Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Djoko Soegiyanto, S.Pi, S.Pd, M.Pd.I

Guru Teladan

Guru Menulis | 2022-12-20 16:55:30

Menjadi seorang guru merupakan pilihan bagi setiap orang. Mengapa demikian? karena akan sangat berkaitan erat dengan totalitas dan niat kita menjadi seorang guru. Pada dasarnya seorang guru akan memberikan kemampuan terbaiknya setiap kali ia melakukan aktivitas belajar dan mengajar. Jangan sampai kita sebagai seorang guru sekedar menunaikan kewajiban mengajar dan menyampaikan materi saja kepada siswa kita di kelas. Karena siswa kita di kelas merupakan ujung tombak untuk melanjutkan roda pembangunan di negara ini di masa yang akan datang.

Niat dan kemampuan diri seorang guru hendaknya senantiasa diperbaharui dari waktu ke waktu, karena tidak ada guru yang sempurna namun menjadi seorang guru (baca:pendidik) tentunya memerlukan dua hal tersebut agar kita akan selalu menjadi pribadi pendidik yang lebih baik.

Guru teladan merupakan sebuah predikat yang diberikan oleh sebuah lembaga atau sekolah kepada seorang guru yang memiliki berbagai prestasi yang membanggakan sekolah sehingga mampu memberikan kontribusi yang positip bagi sekolah dan lingkungan. Namun sebenarnya apakah esensi sebenarnya seorang guru teladan tersebut? Muncul berbagai pertanyaan di dalam pikiran kita masing-masing, bagaimana nasib seorang guru yang minim prestasi dan belum mampu membanggakan sekolah dan lingkungannya. Namun mereka telah mengajar dengan dedikasi dan kinerja yang baik. Apakah mereka belum dapat dikategorikan sebagai seorang guru teladan?

Tergantung dari mana kita memandang prespektif menjadi seorang guru teladan. Secara harfiah tentunya guru tersebut telah banyak menorehkan prestasi prbadi yang membanggakan sekolahnya baik di even nasional bahkan internasional. Hal tersebut menajdi sebuah kebanggaan bagi sekolah dan lingkungan sekitar. Namun timbul pertanyaan apakah memang seperti itukah yang dimaksud dengan guru teladan?

Setiap orang boleh memberikan pendapat dengan santun, namun sebenarnya esensi fundamentalnya adalah sejauh mana seorang guru tersebut mampu memberikan perubahan yang nyata dan adanya perbaikan nilai luhur dalam diri siswa masing-masing di kelasnya. Perubahan sikap tersebut tentunya bukan sesuatu yang instan karena kita mendidik seorang manusia bukan membuat sebuah barang. Karena dengan banyaknya prestasi yang ditorehkan seorang guru, kadang-kadang mereka tidak menyadari ada beberapa waktu pembelaajran yang tidak bisa mereka penuhi karena berbagai alasan misalnya melakukan aktivitas yang berkaitan dengan agenda guru teladan tersebut. Misalnya melakukan pembinaan pelatihan dan aktivitas lain yang mereka lakukan sebagai dampak mereka telah dipilih menjadi seorang guru teladan. Bisakah waktu yang hilang itu tergantikan? Perasaan sedih pun terkadang merasuk ke dalam diri.

Kebersamaan guru dengan siswa di dalam kelas menjadi sangat penting karena setiap kali guru mempersiapkan pembelajaran dengan membuat modul bahan ajar tentunya sudah memetakan gaya belajar dan kebutuhan belajar siswa dengan strategi dan model pembelajaran yang tepat. Apabila hal tersebut didelegasikan dengan orang lain tentukan akan memberikan dampak yang berbeda apabila kita sendiri yang melakukan kegiatan belajar mengajar tersebut.

Kita sebagai guru yang membuat sendiri modul bahan ajar tentunya akan lebih efektif dan maksimal hasilnya apabila kita sendiri juga yang memberikan proses pembelajaran siswa di kelas kita masing-masing. Artinya bukan kita tidak mempercayai rekan kerja kita yang membantu kita dalam hal tersebut namun biasanya hasil yang didapatkan juga kurang maksimal dibandingkan kita sendiri yang melakukan proses kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas.

Selain itu adanya ikatan batin dan interaksi positip yang akan terjalin apabila kita senantiasa terus melaksanakan proses belajar mengajar dengan siswa kita di kelas tanpa absen maupun digantikan dengan rekan sejawat kita. Mereka akan sangat senang dan bangga karena wali kelasnya ada di saat mereka memerlukan dan membutuhkan penjelasan, arahan dan bimbingan selama mereka menuntut ilmu di sekolah. Tentu akan sangat berbeda apabila siswa kita melakukan hal tesebut dengan rekan sejawat kita yang menggantikan kita.

Mereka secara tidak langsung akan memberikan penilaian kepada diri kita terlebih lagi kita sebagai wali kelas mereka dengan banyaknya tuntutan dalam kegiatan menjadi seorang guru teladan sehingga intensitas waktu banyak untuk melakukan kegiatan di luar sekolah sehingga membuat siswa kita di kelas memiliki persepsi yang berbeda-beda. Ada yang cuek masa bodoh, ada yang biasa saja namun ada juga yang merasa kehilangan karena mereka sangat memerlukan figur seorang wali kelas sekaligus guru yang baik.

Sehingga makna menjadi guru teladan secara idealnya selain mampu memberikan prestasi yang membanggakan untuk sekolah dan lingkungan diharapkan juga mereka tetap berusaha secara maksimal untuk tetap melakukan pendampingan mengajar dan memastikan kualitas interaksi antara guru dengan siswa tetap terjalin dengan baik dan positip. Artinya disisi lain guru tetap bisa menjadi guru teladan yang mebanggakan sekolah dan lingkungan namun tetap mengutamakan kualitas interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas karena akan memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan belajar siswa serta mewariskan nilai-nilai positip mereka di masa yang datang

Menjadi guru teladan merupakan pilihan, tentunya pilihan tersebut harus dibarengi dengan tetap melaksanakan tanggungjawab utama mereka sebagai seorang guru dan wali kelas bagi semua siswa yang ada di kelas kita masing-masing. Karena dari kelas-kelas kitalah akan lahir pemimpin yang tidak hanya dapat menjadi teladan namun poin pentingnya adalah mereka akan memiliki pengetahuan yang baik dengan tetap memiliki adab dan perilaku yang terpuji sehingga mereka dapat menjadi seorang siswa yang berakhlak, berprestasi, mandiri, dan berwawasan lingkungan.

Semoga bermanfaat .... muhasabah untuk diri penulis sendiri

Wallahua'lam bsshowaab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image