Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shobihatunnisa Akmalia

Hijab Lebih dari Sekadar Perintah Agama

Eduaksi | Monday, 02 Jan 2023, 11:32 WIB
ilustrasi hijab (pexels.com/adam sabljakovic)

Bulan Agustus–September lalu publik dibuat kesal dengan kelakuan Zavilda. Ia memiliki sebuah YouTube channel, ZavildaTV, yang berisi mengenai eksperimen sosial seseorang untuk menggunakan hijab tetapi dengan cara yang salah dan terkesan memaksa. Melansir bincangmuslimah.com, video bermula ketika seorang perempuan sedang duduk di bangu yang berada di kawasan Malioboro, Yogyakarta. Kemudian, perempuan tersebut dihampiri oleh Zavilda dan meminta untuk perempuan tersebut berhijab. Beberapa kali perempuan tersebut menolak tetapi Zavilda terus memaksa dan menceramahi bahwa perempuan itu harus berhijab dan lain-lain. Bahkan, di salah satu videonya ada seseorang yang bukan beragama Islam tetapi diminta oleh Zavilda untuk menggunakan hijab dengan dalih toleransi agama.

Di belahan dunia lain, pada bulan Oktober lalu, sempat ramai perihal Pengadilan Tinggi Eropa mengeluarkan keputusan mengenai aturan penggunaan hijab di tempat kerja. Melansir republika.co.id, perusahaan-perusahaan di Uni Eropa melarang karyawannya untuk tidak menggunakan hijab. Melansir dari Al Arabiya, seorang wanita muslim diberitahu untuk tidak menggunakan hijab ketika dia melamar untuk mengikuti pelatihan kerja selama enam minggu di sebuah perusahaan Belgia. Perusahaan tersebut mengatakan bahwa itu aturan yang netralitas, karena selain hija, tidak boleh digunakan penutup kepala lainnya seperti topi, beanie, atau syal.

Sebenarnya, mengapa hijab begitu dipermasalahkan? Baik di negara yang mayoritas muslim maupun di negara yang muslim merupakan kelompok minoritas, hijab masih menjadi permasalahan. Mungkin, lebih tepatnya, hijab sebagai pakaian pada perempuan. Hijab yang seharusnya menjadi suatu pakaian yang tidak menyakiti siapa pun berubah menjadi sumber perpecahan dan permasalahan. Hijab yang salah atau orang-orang yang memakainya? Atau persepsi orang tentang hijab?

Sentimen Hijab, Hijab vs Dunia

Hijab seakan-akan berubah menjadi suatu sumber masalah yang pelik. Di Indonesia, lagi-lagi hijab pernah menjadi persoalan serius. Pasalnya, ada dugaan bahwa beberapa sekolah negeri di Jakarta mewajibkan siswinya menggunakan hijab. Melansir kompas.com, Anggota DPRD DKI Jakarta, Ima Mahdiah, mengatakan ada dua sekolah negeri di Jakarta Barat yang diduga memaksa siswi untuk berhijab. Kenapa dipaksakan? Label “sekolah negeri” yang seharusnya menerima semua jenis kalangan dan tidak memaksakan suatu ideologi menjadi tidak ada esensinya. Selain itu, saya juga memiliki sepupu yang bersekolah di suatu SMA negeri di Jawa Tengah. Sekolah tersebut juga mewajibkan kepada siswinya untuk menggunakan hijab walaupun bukan hari Jumat (biasanya sekolah-sekolah mewajibkan siswinya menggunakan hijab di hari Jumat).

“Iya, mbak, wajib pakai kerudung di sekolahku ini.”, tuturnya saat saya bertanya mengapa saat bermain tidak menggunakan hijab sedangkan sekolah menggunakan hijab. Dugaan saya benar, bahwa ada unsur “kewajiban” menggunakan kerudung walaupun banyak murid yang sebenarnya belum siap dan belum memiliki kemauan untuk berhijab.

Padahal, peraturan mengenai ini juga diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) mengenai Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut di Lingkungan Sekolah yang diteken oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama. Melansir harianjogja.com, Mendikbud Nadiem Makarim menegaskan pemerintah daerah atau pun sekolah negeri tidak boleh mewajibkan atau melarang seragam dan atribut berdasarkan agama, contohnya pemakaian hijab.

Kasus di atas berlawanan dengan yang terjadi di negara yang umat muslim menjadi minoritas. Hijab dianggap sebagai hambatan seseorang dalam kebebasan sosial, ekonomi, dan ideologis. Hijabophobia muncul akibat perasaan terancam apabila melihat wanita menggunakan hijab. Larangan menggunakan hijab berubah menjadi suatu diskriminasi dan bias terhadap seorang muslim. Mengutip studi yang dilakukan oleh Carnegie Mellon, calon pekerja muslim mengalami leboh banyak diskriminasi daripada calon pekerja lainnya ketika proses perekrutan kerja. Angka probabilitas yang dimiliki oleh calon pekerja muslim untuk dipanggil wawancara adalah 13% lebih rendah dibandingkan kandidat lainnya.

Di tengah masyarakat yang mayoritas muslim, hijab dijadikan alat pemaksaan, di tengah masyarakat yang mayoritas tidak beragama muslim, hijab menjadi objek diskriminasi. Apakah penggunaan hijab membahayakan seseorang? Apakah dengan seseorang menggunakan hijab value dari diri seseorang tersebut langsung bertambah atau bahkan berkurang? Saya pikir tidak.

Hijab dan Identitas

Dalam Islam, sudah suatu kewajiban bagi setiap wanita muslimah untuk menggunakan hijab dan menutup seluruh tubuhnya. Hal ini diatur dalam Al Quran yaitu pada QS Al Ahzab ayat 59 yang memiliki arti “Wahai Nabi! Katakanlah istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Memang sudah diatur dalam Al Quran bahwa menggunakan hijab merupakan suatu kewajiban, untuk itu, banyak sesama umat muslim mengingatkan saudaranya agar menutup auratnya dan menggunakan hijab. Namun, jangan sampai ada unsur pemaksaan dalam mengajak seseorang untuk mengenakan hijab. Tugas kita sebagai sesama umat muslim hanya mengingatkan dan memberitahu sesuai dengan ajaran agama.

Namun, bagi sebagian muslim, termasuk saya, hijab bukan hanya sekadar perintah agama. Hijab merupakan sudah berkembangan menjadi identitas diri dan mengaktualisasikan diri sebagai wanita yang bebas. Dengan menggunakan hijab, tidak ada batasan atau halangan dalam melakukan sesuatu. Hijab tidak menghalangi seseorang untuk mengekspresikan dirinya. Hijab juga menjadi identitas diri bahwa ia adalah seorang muslim dan ia bangga dengan itu.

Sebagai seorang muslim, bisa mengingatkan dan mendoakan sesama saudara kita agar saudara kita dapat menutup dirinya menggunakan hijab, namun jangan sampai membuat mereka tidak nyaman dan merasa disudutkan. Oleh karena itu, kita wajib menghormati pilihannya. Wanita berhijab? Cantik, cerdas, dan bebas. Wanita tidak berhijab juga cantik, cerdas, dan bebas.

Shobihatunnisa Akmalia, Mahasiswi Jurnalistik Universitas Padjadjaran yang menggunakan hijab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image