Muhasabah dan Planning Menjadi Pribadi Lebih Baik
Agama | 2023-01-01 21:48:56Pada hari Jumat, 30 Desember 2022, pukul 10.00 WIB saya ditelepon Takmir Masjid Fahad At Turki Paciran diminta kesediaan untuk menjadi khatib dan imam karena yang terjadwal berhalangan hadir. Masjid yang terletak di Jalan Sendang merupakan kampus II Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan.
Kesempatan ini merupakan momen untuk menyampaikan muhasabah di Jum’at terakhir bulan Desember 2022. Muhasabah bermakna evaluasi diri terhadap perbuatan dan perilaku masa lalu dan masa kini untuk diperbaiki di masa depan. Apakah perilaku dan perbutan kita termasuk baik atau buruk? Berikut ini petikan intisari khutbah Jumat refleksi penutup tahun 2022 dan perencaan lebih baik tahun 2023.
Setiap pergantian tahun mestinya sadar bahwa porsi usia kita semakin berkurang, maka jangan sampai kita termasuk orang-orang yang merugi karena tidak bisa mengatur dan memanfaat waktu dengan baik. Ingat pepatatah Arab “al waktu kash-shaif” (waktu itu ibarat pedang), orang-orang yang tidak bisa menggunakan waktu dengan baik akan tertebas oleh pedang. Karena waktu terus berjalan ke depan dan tidak akan kembali ke belakang.
Beruntung bagi orang-orang yang bisa mengatur dan memanfaatkan waktu dengan baik, maka kita akan memperoleh sesuatu yang lebih dari pada emas dan permata (al-waktu at-manu minadz dzahabi). Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al-Ashr: 1-3 yang artinya: “Demi masa, Sesunggunya manusia benar-benar berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran”.
Terkait dengan waktu Allah SWT menggunakan terminologi sumpah demi masa, kemudian manusia membagi dengan beragam istilah sesuai dengan pendek dan panjang waktu, serta pemakaiannya. Secara umum kata masa semakna atau sinonim dengan kata zaman, kurun, era, periode, dan sebagainya. Berdasarkan jangka durasi waktu dikenal istilah detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, sewindu, dasawrsa, dan abad.
Berbuat dan Berkata yang Bermanfaat
Salah satu indikator mukmin yang beruntung sebagaimana dalam QS Al-Mukminun: 3, yang artinya: ”dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna”. Maka orang-orang yang tidak merugi sebagaimana QS. Al-Ashr: 3 adalah orang-orang mengatur ritme waktu untuk diisi perbuatan dan perkataan yang bermanfaat.
Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya mengingatkan setiap mukmin untuk meninggalkan perbutan yang tidak bermanfaat sebagaimana HR. Tirmidzi yang artinya: “di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”.
Sedangkan yang terkait dengan menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dari Abu Hurairah RA yang artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam” (HR. Bukhari Muslim).
Dua sabda Rasulullah SAW memberikan penguat terhadap firman Allah SWT QS. Al-Mukminun: 3, supaya orang-orang yang beriman berperilaku dan bertutur kata yang sopan karena terkait dengan perhitungan kelak di akhirat. Sekaligus sebagai alarm bagi orang-orang beriman untuk memanfaat waktu sebaik-baiknya.
Fenomena di setiap pergantian tahun telah menjadi tradisi umat manusia di jagad ini diperingati dengan euforia yang berlebih-lebihan. Perayaan tahun baru selama ini diisi kegiatan hedonisme dengan berpestapora dan berfoya-foya. Perilaku demikian dalam perspektif agama Islam merupakan hal yang tidak bermanfaat bagi kehidupan dunia dan di akhirat diminta pertanggungjawaban.
Menjadi Pribadi Lebih Baik
Pergantian tahun merupakan peristiwa yang terjadi setiap saat jika telah tiba waktunya, mestinya momentum ini dapat dijadikan sebagai muhasabah dalam rangka memperbaiki kualitas amalan saleh kita agar menjadi pribadi lebih paripurna. Karena kesempurnaan amal saleh dengan cara berusaha melalui tahapan biasa dan sedang-sedang saja menjadi istimewa dan berkualitas.
Mari mengingat pesan Sahabat Ali bib Abi Thalib, sepupu dan menantu Rasulullah SAW dalam membagi manusi ke dalam tiga golongan berdasarkan amal perbuatannya. Adapun tiga kategori di antaranya:
Pertama, kataegori orang yang beruntung (rabih), yaitu orang yang amal perbuatannya hari ini lebih baik dari pada hari kemarin. Kedua, kataegori orang yang merugi (maghbun), yaitu orang yang amal perbuatannya hari sama dengan hari kemarin. Ketiga, kataegori orang terlaknat (mal’un), yaitu orang yang amal perbuatannya hari lebih buruk dari pada hari kemarin.
Sebagai manusia tentu berusaha untuk menjadi pribadi sebagaimana kelompok rabih tujuan dan cita-cita, mulai dari perhitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, hingga tahun baru berharap menjadi lebih sempurna dalam amal salehnya. Semoga kita menjadi pribagi yang beruntung dalam kehidupan dunia dan akhirat. Amin Yaa Rabbal ‘Alamin. (*)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.