahlian yang dimiliki seorang laki-laki. Tetapi jika dilihat dari adanya perkembangan zaman yang moder ini, sudah dapat dibuktikan bahwa pekerjaan yang tadinya hanya dikuasai oleh laki-laki, perempuan juga dapat melakukannya. Dan semakin berjalannya waktu wanita juga dapat menduduki kedudukan sebagai pemimpin, baik itu presiden, direktur perusahaan, pemimpin organisasi, atau pemimpin lainnya. Di Indonesia ada seorang sosok pahlawan yang sudah memperjuangkan hak-hak perempuan yaitu R. A. Kartini. Dari adanya perjuangan R. A. Kartini dapat dirasakan dengan adanya pergerakan emansipasi wanita sehingga keberadaan perempuan kini mulai dihargai dan di setarakan. Peran sebagai perempuan tidak dapat digantikan oleh kaum laki-laki, perempuan memiliki ekstra posisi yang tidak dapat digantikan. Perempuan dapat melakukan banyak hal di dalam satu waktu (multi tasking) dengan konsentrasi yang sama. Dan ini tidak ditemukan di diri kaum laki-laki.

Dengan terwujudnya peran wanita yang mendapat kesempatan untuk memegang peran sebagai pemimpin membawa dampak yang mengarah lebih baik, bahwa permasalahan kesetaraan gender nantinya akan ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara kaum perempuan dan laki-laki. Dengan demikian antara perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama dalam mencapai peran kepemimpinan. kini perempuan dapat memberikan suara dalam berpartisipasi dan kontrol di proses pembangunan negara yang lebih baik lagi. hal ini adalah sebuah kebijakan dalam memperoleh manfaat kesetaraan serta adil dari pembangunan. Kini saatnya para wanita maju dan mendapatkan peran penting dalam kepemimpinan.

c. Kendala-Kendala Kepemimpinan Perempuan

Perempuan sebagai pemimpin tidak jarang menghadapi banyak hambatan. Seperti yang dijelaskan Tan (1991, h. 16) beberapa hambatan perempuan yang muncul dari kepemimpinan perempuan sebagai berikut :

1. Hambatan fisik. Perempuan yang dibebani dengan tugas kontrak seperti mengandung, melahirkan, dan menyusui. Kewajiban tersebut menyebabkan mengurangi kebebasan mereka untuk terus akif dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya menjadi seorang pemimpin.

2. Hambatan teologis. Perempua dipandang bahwa mereka diciptakan untuk laki-laki, dalam mendapinginya, menghiburnya, dan mengurus keperluannya. Secara psikologis menjadi salah satu faktor penghambat perempuan untuk mengambil peran yang berarti.

3. Hambatan sosial budaya. Pandangan ini melihat perempuan sebagai makhluk yang pasif, lemah, perasa, tergantung, dan menerima keadaan. Sebaliknya, laki-laki dinilai sebagai makhluk yang aktif, kuat, cerdas, mandiri, dan sebagainya. Pandangan ini yang membuat lelaki secara sosio-kultural memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.

4. Hambatan sikap pandang. Perempuan dinilai sebagai makhluk rumah, lalu laki-laki dipandang sebagai makhluk luar rumah. Pandangan ini menjadikan perempuan merasa risih keluar rumah dan menilai bahwa pekerjaan rumah hanya digeluti oleh kaum perempuan tidak untuk laki-laki.

5. Hambatan historis. Kurangnya nama perempuan di dalam sejarah masa lalu bisa digunakan untuk membenarkan ketidakmampuan perempuan untuk bertugas sebagai lelaki.

Lima hambatan tersebut menyebabkan potensi kepemimpinan perempuan menjadi tidak mendapatkan tempat yang layak didalam kehidupan, tetapi dengan adanya informasi dan komunikasi yang diterima oleh perempuan menyebabkan kesempatan untuk mengembangkan diri dan kepemimpinannya menjadi terbuka lebar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image