Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indah Sukhria

JURNAL PERTUNJUKAN LENONG BERFUNGSI SEBAGAI HIBURAN DAN MEDIA KOMUNIKASI

Eduaksi | Monday, 13 Dec 2021, 13:16 WIB

Globalisasi membawa banyak perubahan di berbagai sudut kehidupan manusia. Perubahan ini bagai dua sisi mata uang, ada yang membawa perubahan positif namun juga ada hal-hal yang berdampak negative. Globalisasi membawa proses sosial yang berakibat pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting. Hal tersebut membawa dampak negatif bagi sebuah kebudayaan, karena dapat menyingkirkan budaya dari masyarakat pemiliknya, dan budaya tersebut tidak lagi menjadi sebuah warna yang khas bagi masyarakat bersangkutan.

Koentjaraningrat (1990) mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Corak khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur kecil, berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk yang khusus, atau karena diantara pranata-pranatanya terdapat suatu pola sosial yang khusus, atau dapat juga karena warganya menganut suatu tema budaya yang khusus. Berdasarkan corak khusus tersebut, suatu kebudayaan dapat dibedakan dengan kebudayaan lain. Istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas adalah “suku bangsa” atau dalam bahasa Inggris adalah “ethnic group” (Fathoni, 2006).

Kondisi sosial budaya DKI Jakarta masa kini yang telah tersentuh globalisasi, mengakibatkan terpinggirkannya budaya masyarakat asli Jakarta yaitu suku bangsa Betawi, termasuk unsur budayanya yaitu kesenian tradisi Betawi. Akulturasi yang terjadi dengan adanya par a pendatang tersebut menjadikan sebuah komunitas tersendiri dari masyarakat Jakarta. Percampuran penduduk multi etnis itu memberikan suatu nuansa dari kehidupan kota Batavia yang heterogen.

Padahal lenong sebagai seni pertunjukan khas Betawi bisa di jadikan sebagai media komunikasi dan dakwah. Kesenian lenong merupakan salah satu seni budaya yang mengekspresikan berbagai kenyataan dalam masyarakat dan berperan pula dalam media komunikasi. Kesenian lenong Betawi berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasi pesan yang biasa terjadi dimata masyarakat. Di dalam perjalanannya kesenian ini merupakan hasil dari proses akulturasi dan interaksi sejak awal yang banyak dipengaruhi oleh budaya cina, arab dan portugis.

Hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik. Keduanya saling mempengaruhi. Apa yang manusia bicarakan, lihat, perhatikan atau abaikan, bagaimana manusia berfikir, dan apa yang manusia pikirkan dipengaruhi oleh budaya. Sehingga pada gilirannya, hal tersebut turut membentuk, menentukan, dan menghidupkan budaya manusia. Budaya tak akan hidup tanpa komunikasi, dan komunikasi pun takkan hidup tanpa budaya. Masing-masing tak dapat berubah tanpa menyebabkan perubahan pada yang lainnya.

Menurut Dananjaja (1991: 1-2) “Cikal bakal lenong dimulai sejak pertengahan 1920-an dalam bentuk seni pertunjukan rakyat jalanan. Lenong merupakan proses teaterisasi dari perkembangan musik gambang kromong, yang kemudian ditambah unsure ”bodoran” berupa lawak tanpa rangka plot cerita. Rangkaian lawak tanpa plot cerita itu selanjutnya mengalami penambahan ”banyolan-banyolan” pendek yang terdiri dari beberapa adegan sehingga merupakan lakon yang belum utuh. Dalam pertunjukkan semalam suntuk, kesenian lenong ini berhasil membawakan lakon panjang yang terdiri dari puluhan adegan merupakan lakon utuh dan selesai”.

Selain itu, lenong Betawi yang merupakan salah satu teater tradisional di Indonesia memiliki fungsi sebagai hiburan. Salah satunya humor yang dilakonkan dapat dijadikan sebagai media kritik sosial dari cerita keseharian masyarakat. Lenong adalah sejenis teater rakyat yang memakai cerita-cerita kepada lawanan dan kriminil sebagai temanya. Biasanya dalam cerita-ceritanya selalu muncul seorang yang berjiwa satria untuk membela rakyat kecil yang tertindas dan permainannya diselingi dengan humor. Jumlah pemainnya tidak terbatas dan pakaian yang dipergunakannya pun biasa saja tetapi mencerminkan keadaan yang sebenarnya, sesuai dengan lakon yang diperankan. Musik dan lawak, selain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertunjukan lenong, biasanya juga dipergunakan untuk memperoleh tambahan penghasilan dengan cara yang disebut ngamen. Selain itu, ciri lenong yang lain adalah musiknya berupa orkes gambang kromong yang akan menyertai seluruh pertunjukan. Gambang kromong alat musiknya terdiri dari: Gambang, Teh yan, Kong an yan ,Shu kong, Ning-nong ,Kemong, Kromong, Kecrek Kendang.

Lenong Betawi bukan hanya sebagai tontonan atau hiburan saja, tetapi juga di jadikan tuntunan dalam menjalan syariat agama. Dalam pertujukkan lenong yang ditampilkan, pelakon lenong Betawi selain melakukan improvisasi juga dituntut untuk mentransmisi pesan yang bermuatan moral. Kemudian, pakain atau kostum yang dikenakan juga dimaknai sebagai kereligiusan masyarakat Betawi, seperti Peci, Baju Koko, Sarung yang selempangkan, dan juga kerudung yang biasanya dikenakan oleh pelakon Lenong Betawi.

Untuk itu kita sebagai pewaris dan penerus harus terus melestarikan dan mengembangkan pertunjukan seni Lenong khas Betawi ini agar tidak hilang digusur kebudayaan Negara lain yang lebih diminati oleh anak muda jaman sekarang. Jangan sampai kemajuan teknologi dan informasi justru mengubur kebudayaan yang selama ini sudah menjadi akar. Inovasi dari para anak muda yang kreatif sangat diperlukan untuk menarik minat banyak orang. Kehilangan kebudayaan sama saja kita kehilangan harta kita yang berharga. Jaga dan wariskan kebudayaan ini ke anak cucu kita nanti, jangan sampai mereka tumbuh tanpa identitas budayanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image