Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joshua Nathanael Lombogia

Lelaki Tidak Boleh Menangis, Apakah Itu Toxic Masculinity ?

Edukasi | 2022-12-20 19:19:40

Toxic masculinity yang berpengaruh terhadap kesehatan mental pria.

Photo by cottonbro studio: https://www.pexels.com/photo/man-in-black-t-shirt-and-black-cap-sitting-on-brown-wooden-bench-4874400/

Tahukah Anda tentang toxic masculinity ? Toxic masculinity diartikan sebagai orang yang memiliki dampak buruk yang mengarah ke sisi maskulinitas laki-laki. Toxic masculinity tanpa kita sadari sangat sering terjadi dilingkungan sekitar kita, terkadang pelaku toxic masculinity tidak menyadari bahwa ia sedang melakukan hal tersebut.

Stigma tentang maskulinitas sudah ditanamkan kepada pria sejak mereka masih kecil hingga mereka beranjak dewasa, dan hal-hal itu penyebab utama laki-laki terkadang tidak percaya diri dalam menunjukan perasaan emosionalnya dan memilih untuk dipendam, yang mana dapat memberikan pengaruh buruk terhadap diri dan menyiksa batin seorang laki-laki.

Ciri - Ciri Toxic Masculinity

Salah satu contoh toxic masculinity adalah ketika laki-laki menangis mereka dianggap seperti wanita yang mudah rapuh. Menurut Hafiz, Dimas, Olivine 2021 dalam jurnal “Perancangan Buku Aktivitas Tentang Meningkatkan Kesadaran Toxic Masculinity Terhadap Laki-Laki Disekitar Kita Untuk Dewasa Muda Di Kota Bandung. “Perilaku beracun ini tidak hanya mengarah ke fisik, namun juga selera, penampilan, pekerjaan, dan hal lain yang dianggap berkaitan dengan sisi maskulinitas.

Beberapa waktu kita sering kali mendengar kata “Eh.. diputusin aja nangis, cowo apaan lu?” Kata-kata seperti itulah yang sering muncul ketika laki-laki mengalami hal-hal yang sedih dalam hidupnya. “Cowo harus kuat, cowo harus suka bola, cowo harus berani, cowo tidak boleh sedih, cowo penampilannya kok gitu” kata-kata seperti itu juga yang sering diterucap kepada laki-laki, pada saat hal itu terjadi akan menimbulkan perkataan-perkataan orang lain yang membuat perasaan dan pikiran terganggu yang berdampak ke kesehatan mental laki-laki.

Ciri-ciri pelaku toxic masculinity biasanya tidak menyukai hal-hal yang berbau feminis yang dilakukan oleh laki-laki seperti meledek saat melihat pria mudah menangis, meledek saat melihat pria melakukan aktivitas yang dianggap hanya milik perempuan seperti menyapu, memasak , mencuci pakaian, dan juga melihat penampilan pria yang menggunakan aksesoris perempuan yang merupakan trend fashion. Ia beranggapan bahwa jika laki-laki tak seharusnya melakukan hal-hal tersebut karna akan mengurangi sisi maskulinitas pada laki-laki.

Efek dari Toxic Masculinity

Kita tahu pada saat stigma tentang maskulinitas sudah melekat pada masyarakat akan sangat sulit untuk dihilangkan, tetapi jika hal ini terus dibiarkan akan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti, efek dari toxic masculinity yang biasanya tampak melalui ciri-ciri tersebut pada korban:

- Kurangnya rasa percaya diri untuk menjalani kehidupan

- Penyalahgunaan obat terlarang untuk mencari coping mekanisme

- Tidak bisa berekspresi dari segi emosional maupun penampilan

- Depresi

- Bahkan yang paling parah adalah bunuh diri

Hal-hal tersebut terjadi karna tuntutan masyarakat yang memaksa pria untuk menunjukan sisi maskulinitasnya. Dalam artikel himapsikologi November 19, 2020 yang berjudul “International Men’s Day 2020” mengatakan salah satu riset menyebutkan di Indonesia 2,9% orang dari 100.000 orang melakukan bunuh diri, di mana pria mendominasi angka bunuh diri tersebut. Penyebab pria lebih beresiko dan mendominansi angka bunuh diri di dunia karena rasa ketidakmampuan untuk menjalani peran sosial sebagai pria.

Cara Mengatasi Toxic Masculinity

Pencegahan toxic masculinity bisa dilakukan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Tujuan dari pencegahan toxic masculinity tersebut untuk menghindarkan masyarakat terutama laki-laki dari efek toxic masculinity yang membahayakan kesehatan mental pada korban, dan juga mengurangi angka bunuh diri yang terjadi.

Pencegahan tersebut juga bisa dilakukan sejak saat usia dini. Karna saat usia dini anak anak sering mengingat apa yang dikatan orang sekitarnya sehingga hal tersebut bisa membantu untuk proses pencegahan hal itu terjadi. Menurut Merna 2022 dalam artikel “Mengenal Toxic Masculinity Ciri dan Cara Pencegahannya” mengatakan bahwa tidak apa-apa mengajarkan kalau anak laki-laki boleh untuk menangis, menghindarkan kata-kata seperti “jangan jalan seperti perempuan” dan menghindarkan anak untuk menonton konten tentang toxic masculinity.

Sekian yang bisa saya sampaikan tentang toxic masculinity. Besar harapan saya bisa membantu menambah pengetahuan pembaca tentang toxic masculinity sekaligus membantu mengurangi korban-korban dalam kasus ini, Terima Kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Himapsikologi (2020) International Men’s Day, diakses pada 16 Desember 2022, dari website: http://himapsikologi.student.uny.ac.id/international-mens-day-2020/”

Hafiz Wardana Muhammad, Dimas Krisna Aditya, Olivine Alifaprilina Supriadi, (2021)

Perancangan Buku Aktivitas Tentang Meningkatkan Kesadaran Toxic Masculinity Terhadap Laki-Laki Disekitar Kita Untuk Dewasa Muda Di Kota Bandung, diakses pada 16 Desember 2022, dari website: Perancangan Buku Aktivitas Tentang Meningkatkan Kesadaran Toxic Masculinity Terhadap Laki-laki Disekitar Kita Untuk Dewasa Muda Di Kota Bandung | Wardana | eProceedings of Art & Design (telkomuniversity.ac.id)

Merna & Adeline Wahyu (2022) Mengenal Toxic Masculinity Ciri dan Cara Pencegahannya, diakses pada 16 Desember 2022, dari website: Mengenal Toxic Masculinity, Ciri dan Cara Pencegahannya | Orami

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image