Aksi Nyata Merdeka Mengajar Penyebaran Pemahaman Topik 1 Merdeka Belajar
Guru Menulis | 2023-01-01 11:02:23Modul 1 Mengenali dam memahami diri sebagai pendidik
Mengenali Diri dan Perannya Sebagai Pendidik
Sebagai Pendidik harus mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Pendidik hadir setiap hari untuk murid-murid, hadir untuk terus menambah kapasitas diri, perlu terus belajar, agar bisa menjadi pendidik yang relevan dengan konteks zaman, agar bisa menghantarkan murid-murid untuk berdaya dan menjadi manusia merdeka. Manusia Merdeka menurut Ki Hajar Dewantara adalah manusia yang bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin, tidak tergantung pada orang lain.
Apa Peran Saya Sebagai Guru
Guru, mempunyai peran membekali murid-murid dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk terus belajar, mendampingi mereka memahami mencapai tujuan belajar, mengantarkan mereka menuju mimpi dan cita-cita mereka, menuntun perjalanan belajar mereka, pada akhirnya menemukan siapa diri mereka.
Ingin Menjadi Guru Seperti Apa Saya
Sebagai guru, ingin memberikan pengaruh-pengaruh yang baik dimasa depan murid, bertutur kata lembut, menyimak pendapat murid, menyemangati murid, menemukan kemampuan tersembunyi dalam diri murid, memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan buat murid.
Modul 2 Mendidik dan Mengajar
Mendidik Menyeluruh
Pengajaran adalah suatu cara menyampaikan ilmu atau manfaat bagi kehidupan anak-anak secara lahir maupun batin. Pengajaran merupakan salah satu bagian dari pendidikan, mengajar merupakan salah satu bagian dari mendidik. Pendidikan adalah tempat menaburkan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sekaligus sebagai instrumen tumbuhnya unsur peradaban. Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai tuntunan yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid. Maka Mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik itu sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan selama Satu Abad
Metode pengajaran di zaman kolonial Belanda menggunakan sistem pendidikan perintah dan sanksi, tanpa sadar masuk ke dalam warisan cara guru-guru kita mendidik murid-muridnya. Bahkan mungkin sampai saat ini praktek itu masih saja berlangsung. Murid mendapat hukuman atau sanksi ketika mereka belum atau tidak mengerjakan perintah dari guru.
Sistem pendidikan di zaman kolonial Belanda didasarkan atas diskriminasi yaitu adanya perbedaan perlakuan terhadap anak-anak pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang sifatnya masih materialistik individualistik dan intelektualistik. Hal ini bertentangan dengan keadaaan kebudayaan bangsa timur. Sebagai perlawanan terhadap sistem yang diskriminatif ini Ki Hajar Dewantara menggagas perlunya sebuah sistem pendidikan yang humanis dan transformatif yang dapat memelihara kedamaian dunia.
Ki Hajar Dewantara memperkenalkan sistem among dengan slogannya Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ing Ngarso Sung tulodo artinya seorang guru haruslah berkomitmen menjadi seorang teladan. Ia harus memberikan contoh yang baik. Ing Madyo Mangun Karso artinya seorang guru haruslah membangkitkan atau menguatkan semangat murid-muridnya bukan orang yang melemahkan semangat. Dan Tut wuri Handayani yaitu seorang guru haruslah memberikan dorongan atau menjadikan murid-muridnya menjadi orang-orang yang mandiri atau orang[1]orang yang merdeka yang tumbuh kembang secara maksimal.
Memandang murid sebagai manusia secara utuh harus menjadi dasar kita sebagai pendidik. Murid sebaiknya dilatih dan dikuatkan kebutuhan batinnya dalam menentukan tujuan belajarnya mengembangkan kerjasama, membangun empati, menghargai sesama, refleksi diri untuk mengembangkan dirinya dan tentunya berkontribusi di lingkungan sosialnya. Sehingga pembelajaran yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan murid dan ditujukan untuk memajukan perkembangan budi pekerti yang akan membantunya menjadi manusia-manusia yang merdeka. Menjadi Manusia (Secara) Utuh
Modul 3 Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh
Kodrat Murid
Menurut Ki Hajar Dewantara "Segala perubahan yang terjadi pada murid dihubungkan dengan kodrat keadaan, baik alam maupun zaman" Kodrat alam adalah dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana mereka berada.
Kodrat zaman adalah bagian dasar pendidikan murid yang berhubungan dengan isi dan irama. Isi dan irama pendidikan bergerak dinamis sesuai dengan perkembangan zaman.
Asas Trikon
1. Kontinyu, pendidik menuntun murid dengan perencanaan dan pengembangan secara berkesinambungan menyatu dengan alam masyarakat Indonesia untuk mewariskan peradaban.
2. Konvergen, pendidik menuntun murid dengan pemikiran terbuka terhadap segala sumber belajar, mengambil praktek-praktek baik dari kebudayaan lain, dan menjadikan kebudayaan kita bagian dari alam universal.
3. Konsentris, pendidik menuntun murid dengan berdasarkan kepribadian karakter dan budaya kita sendiri sebagai pusatnya
Modul 4 Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti
Budi Pekerti
Budi pekerti atau yang disebut watak diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia yang merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak, atau kemauan sehingga menimbulkan suatu tenaga.
Budi pekerti juga dapat dimaknai sebagai perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa (afektif) sehingga menghasilkan karsa (psycho motoric). Misalnya seseorang yang memiliki budi pekerti jujur maka kecil kemungkinan ia melakukan kebohongan atau mengambil sesuatu yang bukan miliknya atau bahkan ia akan merasa terganggu jika melihat ketidakjujuran terjadi disekitarnya.
Teori Konvergensi dan Pengaruh Pendidikan
Teori Tabularasa yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas kosong yang dapat diisi dan ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan wawasan yang diinginkan pendidik.
Teori Negatif yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas yang sudah terisi penuh dengan berbagai macam coretan dan tulisan.
Ki Hajar Dewantara memberikan pandangan baru dengan menggabungkan atau mengintegrasikan kedua pendekatan teori tersebut menjadi suatu pendekatan yang disebut dengan teori konvergensi.
Modul 5 Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagian
Mengantarkan Murid Selamat dan Bahagia
Fungsi pendidikan akan berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara jika kita sebagai pendidik memahami hal-hal berikut.
1. Setiap Murid memiliki kodrat kekuatan dan potensi-potensi yang berbeda.
2. Pendidikan hanyalah sebagai tuntunan.
3. Mendidik adalah menuntun murid untuk selamat dan Bahagia.
4. Pendidik tidak dapat berkehendak atas kodrat kekuatan atau potensi murid.
5. Pendidik dapat memberikan daya upaya maksimal untuk mengembangkan akal budi pekerti murid.
6. Pendidik membantu mengantarkan murid untuk merdeka atas dirinya sendiri, untuk kehidupan dan penghidupannya, memelihara dan menjaga bangsa dan alamnya.
Mengantarkan Murid Selamat dan Bahagia.
Kemerdekaan murid dalam belajar merupakan kunci untuk mencapai tujuan pendidikan yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan jika untuk dirinya sendiri ia tidak bisa mencapai selamat dan bahagia bagaimana mungkin ia akan memelihara dan menjaga dirinya, keluarganya masyarakat, bangsa ataupun alamnya. Oleh sebab itu kita sebagai pendidik dapat merenungkan kembali apakah praktik pembelajaran saat ini benar-benar mempersiapkan murid agar siap hidup dan mengisi zamannya.
Sistem Among
Ki Hajar Dewantara Menyapaikan metode pendidikan yang menekankan pada proses pembelajaran yang dikenal dengan ingarso Sung tulodo ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani
Ing Ngarso Sung tulodo di depan memberi teladan yaitu Bagaimana guru memahami secara utuh tentang apa yang dapat ia bantu kepada murid menjadi teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku
Ing Madya Mangun Karso ditengah membangunkan yaitu guru akan mampu membangkitkan semangat bersua Karsa dan berkreasi bersama murid dengan membuka dialog dengan murid berperan sebagai narasumber dan penuntun.
Tut Wuri Handayani di belakang memberi dorongan yaitu guru tidak sekedar memberikan motivasi tetapi juga memberikan saran dan rekomendasi dari hasil pengamatannya agar murid mampu mengeksplorasi daya cipta rasa Karsa dan karyanya.
Merdeka Belajar Abad 21
Tuntunlah murid sesuai jamannya. Pada Abad 21, fasilitator guru menempatkan murid menjadi subjek atau individu aktif dalam pembelajaran untuk mencari dan membangun pemahamannya sendiri.
Pada abad 21, Persaingan yang semakin kompetitif, negara-negara di dunia saling terhubung membuat kita sebagai pendidik tidak boleh lengah dan merasa cukup dengan apa yang telah kita upayakan Kini saatnya kita menjadi pembelajar sepanjang Hayat dengan terus meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan kita sebagai fasilitator pembelajaran bagi murid sesuai jamannya dan tidak kalah penting adalah penguatan kebangsaan oleh kita bersama sehingga kita dan juga murid-murid mampu membangun konteks diri serta identitas sebagai suatu bangsa dengan demikian kita dapat membantu menyiapkan murid-murid kita untuk memiliki rasa percaya diri dalam berinteraksi dan berkolaborasi bersama warga dunia untuk memecahkan masalah-masalah Global
Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Terbaik
Pendidikan karakter sama pentingnya dengan kecakapan kognitif murid yang dapat menjadi modal dalam kehidupan dan penghidupannya kelab karakter yang berisikan nilai-nilai yang diyakini dan menjadi ciri khas murid menjalani hidupnya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Kesadaran untuk berani bertanya dan berpendapat merupakan salah satu karakter yang perlu dimiliki murid untuk mengaktualisasikan diri dimana ia berada dengan karakter berani bertanya dan mengemukakan pendapat.
Peran Keluarga, Masyarakat, Sekolah Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Terbaik
Orangtua atau keluargalah yang menjadi contoh/teladan dan berkewajiban mendidik anak-anaknya.
Masyarkat berperan sebagai tempat murid berinteraksi langsung menjadi bagian dari masyarakat.
Sekolah merupakan tempat berdiskusi guru dan Murid dalam konteks Pendidikan
Terima Kasih Umpan Baliknya
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.