Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nanda Dwi Aprilia

Kepemimpinan Perempuan ? kenapa tidak

Politik | 2022-12-29 10:30:58

Saat ini wanita bukan lagi orang terbelakang yang tertahan oleh stereotip lama. Misalnya dulu perempuan identik dengan dua hal, yaitu:Dapur dan kasur. Tahun demi tahun, kesenjangan peran perempuan dan laki-laki perlahan menghilang. Mendobrak kesenjangan gender didukung oleh United Nations Association for Equality and the Empowerment of Women atau biasa dikenal dengan UN Women. Peringatan Hari Perempuan Internasional mengungkap kesenjangan gender yang masih berlangsung hingga saat ini. Banyak perempuan yang menjadi garda terdepan dalam menanggulangi pandemi, misalnya dengan menjadi tenaga kesehatan atau ilmuwan. UN Women menyoroti fakta bahwa pekerja perempuan di seluruh dunia berpenghasilan 11 persen lebih rendah daripada laki-laki. Hal tersebut cukup menyedihkan mengingat jam kerja dan beban kerja perempuan yang sebenarnya tidak berbeda dengan laki-laki.

Sehubungan dengan isu gender dan kepemimpinan Robbins (1998), mengemukakan dua kesimpulan: Pertama, menyamakan antara laki-laki dan perempuan cenderung mengabaikan perbedaan diantara keduanya. Kedua, bahwa apa yang menjadi perbedaan antara perempuan dan laki-laki adalah bahwa perempuan memiliki gaya kepemimpinan yang lebih democratic, sedangkan laki-laki merasa lebih nyaman dengan gaya yang bersifat directive (menekankan pada cara-cara yang bersifat perintah). t perbedaan-perbedaan inheren antara laki-laki dan perempuan dalam hal gaya kepemimpinannya. Perempuan cenderung mengadopsi gaya kepemimpinan yang lebih demokratik. Laki-laki menggunakan gaya yang mendasarkan pada kontrol dan perintah. Mereka lebih mendasarkan pada jabatan otoritas formal sebagai dasar baginya untuk melakukan pengaruhnya (Sudarmo, 2008). Ketidaksetaraan gender terhadap perempuan bersumber dari stereotipe gender bahwa perempuan seringkali tidak semampu atau mampu seperti laki-laki. Selain itu, perempuan yang berperan sebagai ibu bekerja dan mengurus rumah tangga dianggap tidak strategis karena dianggap terlalu rentan posisinya di perusahaan. Tentu saja, karena perempuan diharapkan bisa membagi waktunya antara menjadi ibu dan bekerja, maka lingkungan kerja juga harus mendukung terciptanya lingkungan yang ramah perempuan.

Terwujudnya peran wanita dalam berkesempatan memegang peranan sebagai kepemimpinan membawa dampak yang mengarah lebih baik bahwa permasalahan akan kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian, antara perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama dalam mencapai sebuah peran kepemimpinan. Kini perempuan mampu memberikan suara dalam berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan negara yang lebih baik. Tentu hal ini adalah sebuah kebijakan dalam memperoleh manfaat kesetaraan serta adil dari pembangunan.

Kini saatnya para wanita maju dan memiliki peran penting dalam kepemimpinan. Akan tetapi wanita sebagai pemimpin tidak jarang menghadapi banyak hambatan yang berasal dari sikap budaya masyarakat yang keberatan, mengingat bahwa laki-laki berfungsi sebagai pelindung dan kepala keluarga.Begitu pula hambatan fisik wanita yang dianggap tidak mampu melaksanakan tugas-tugas berat yaitu :

1. Hambatan Fisik. Perempuan, katanya, dibebani tugas “kontrak” untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui.

2. Hambatan Teologis. Untuk waktu yang lama, perempuan dipandang sebagai mahluk yang dicipta untuk lelaki.

3. Hambatan Sosial Budaya. Terutama dalam bentuk stereotipikal. Pandangan ini melihat perempuan sebagai mahluk yang pasif, lemah, perasa, tergantung, dan menerima keadaan. Sebaliknya, lelaki dinilai sebagai mahluk yang aktif, kuat, cerdas, mandiri, dan sebagainya

4. Hambatan Sikap Pandang. Hambatan ini antara lain bisa dimunculkan oleh pandangan dikotomistis antara tugas perempuan dan lelaki.

5. Hambatan Historis. Kurangnya nama perempuan dalam sejarah di masa lalu bisa dipakai membenarkan ketidakmampuan perempuan untuk berkiprah seperti halnya lelaki. Lima hambatan tersebut menyebabkan potensi kepemimpinan wanita menjadi tidak mendapat tempat yang layak di dalam kehidupan, tetapi dengan adanya arus informasi dan komunikasi yang masuk dan diterima oleh kaum wanita menyebabkan kesempatan untuk mengembangkan diri dan kepemimpinannya menjadi terbuka lebar.

Untuk dapat menjadi seorang pemimpin bagi wanita, tidaklah mudah terutama sekali adalah kemampuan yang ada dalam dirinya yang ditunjang oleh latar belakang Pendidikan yang sesuai dengan bidang yang akan dipegangnya, sehingga untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil terdapat beberapa nilai dasar kepemimpinan, menurut Tan,( 1991, h.71 - 72) sebagai berikut :

a) Intelegensi yang relatif lebih tinggi daripada yang dipimpin

b) Berfikir positif

c) Kedewasaan sosial dan cakupan jangkauan yang luas

d) Menjadi panutan yang baik

e) Menjadi pendengar yang baik

f) Keterbukaan dalam berkomunikasi

g) Tidak mudah menyerah

Dengan demikian, bahwa kepemimpinan perempuan berfungsi sebagai mitra dari kepemimpinan laki-laki, dan perempuan memiliki porsi yang jelas keikutsertaannya dalam pembangunan bangsa dan negara. Lambat laun kedudukan dan kepemimpinan perempuan secara nyata akan sama dengan kamu laki-laki, sehingga tidak ada lagi pemisahan gender dalam berusaha dan mengabdikan diri untuk pembangunan yang sesuai dengan cita-cita nasional.

Lebih lanjut, kaum perempuan diajak untuk memaknai ulang kepemimpinannya, menetapkan arah definitif yang sebenarnya diinginkan bagi dirinya sendiri, tanpa terpengaruh oleh stigma masyarakat maupun tuntutan keluarga yang memiliki pandangan konservatif. Karena seyogyanya siapapun dapat menjadi pemimpin, baik pemimpin diri sendiri dan keluarga, selama dilakukan dengan langkah yang nyata. Langkah nyata tersebut perlu didukung dengan growth mindset dikombinasikan dengan usaha sebaik-baiknya yang makin dipermudah di era digitalisasi ini. Kini dengan dukungan digital, perempuan berkesempatan lebih untuk berkarya dan didorong untuk memulai usaha sembari menjalankan peran dalam rumah tangga.

"Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang."

R.A. Kartini

Refensi : https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_249522.aspx

https://kulonprogo.kemenag.go.id/index.php/2022/10/bolehkah-perempuan-menjadi-pemimpin-dalam-islam/

http://digilib.uinsby.ac.id/19664/36/Bab%202.pdf

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image