Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamidah Esti

Cyberbullying di Media Sosial dapat Menyebabkan Stress pada Remaja

Eduaksi | Wednesday, 21 Dec 2022, 19:44 WIB

“Kamu berani dengan saya! Saya tahu rumah kamu, saya akan datengin kamu kalau kamu berani sama saya!”

Ilustrasi remaja stress akibat cyberbullying ( sumber : https://pixabay.com/id/photos/rakyat-emosi-dramatis-perempuan-1492052/ ).

Media sosial di era sekarang adalah sesuatu yang wajib dimiliki semua orang khususnya remaja. Hampir semua remaja pada saat ini memiliki media sosial, seperti Tiktok, Twitter, Facebook, Instagram dan masih banyak media sosial yang lain.

Bahkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendapatkan data sebesar 79,5% dari 30 juta anak-anak remaja di Indonesia adalah pengguna aktif media sosial. Hadirnya media sosial sebenarnya menjadikan sarana untuk mempromosikan diri, seperti mengembangkan bakat, mancari jati diri, mencari minat, dan banyak hal lain yang bisa remaja lakukan di media sosial.

Selain itu, remaja juga bisa mendapatkan banyak informasi dari media sosial, tetapi dengan hadirnya media sosial banyak orang yang tidak mempergunakannya dengan bijak. Oleh sebab itu, banyak fenomena cyberbullying yang terjadi di media sosial.

Cyberbullying itu apa sih?

Menurut (Wolak, dan Mitchell, 2007) perilaku yang agresif dilakukan oleh individu dengan bentuk penggunaan teknologi dan elektronik media untuk menyerang orang-orang tertentu. Dengan demikian, cyberbullying dapat dikatakan mengancam atau mengitimidasi seseorang melalui media sosial. Motif dari perilaku cyberbullying ini hanya untuk melihat seseorang terluka atau pelaku dari hanya untuk bersenang-senang.

Bentuk dan tindakan dari cyberbullying bermacam-macam, mulai dari menguggah postingan yang sifatnya menghina, mempermalukan korban, mencaci maki korban, dan mengakses jejaring sosial milik korban hingga mengancam korban.

Perilaku cyberbullying bisa berdampak negatif pada korban dan juga pelaku secara psikologis. Seseorang yang mengalami cyberbullying berkepanjangan terutama pada remaja bisa menyebabkan stres berat dan dampak yang paling menakutkannya adalah upaya untuk melakukan bunuh diri.

Mengapa cyberbullying dapat memicu stres ?

Menurut (Robbins, 2001) menyatakan bahwa stres merupakan kondisi di mana seseorang merasa tertekan dengan keadaannya dan untuk mencapai suatu kesempatan terdapat batasan atau halangan. Oleh karena itu, terdapat peristiwa yang mengancam itu bisa disebut juga dengan pemicu stres. Cyberbullying termasuk perilaku yang mengancam seseorang, maka cyberbullying dapat memicu stres.

Cyberbullying sudah banyak terjadi di Indonesia, karena tingginya angka cyberbullying yang dipengaruhi oleh meningkatnya pengguna internet pada setiap tahunya di kalangan remaja, hal ini dapat sangat memengaruhi kesehatan mental remaja di Indonesia. Kementrian Komunikasi dan Infomatika mengadakan penelitian dengan UNICEF yang diselenggarakan tahun 2011 sampai 2013 dan rilis febuari 2014, mengungkapkan bahwa sebagian remaja di Indonesia menjadi korban cyberbullying, hal ini sangat memprihatinkan.

Bagaimana cara kita untuk bisa mengatasi adanya cyberbullying?

Sebenarnya ada banyak cara untuk menanggulanginya, seperti melakukan tindakan pencegahan melalui pendidikan etika. Melakukannya bisa dimulai dari diri kita sendiri dengan cara menambah wawasan tentang teknologi informasi, menambah sikap kearifan didiri kita, dan yang paling penting adalah peran orang tua untuk mendampingi anak saat menggunakan alat komunikasi.

Jika cyberbullying sudah sangat mengancam dan berbahaya penangan selanjutnya bisa langsung melaporkan kepada pihak yang berwajib. Di Indonesia sendiri sudah ada pidana untuk pelaku cyberbullying pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pasal 27 ayat (3) UU ITE dan Pasal 27 ayat (4) UU ITE.

Oleh karena itu, sangat diperlukan etika dalam bersosial media agar kita dapat saling menjaga satu sama lain dan tidak melakukan tindakan cyberbullying yang sangat merugikan banyak orang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image